
Bumi ini bukanlah bumi damai semenjak ditinggalkan oleh Maha Dewa Kaisar Tertinggi Juli Yang Agung seribu tahun lalu. Bumi ini tepatnya disebut neraka bagi umat manusia, tempat pembantaian miliaran umat manusia oleh berbangai bangsa. Karena sejak 500 tahun lalu umat manusia terus berperang sesamanya beriringan dengan pertumbuhan populasi siluman yang terus meningkat. Umat manusia bukan memerangi siluman saat itu namun Justru saling berperang untuk memperebutkan 12 pusaka surgawi peninggalan Maha...
- Dewa Leluhur Segela Bangsa.
Bumi dan Matahari yang dibanggakan manusia telah lama hancur lebur akibat ulah pertempuran para Dewa serakah ribuan tahun lalu. Seorang kakek tua renta yang mengeban tanggungjawab untuk memburu Dewa Siluman dan Dewa serakah penyebab kehancuran bumi kini malah terlunta-lunta di jagat raya selama ribuan tahun. Walaupun demikian, Ia tidak akan mati karena tubuhnya telah menyatu dengan energi kosmik sampai tercipta tubuh abadi.
“Tua Bangka Rafa! Sudah ribuan tahun kau masih saja memburu ku… Ingat lah! Aku ini Dewa Leluhur Bangsa Siluman terakhir! Seharusnya kita berdamai karena kesalahanku sudah ribuan tahun lalu dan aku telah bertaubat selama itu!”
“Bertaubat! Kau tahu, Sebelum membunuh mu, aku tidak bisa menggunakan Hukum Ruang Waktu, karena itu janji yang harus ku tunaikan pada Guru ku”
“Kenapa kau tidak memaafkan aku dan setelah itu kau gunakan saja Hukum Ruang Waktu, apa lagi guru mu sudah mati ribuan tahun lalu dia sudah tidak bisa lagi menghukum mu”
“Hahaha, Kau hanyalah siluman, tidak sama sepertiku, sekarang lawanlah aku! Kuharap kau bisa mengalahkan ku”
“Rafa! Dewa Leluhur Segala Bangsa! Hari ini adalah hari kematian mu bersiap lah!
Dewa Siluman mengerakkan Bulan-Bulan dan Planet Planet di angkasa dengan kekuatan grafitasi terdahsyat ingin menghantam kakek tua renta, sementara kakek tua itu hanya menjentikkan jari kelingkingnya ke arah Dewa Leluhur Bangsa Siluman “Tik” “DROOOM!!” dan semuanya selesai.
“Bodohnya para Dewa Leluhur termasuk aku dulunya! Pertapaan ribuan tahun ku menjadi sia-sia setelah mengetahui rahasia kekuatan alam semesta yang sebenarnya, kini setelah aku mengetahui rahasia kekuatan, di alam semesta ini sudah tidak ada lagi tandingan ku. Tenaga Dalam, Sihir, Hukum, Tenaga Dalam Para Leluhur itu semua hanya tingkat dasar saja yang tidak layak untuk ku pandang sebelah mata, dan sekarang aku lah leluhur bagi para Dewa Segala Bangsa”
Ucap seorang kakek tua renta seraya duduk di atas jasad Dewa Leluhur Bangsa Siluman yang baru saja dibunuhnya dengan sekali sentilan kelingking.
Misi pemburuan ini telah memakan waktu ribuan tahun guna membunuh ribuan Leluhur Siluman dan Dewa serakah untuk membalas dendam atas kehancuran Bumi dan Matahari. Semuanya telah habis di bantai dan Dewa Siluman ini yang terakhir dijumpai pada Planet Uta.
Planet Uta adalah sebuah planet yang di orbit oleh tiga bulan di sekelilingnya.
Janggut panjangnya telah memutih disinari cahaya matahari Planet Uta membuatnya terlihat sangat berwibawa, “Huh! Sembilan Dewa Kegelapan sungguh lemah! Aku sangat kecewa pada mereka, rumor waktu ku masih kecil mereka sangat kuat tapi sebenarnya hanya lah sampah yang tidak sebanding dengan ku” Kakek Tua renta itu menggeleng gelengkan kepalanya karena kecewa.
Decakan kesal terus terdengar di bibir tuanya, “Ck! Sembilan Dewa Kegelapan seribu tahun lalu adalah Dewa manusia terakhir yang ku bunuh hanya dengan satu sentilan jari kelingking ku… Sekarang dengan aura pembunuh ku saja aku dapat menghancurkan planet-planet se-ukuran bumi tanpa tersisa, kekuatan ku ini sungguh tidak bisa di tampung oleh planet tingkat bumi” gumam kakek renta itu terlihat sangat kesepian seorang diri di jagat raya.
“Sekarang hatiku merasakan kesepian yang sangat mendalam, tidak ada pertarungan yang bisa membuatku bergairah aku benar benar kecawa, sudah ratusan tahun aku terus menghancurkan bintang-bintang di galaxy untuk latihan ku ini semakin membosankan, apa lagi sekarang tidak ada teman yang bisa ku ajak bicara bahkan tidak ada seekor semutpun yang ku temui selama ratusan tahun, hari-hariku hanya mengenang masa lalu yang telah sirna” Gumamnya melihat dunia kosong dan tidak ada apapun yang hidup.
“Ribuan tahun lalu… ah aku sudah tidak sanggup lagi menghitung tahunnya… Dulu aku hidup normal dengan kedua orang tua ku yang cacat di lereng bukit permai, namun ketika era kekacauan datang semuanya berubah, manusia saling membunuh, peperangan terjadi di mana-mana, kelaparan dan wabah penyakit meraja rela. Semenjak itu aku menjadi seorang anak fakir kelaparan, tiap harinya untuk menyambung hidup aku menemani ibuku yang buntung kedua kaki dan sakit-sakitan untuk bekerja sebagai pembantu di rumah saudagar kaya yang diupah dengan hanya sepotong roti, terkadang sebagian waktu kami gunakan untuk merawat kuda milik anak Bangsawan Naga Merah. Ibu.. ibuku orang yang mulia, dia dulunya seorang pendekar hebat sebelum buntung kakinya, ialah satu-satunya orang yang selalu menciumi ku dan berkata ‘Nak kelak kau akan menjadi seorang pendekar tampan yang hebat', walaupun begitu, sebenarnya ibuku sangat pintar dalam menyenangkan hatiku, tapi biar bagaimanapun aku ini satu-satunya anak bodoh yang dimilikinya, Ibu! Aku benar-benar sangat merindukan mu walaupun ribuan tahun masa itu telah berlalu namun masih tersimpan dalam memori ku”
Kakek tua renta menundukkan kepalanya, perasaan sedih menyelimuti hatinya, “Hm.. kalau ku ingat-ingat aku tidak menemukan suatu kebahagiaan dalam hidupku setelah orang tua ku tiada, aku ini seorang pecundang kelas tinggi yang bahkan dijauhi oleh para gadis dan teman sejawat, betapa tidak! Ibuku mati karena menyelamatkan ku di era kekacauan, saat itu aku terlalu takut dan bodoh sehingga ibuku harus mati karena kepengecutan ku. Ayahku orang lemah akal, ia dihukum pancung oleh wali kota karena tuduhan perampokan yang tidak pernah ia lakukan, setelah kematian orang tua ku, aku hidup terlunta-lunta di jalanan sampai suatu saat aku dipungut oleh seorang pengemis tak bernama, dan aku menghabiskan waktuku bersamanya untuk mencari sedekah sampai ia mati karena busung lapar, sungguh nasib, huh! Aku benar-benar anak bodoh yang tidak berguna, sampai aku menemukan Kunang-kunang Surgawi milik Dewa Kaisar Langit dan Bumi, Kunang-kunang Surgawi yang mengajarkan aku banyak hal yang konon menjadi guruku. Hm… Tapi bukan untuk Hukum Ruang Waktu, karena Hukum Waktu kupelajari dari kitab yang kucuri pada kaki kunang-kunang, hehehe, aku memang pencuri, tapi aku tidak pernah merampok” Kakek itu senyum memukul-mukul kepalanya.
Kakek renta itu kemudian berdiri, “Oya! Aku Pernah membaca sebuah penelitian Guruku si Kaisar Langit dan Bumi dalam Kitab Rahasia Hukum Ruang Waktu yang menceritakan seseorang bisa kembali ke kehidupan sebelumnya dengan menggunakan Hukum Ruang dan Waktu, Apakah itu benar ya?” Kakek tua renta itu terlihat ragu dan tidak yakin, karena dia tidak pernah menggunakan hukum Ruang Waktu sebelumnya karena sebuah janji pada kunang-kunang gurunya.
“Dalam Kitab itu seseorang bisa kembali ke masa lalu, dan polanya pun sudah ditulis dengan sempurna, kalaupun aku kembali, bumi pasti tidak mampu menahan ranah jiwaku? Atau setelah sampai kemasa lalu aku akan menyegel kekuatan ku, Baiklah! kali ini akan kubuktikan sendiri, aku sudah lama ingin mengujinya namun aku sangat takut pada guru karena janji belum kutunaikan… Tapi sekarang aku telah menunaikannya, dan kali ini ku tetap akan mencobanya, apa lagi semua musuh telah ku bunuh bila pun aku hancur aku tidak lagi menyesal. Ya.. siapa tau berhasil, setidaknya aku bisa menjadi guru untuk diriku sendiri di sana”
Kakek tua itu segera menciptakan pola dengan goyangan jemarinya dan sebuah pintu portal besar langsung tercipta di depannya, Pintu Portal Ruang dan Waktu.
Wham.. Wham..
Kakek tua bangka itu sudah lama tidak berkeringat, tapi sekarang ia terlihat berkeringat dingin dan jantungnya berdetak kencang di depan Pintu Portal yang diciptakannya,
“Gairah hidupku timbul kembali, Baiklah! Sangat lama aku berpetualangan dan aku sudah sangat bosan di sini, sekarang aku akan kembali ke masa lalu untuk mengunjungi diriku dan kedua orang tua ku. Teman-teman… Aku akan mengunjungimu tunggulah kakek renta ini, Haha” Kakek Tua Renta memasuki portal Ruang Waktu dengan wajah senyum senang untuk menghibur hati walaupun dia tidak mempercayainya.
Woooosshh!
“Aaakkkkhh! Apa-apaan ini?”
Sungguh tidak disangka oleh kakek tua, terowongan itu menghancurkan tubuh abadi dan terus mengembalikan struktur tubuhnya ke masa mudanya, kesakitan tiada tara kini mulai terasa kembali, hal itu bahkan sesuatu yang aneh bagi dirinya saat ini.
Kakek tua itu semula meronta namun setelah beberapa tahun dalam terowongan waktu membuat dirinya pasrah pada Hukum Ruang Waktu.
“Mungkin benar! Ini adalah sebuah jebakan Hukum Ruang Waktu untuk membunuh manusia tingkat Dewa Leluhur sepertiku, dan aku tidak perlu menyesalinya karena aku bisa kembali kepada Yang Maha Kuasa dengan tenang” kakek Renta itupun senyum bahagia, tidak lama kemudian ia pun tidak sadarkan diri dalam terowongan waktu.
**
2. Kehidupan Ke Dua Rafa
“Rafa!”
“Rafa bangun nak! Kamu harus pergi ikut tes masuk perguruan pagi ini, Lekas lah! Itu si Hakim sudah menunggu mu di luar dari tadi, apalagi kamu ini sudah kesiangan, kamu akan terlambat nantinya, lagi pula ibu harus bergegas berangkat kerja bersama ibunya Hakim”
Terdengar suara wanita berumur 26 Tahun buntung kedua kakinya ia duduk di atas papan beroda kayu, sesekali ia menekan ulu hatinya dan terbatuk-batuk ringan. Ibu muda ini sibuk di dapur membereskan bekal untuk anaknya, Raut wajahnya sangat manis tidak sesuai dengan pakaian lusuh yang dikenakannya.
Tubuhnya sangat kurus menandakan derita hidup yang dialami selama ini, sekilas dari pakaian yang dikenakan dan tubuh kurusnya ia terlihat seperti wanita gembel, namun siapa sangka kalau wanita ini dulunya seorang pendekar hebat yang dikenal dengan Wilda si Walet Merah.
“Ibu?!”
Panggil Rafa pelan hampir tidak terdengar, perasaannya bercampur aduk saat melirik ibunya dari tempat pembaringan. Perutnya terasa sangat lapar, rasa yang tidak dirasakan lagi selama ribuan tahun.
“Aku! Aku berhasil? Tubuh ku? Ada apa dengan tubuh ku ini? Apa yang terjadi?”
Rafa segera memeriksa tubuhnya yang sudah menjadi anak kecil, ia kembali berkeringat dan berpikir keras bahwa ini hanya ilusi, tapi kesakitan yang dirasakan dan semua tanda-tanda yang didapat menerangkan bahwa ini semua nyata.
Rafa mencoba mengingat-ingat kembali kehidupan sebelumnya, kapan kejadian ini terjadi. Ia sungguh tidak menduga akan di kembalikan ke masa kecil oleh Pola misterius Hukum Ruang Waktu Tingkat Dewa.
Tubuhnya kini terasa sangat berat dan mati rasa, ‘Ah! Benar, ini waktu aku masih berusia tujuh tahun, dan ini hari pertama aku masuk ke Perguruan Bangau Putih, berarti di luar gebuk ini pasti si Hakim yang menunggu ku sambil menggambar di tanah, anak bodoh yang selalu tidak bisa naik peringkat karena kebodohannya’ batin Rafa mulai mengingat ingat kehidupannya saat ini.
Rafa perlahan menggerakkan kepalanya melihat sekelilingnya, gebuk reot yang hanya terdiri dari satu kamar berlantai tanah dan satu ranjang lebar sebagai tempat tidurnya bersama kedua orang tua.
“Aku sekarang telah kembali, ini rumah ku, aku sangat rindu rumah ini walaupun lebih tepat di katakan sebuah gebuk derita, di kehidupan sebelumnya gebukku ini di bakar oleh Aliran Hitam yang mencari ayah ku yang lemah akal”
Air mata Rafa mengalir deras tubuhnya masih terasa kaku akibat efek teleportasi ruang waktu sehingga sulit baginya untuk bangkit keposisi duduk.
Rafa menganguk-anguk pelan mulai memahami keadaan di sekitarnya, “Aku ingat semuanya, tapi saat ini saat yang paling berbahaya bagiku, Aliran Hitam akan bergerak di tahun ini dan akan membantai banyak manusia lemah, sementara tubuhku ini sangat lemah, aku belum bisa melindungi diriku sendiri, ibu.. ayah.. semua orang terdekatku akan menjadi korban kegenasan era ini, aku harus mencari cara, bila tidak semuanya akan terlambat dan menjadi seperti yang kurasakan di kehidupan sebelumnya”
Rafa memijat kepalanya yang terasa sakit karena pengetahuan yang sangat banyak kini merasuki otak besarnya.
“Eh! Tanganku sungguh sangat kurus dan tidak bertenaga sama sekali”
Rafa terkejut menyadari tangan kecil kurus lemah dengan kualitas tubuh dibawah rata-rata, perlahan Rafa memeriksa nadinya ia kembali menemukan kualitas darah dan tulangnya yang sangat buruk, wajah Rafa kembali senyum pahit.
“Heh! Pantas saja bagiku perlu belasan tahun untuk naik satu tingkat di kehidupan sebelumnya, tenaga dalam ku tidak terbentuk sedikit pun di usia sekarang, wajar saja sebentar lagi aku tidak lulus tes dan kemudian di tempatkan ke dalam kelompokkan koki dan kerajinan tangan, rupanya aku benar-benar limbah. malamnya aku murung sepanjang malam dan ibuku terus menghiburku dengan kisah kisah ‘Legenda Tetua Kecil’ yang hidup ratusan tahun lalu yang menjelma menjadi Kaisar Langit dan Bumi”
Rafa kembali melirik ke arah ibunya yang merangkak-rangkat di dapur berlantai tanah, melihat nasib ibunya membuat Rafa kembali meneteskan air mata haru bahagia.
‘Semasa gadis Ibuku dulu seorang yang cantik jelita, tapi karena menolak lamaran seorang pria membuatnya harus menerima kenyataan pahit, si Pendekar Sungsang Barat mencoba merampas kehormatan ibuku namun pertarungan sengit keduanya terjadi hingga ibuku menyebabkan buntung kedua kakinya serta rusak wadah induk tenaga dalamnya sebelum ia jatuh ke jurang yang dalam, dan beruntung kala itu ayahku yang bekerja sebangai seorang pencari kayu bakar menemukannya kala itu, hingga akhirnya ibuku malah jatuh cinta padanya dan menikahinya setahun kemudian di lembah ini, nama ibu Wilda si Walet Merah pun terlupakan’ batin Rafa mengenang sejarah pahit masa lalu ibunya.
Rafa mengeleng-gelengkan kepala bibirnya senyum pahit, namun hatinya kembali lega walaupun tidak ada lagi kekuatan penghancur dunia yang ia miliki. Ia masih sangat bersyukur masih di berikan kesempatan kedua untuk menjumpai orang-orang yang disayanginya serta memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari.
Sekarang Rafa berada di Bumi Timur wilayah Kekaisaran Antara tepatnya di pinggiran kota Lembah Mawar Salju.
Kekaisaran Antara memiliki area yang sangat luas, dahulu kala wilayah ini dikenal dengan Kerajaan Permata yang dilindungi oleh Kubah Pelindung dari serangan siluman, namun semenjak seratus tahun lalu para Dewa terus bermunculan dan mereka berlomba-lomba membasmi siluman sampai para siluman tidak berani lagi mengganggu umat manusia kala itu, dan pada akhirnya Kubah Pelindung pun di hancurkan karena kesombongan.
Kaisar Antara dikenal dengan Yang Mulia Agung Litias, kaisar yang adil bijaksana sehingga dibawah kepemimpinannya kekaisaran menjadi lebih baik, kebijakan-kebijakannya dicintai oleh rakyat, seperti; pungutan pajak yang rendah, anak-anak dijamin pendidikan sesuai kemampuan yang dimilikinya, rakyat miskin di bantu, walaupun banyak penjabat korup dan bantuan tidak sampai pada rakyatnya.
Tapi sayang, di kehidupan Rafa sebelumnya satu tahun lagi Kaisar Litias akan jatuh sakit dan meninggal setahun kemudian, pada saat itulah era kekacauan dan peperangan akan terjadi dalam gelombang besar, dan sekarang pun para Aliran Hitam mulai bermunculan di berbagai perguruan termasuk di Perguruan Bangau Putih yang akan ku tuju.
“Rafa! Kenapa kau masih bermalasan, cepatlah bangun itu kawan mu Hakim sudah capek menunggumu di luar”
Terdengar suara Wilda lembut sembari mengayuh papan beroda tempat duduknya menghampiri tempat tidur Rafa.
Wilda meletakkan ubi rebus dan sebotol air hangat yang menjadi bekal Rafa nantinya. Sungguh Wilda sangat buruk dalam memasak, biasanya pun Wilda hanya memasak asal saja untuk mengenyangkan perut keluarganya hal itu bukan tidak beralasan, karena wilda saat ini tidak bisa terkena asap langsung sebab penyakit misterius yang dideritanya semenjak rusaknya wadah tenaga dalam.
Rafa berusaha untuk bangkit duduk walaupun tubuhnya terasa sangat lemas, air mata kembali berderai saat ibu yang dirindui merangkak duduk di samping pembaringannya,
“Ibu, ibu terlihat sangat cantik hari ini hik.. hik, Oya bu! Aku tidak melihat ayah, kemana dia pergi?” tanya Rafa ingin tahu dengan tatapan lembut, padahal di kehidupan sebelumnya Rafa tidak pernah peduli pada ayahnya yang lemah akal itu dan cenderung marah karena ayahnya terlalu bodoh.
“Aih… Anakku, ibu memang cantik dulunya, tapi kenapa kau menangis, ada apa dengan mu? Apa kau baik-baik saja”
“Ah, Iya bu aku baik-baik saja hanya sedikit demam, tapi pagi ini aku tidak melihat ayah”
Biasanya Ayah Rafa bangun pagi-pagi mencari kayu bakar di hutan yang menjadi rutinitasnya, dan nantinya akan di jual ke kota Lembah Mawar Salju sebagai sumber nafkah hidup meraka.
“Hm.. Tumben kau menanyakan ayah, biasanya pun kau selalu mendoakan agar ayahmu cepat mati karena kamu tidak mau memiliki ayah bodoh seperti dia… Ah sudahlah! Ayahmu tadi pagi membantu membawa barang dagangan saudagar ke kota kekaisaran menemani Paman Tejo, dan mungkin akan pulang beberapa hari lagi, tenanglah ayahmu itu sudah menjadi pendekar hebat, dia baru saja menerobos Pejuang Bintang 1 dan itu sungguh luar biasa”
Dalam dunia pendekar, Tingkat Budidaya Tenaga Dalam itu terdiri dari besar kecilnya Wadah Tenaga Dalam :
Orang Biasa,
Tingkat Pejuang,
Tingkat Kayu,
Tingkat Batu,
Tingkat Timah,
Tingkat Besi,
Tingkat Perunggu,
Tingkat Perak,
Tingkat Emas
Tingkat Platinum
Tingkat Berlian
Tingkat Raja
Tingkat Kaisar
Tingkat Lagenda
Tingkat Keajaiban
Masih ada banyak lagi tingkatan di atasnya, namun tiap tingkatan Wadah Tenaga Dalam terdiri dari 5 bintang kepadatan. Tiap tingkat tenaga dalam memiliki ukuran Wadah Tenaga Dalam yang berbeda, semakin tinggi tingkat budidaya semakin besar pula Wadah Tenaga Dalamnya.
Rafa menetes air matanya saat mengenang kehidupan sebelumnya, tiap hari ia selalu memaki ayahnya dan dengan lantang mengatakan ayahnya seorang idiot bodoh, dan ia tidak pernah mau memiliki orang tua sebodoh dirinya, betapa tidak, ayahnya selalu di manfaatkan tenaganya layak sapi perahan sementara orang lain meraup untung darinya, sedangkan ayahnya hanya di beri sepotong roti atas usaha kerasnya.
Rafa hampir setiap hari mendoakan keamatiannya, sampai suatu saat ia terdiam mematung saat mendengar kabar berita ayahnya dihukaman mati karena merampok. Dendam dihatinya semakin menjadi-jadi terhadap wali kota yang tega menfitnah ayahnya, tapi disisi lain dia hanya bisa menyesali setiap perbuatan dan doanya sendiri. Kehilangan ayah bodoh yang membuatnya terus menderaikan air mata dalam penyesalan berkepanjangan.
Rafa menyeka air mata yang terus membasahi pipi sembari menatap ibunya dengan mata sembab, “Ah ibu, aku ini ada bodoh yang tidak bersyukur, padahal ayah selalu menahan laparnya untuk kita, dia memang bodoh tapi dia tidak pernah melupakan aku dan ibu… Setiap potongan roti yang ia dapatkan aku hanya melihat sisi kecil saja yang hilang sementara lainnya di bawa pulang untuk kita, sungguh aku tidak akan mendapatkan ayah seperti dirinya” Rafa senyum hangat mengenang dengan terharu.
Wilda menangis bahagia tanpa terasa air mata membasahi pipi kurusnya, ia cepat menyeka airmata untuk memperlihatkan keteguhan hatinya sembari memengang lembut kepala Rafa memeriksa kondisi kesehatannya,
“Ibu selalu yakin kau itu anak baik, Eh! kau ini panas sekali? Kalau begini kau tidak harus ke perguruan, kamu istirahat saja di rumah” Wilda langsung terlihat panik dan langsung memeluk anaknya dengan hangat perasaannya khawatir.
“Ibu..”
Panggil Rafa pelan di bibirnya terlihat senyum senang di antara tangisnya. Hal itu karena sudah ribuan tahun tidak ada lagi orang yang peduli padanya tidak pula kasih sayang yang ia dapatkan sehangat kasih sayang ibunya. Tanpa terasa ia larut dalam keharuan, air mata terus membasahi pipinya isak tangis mulai terdengar.
Dalam isakan tangis Rafa mencoba meyakinkan ibunya bahwa kondisinya tidak apa-apa dan ia akan pergi ke perguruan Bangau Putih untuk mengikuti tes seperti kehidupan sebelumnya. Karena selain ia ingin bertemu dengan orang-orang yang dirinduinya ia juga ada misi tersendiri, yaitu untuk mengambil sebuah kristal meteor yang terkubur di hutan bagian belakang perguruan Bangau Putih. Di kehidupan sebelumnya kristal ini baru ditemukan 40 tahun dari sekarang.
Setelah berhasil meyakinkan Wilda bahwa diri Rafa baik-baik saja, akhirnya Wilda menyetujui kepergian Rafa untuk mengikuti tes di Perguruan Bangau Putih, dengan syarat jika ia sakit diperjalanan maka harus segera kembali pulang.
Di kehidupan sebelumnya, Rafa adalah anak cengeng yang kalah dalam pergaulan ia selalu di pukul dan di tindas setiap harinya, biasanya pada saat tertentu Hakim lah yang selalu datang menolong dan melindungi walaupun biasanya mereka berdua berakhir babak belur digebuk oleh anak-anak yang membencinya.
Rafa dan Hakim anak yang tidak memiliki latar belakang. Setiap dia dipukuli maka Rafa selalu dimarahi dan disalahkan oleh ibunya. Rafa dilarang membalas dan harus mengalah terhadap apapun, walaupun itu oleh kesalahan yang diperbuat oleh anak-anak nakal lainnya.
Wilda melalukan itu bukan tidak beralasan, karena jika pun Rafa menang maka Rafa akan menghadapi masalah yang lebih rumit sementara dia dan suaminya sama-sama orang yang tidak sanggup mengatasi masalah dengan kondisi fisiknya seperti ini.
“Ingatlah nak! Jangan berkelahi, kalaupun mereka memukulmu maka jauhi saja mereka, sebab kalau kita mengalah mereka pun akan bosan menindas kita terus-terusan” Wilda terus memperingatkan putranya berulang-ulang dengan kalimat yang sama setiap harinya, bahkan kalimat itu melekat erat di memori Rafa sampai saat ini.
“Ibu, Aku tidak lapar, ibu makanlah ubi ini untukku, karena nanti setiap murid baru akan di berikan makanan di sana, percayalah buk aku sangat kasian kalau makanan ini sampai tidak termakan oleh ku, tapi air hangat ini berguna bagiku, terimakasih bu” Rafa memberikan ubi rebus pada ibunya.
Wilda bersikeras tidak mau menerima, perlahan Rafa terus meyakinkan ibunya dengan berbagai alasan yang di buat-buat dan sangat meyakinkan, akhirnya dengan berat Wilda menerimanya.
Rafa melakukan ini karena ia tahu, ubi yang tidak seberapa ini hasil kerja keras ayahnya yang di bawa pulang beberapa hari lalu, dan ibunya terus menghemat makanan ini hingga ia tidak makan berhari-hari sampai ayahnya membawa pulang makanan kembali. hal ini terus terjadi sampai ayahnya meninggal sekitar tiga bulan lagi.
Rafa tertatih-tatih perlahan keluar dari gebuk memengang botol air sebagai bekal perjalanannya, di halaman gebuk ia melihat seorang bocah laki-laki botak berusia 7 tahun berbaju lusuh di lehernya dikalungkan sebuah ketapel, anak itu sedang sibuk menggambar sebilah pedang di tanah dengan menggunakan sebatang ranting kering.
“Hakim!”
Panggil Rafa senang seraya menubruk memeluk Hakim yang sedang menggambar di tanah sampai gambar pedang itu tercoret olehnya, anak ingusan itu melihat ke arah Rafa dengan tatapan bodoh.
“Rafa! Kau ini kenapa? Minggir sana kau merusak gambar ku saja, aku sangat lama menunggu mu di sini, kau tadi tidur mendengkur seperti kera gemuk, pergi sana!”
Bentak marah anak itu sembari menyapu ingus dengan lengannya hingga merembes ke pipi. Rafa tertawa terbahak-bahak ia benar-banar menemukan teman masa kecilnya yang sangat lucu dan jorok dan itu wajar karena Hakim masih lah anak-anak yang tidak berpendidikan.
“Hahaha… Kau jorok kawan”
“Jorok apanya? Aku cuci tangan saat makan”
“Hahaha, tidak.. tidak…” Rafa melambai-lambaikan tangan meralat kata-kata ia tidak mau merusak pertemanan karena hanya salah paham sajanya.
Hakim adalah anak yatim tetangga Rafa yang tinggal di sebelah gebuknya, Hakim sosok teman kecil Rafa yang sangat setia di kehidupan sebelumnya, ia mati terbunuh oleh pasukan Aliran Hitam saat berusaha menyelamatkan Rafa dari tebasan pedang, sungguh kali ini Rafa sangat bahagia bisa milihat sosok kawan yang sangat dia sayangi masih dalam kondisi hidup dan sehat-sehat saja.
‘Trimakasih Tuhan, aku benar-benar mendapatkan hadiah yang tidak dapat ku ukur dengan apapun juga, aku benar-benar bahagia saat ini’ batin Rafa menyeka air mata bahagia merenggangkan pelukannya.
“Hehe, Hakim maafkan aku telah mengganggu mu, ayo kita berangkat kita ini sudah telat”
Ajak Rafa cepat, sebenarnya ada sesuatu yang ia ingat di kehidupan sebelumnya, yang akan ia jumpai di perjalanan menuju ke perguruan Bangau Putih yang berada di kota Lembah Mawar Salju.
“Rafa! Ingat, nanti kalau ada yang memukulmu katakan saja padaku, aku baru saya menerima jurus belalang sembah dari ibuku? Huss.. Begini.. Ciat! Begini.. Hiak begini”
“Hahaha, Jurusmu sangat lucu Hakim”
“Iya, nanti akan ku ajarkan padamu”
“Benarkah! Terimakasih Hakim ya!”
Rafa terus tertawa melihat peragaan Jurus-jurus Hakim sambil jalan ke Perguruan Bangau Putih yang berjarak 3 kilometer dari gebuknya. Rafa terlihat sangat senang, peragaan jurus oleh rekannya semakin menguatkan ingatannya di kehidupan ini.
Wilda duduk terpaku di depan pintu gebuk memengang ulu hatinya, ia terlihat gelisah dengan kepergian Rafa anak semata wayangnya, apalagi mengingat Rafa seorang anak prematur yang berfisik lemah dan bisa dikatakan ia memang sama sekali tidak berbakat menjadi seorang pendekar.
“Anakku! Mudah-mudahan kau tidak putus asa walaupun kau tidak lulus dalam tes kali ini, dan itu bukanlah kesalahanmu dan ibu pun tidak menyalahkan mu untuk itu, hm.. nak terimakasih atas makanan yang kau sisakan untuk ibumu” gumamnya penuh kekhawatiran sambil menggigit sedikit ubi jalar yang ia masak. sebenarnya ia sudah tidak makan hampir tiga hari penuh begitu juga dengan suaminya.
**
3. Jidan si Pendekar Rajawali
Dalam perjalanan ke Perguruan Bangau Putih, Hakim di kejutkan oleh seorang pria berusia 30 tahun tergetak pingsan di pinggir jalan dengan kondisi tubuh yang sangat mengenaskan, dari penampilan bisa ditebak kalau orang ini seorang pendekar hebat, badanya tegap dan sebilah pedang masih tergenggam erat di tangannya.
Berdasarkan bekas luka tebasan yang diderita setidaknya orang ini di keroyok oleh beberapa orang yang setingkat dengannya.
Di kehidupan sebelumnya, Rafa dan Hakim menemukannya lebih telat dan mereka berdua lari terbirit-birit karena ketakutan dan tidak tahu apa yang terjadi setelahnya.
Kini Rafa mendatangi untuk melihat secara langsung siapa sosok yang terluka parah itu, sementara Hakim terlihat ketakutan dan bersembunyi di belakang punggungnya.
“Rafa! Ayo kita pergi, ini sangat berbahaya? Aku takut kalau orang ini seorang perampok dan akan membunuh kita nantinya” Hakim mengingatkan Rafa karena itulah petuah dari ibunya.
Rafa dari tadi sengaja mempercepat jalannya, dia ingat betul kejadian ini, mungkin di kehidupan sebelumnya pria ini telah mati saat mereka melihatnya namun kali ini setidaknya pria ini masih bernafas.
“Hakim tenanglah! Serahkan ini padaku”
Rafa mencoba mendekati perlahan, ia mengambil kerikil dari tanah dan melemparkan pada orang yang tergeletak pingsan.
Syut!
Sontak pria pendekar itu terkejut dari tidurnya dan menebas batu kerikil yang dilemparkan padanya dengan cepat dan tepat hingga batu itu terbelah menjadi dua bagian.
Hakim terbelalak dan spontan melompat mundur beberapa langkah, sementara Rafa hanya berdiri santai saja tidak bereaksi.
“Rafa! Larilah! Jangan bengong” Teriak Hakim ketakutan raut wajahnya langsung berubah pucat.
‘Sungguh gerak spontan yang sangat hebat, dia ini bukan pendekar sembarangan’ batin Rafa sembari mundur dua langkah perlahan, sementara Hakim telah berbalik badan melarikan diri.
“Rafa! Ayo larilah!” Panggil Hakim kembali dengan nada tinggi.
Pria pendekar itu melihat ke arah Rafa yang rupanya hanya anak-anak kebetulan lewat iapun perlahan berbaring kembali dengan napas terengah-engah. “Oh! Rupanya anak-anak” gumamnya pelan hampir tidak terdengar.
Rafa kembali mendekatinya dan menjongkok di samping kepala pendekar itu. “Paman! Aku belum pernah melihatmu sebelumnya, kau pastinya bukan orang dari daerah sini” Rafa mencoba memperhatikan wajah orang yang terkulai lemas itu sambil mengingat ingat.
“Khuk! Khuk! Nak, kau benar, Paman bukan orang dari desa ini, Paman seorang pengembara dan Paman baru saja di serang oleh orang jahat ber-aliran hitam, nama paman Jidan si Pendekar Rajawali dari Gunung Rajawali Utara, sepertinya paman tidak bisa meneruskan perjalanan ini karena luka paman terlalu serius, jadi tolong bawakan surat ini pada ketua Perguruan Bangau Putih, ingatlah jangan sampai jatuh ke tangan siapapun, termasuk para tetuanya”
Rafa menerima surat yang diberikan lalu ia simpan di balik bajunya dengan rapi, Jidan senyum kagum melihat kepintaran anak kecil yang lihatnya.
“Kau anak yang hebat, andai saja umurku panjang aku akan mengangkatmu menjadi murid ku” gumamnya pelan dan kembali tidak sadarkan diri.
“Paman beristirahatlah! Aku akan mencoba mengobatimu”
Rafa melihat luka tebasan pedang masih bisa diobati, dia hanya membutuhkan beberapa alat operasi dan beberapa herbal obat untuk mengobati luka. sebenarnya yang membuat Jidan pingsan lemas karena ia banyak kelilangan darah.
“Hakim kemarilah! Bawakan buntalan pakaian mu kemari”
Rafa memanggil Hakim yang berdiri mematung dari kejauhan menatap Rafa dengan bingung, mendengar penggilan itu, dengan perasaan takut Hakim segera menghampirinya seraya menyodorkan bingkisan pakaian yang diminta.
“Ambillah! Apa yang akan kau lakukan padanya?”
Rafa segera memeriksa buntalan pakaian, beruntung dalam bingkisan yang dibawa Hakim ada jarum dan benangnya. Rafa tahu persis kalau bingkisan Hakim tidak bisa dianggap remeh, semua peralatan sederhana ada padanya termasuk pisau dan berbagai perlengkapan makan lainnya.
“Hakim, kita akan mengobatinya, sekarang kau carilah Rumput Kabut Merah”
Rafa menyuruh Hakim untuk mencarikan Rumput Kabut Merah disekitar kawasan itu, sementara Rafa membersihkan luka tebasan dengan air hangat yang dibawanya, setelah lukanya bersih dari pasir dan debu baru ia menjahit luka dengan penuh talenta. Andai saja saat itu ada orang yang melihatnya, mereka pasti terkagum-kagum dengan kehebatan pengobatan Rafa.
Tidak lama berselang Hakim pun datang membawa beberapa Rumput Kabut Merah yang didapatinya. Setelah semua luka diobati, Rafa berusaha memberikan air pada Jidan yang terlihat tidak sadarkan diri, ia senyum saat melihat Jidan bisa minum dalam keadaan tidak sadarkan diri.
“Rafa! Ayo kita pergi! Aku takut kita terlambat” Ajak Hakim tidak sabaran dan ia mulai khawatir terlambat terhadap tes yang harus dijalaninya.
Sementaran Rafa terlihat berpikir-pikir sambil menggelus dagunya, “Jidan.. Jidan dimana aku pernah mendengar nama ini ya?” Gumamnya pelan mengingat ingat, “Ah! Bukankah dia salah satu dari tiga Tetua Perguruan Rajawali Utara, dan di kehidupan ku sebelumnya dia mati saat menjalankan misi penting kekaisaran, aku tidak menduga inilah tugas yang dimaksud, jadi apa yang sedang dilakukannya di sini?”
‘Kalau kupikir kembali, lukanya tadi bisa saja membunuhnya jika tidak segera ku tanggulangi, apalagi jalan ini sepi jarang ada orang lewat jadi wajar saja di kehidupan sebelumnya dia mati pendarahan di sini’
Perguruan Rajawali di kehidupan Rafa sebelumnya merupakan salah satu perguruan Aliran Putih Besar yang berada di peringkat sepuluh di Kekaisaran Antara.
Rafa penasaran dengan isi surat yang diberikan padanya lalu perlahan ia membukanya.
Kepada Ketua Perguruan Bangau Putih.
Perguruan Garuda mulai berkhianat dibawah pimpinan Bangsawan Naga Merah, mereka telah menyatukan kekuatan Partai Partai Aliran Hitam untuk menggulingkan Kaisar Litias, Bangsawan Naga Merah telah telah menguasai berbagai lini di Istana Kekaisaran dan mereka sekarang menunggu kesempatan untuk membunuh kaisar, oleh karnanya kami mengundang para ketua Aliran Putih untuk membicarakan masalah ini di puncak Gunung Merak pada bulan purnama depan.
Rafa terkejut, ‘Apa? Inilah rupanya asal muasal terjadi kekacauan dan pembasmian Aliran Putih besar-besaran di kehidupan ku sebelumnya, di Puncak Gunung Merak Aliansi Aliran Hitam berhasil membunuh 15 ketua perguruan aliran putih dari 30 ketua yang menghadirinya, 15 orang yang berhasil lolos malam itu dituduh sebangai pengkhianat dan di buru habis-habisan oleh pasukan kekaisaran, kemudia satu-persatu berhasil ditangkap dan dibunuh serta perguruan mereka di hancurkan, termasuk perguruan Bangau Putih yang kutuju ini, kalau begitu aku harus memikirkan caranya sebelum terlambat’ batin Rafa memijat keningnya karena pusing baru beberapa saat sudah harus memikirkan urusan kekacauan.
“Bagaimana caraku menyelesaikan ini, di sini bahkan tidak ada satupun kekuatan besar yang bisa menaungiku, termasuk pihak kekaisaran sendiri, tidak! Aku harus cepat mengembalikan kekuatanku, tapi sepertinya waktuku tidak akan cukup karena masanya hanya beberapa minggu lagi, Jadi cara satu-satunya adalah Kristal Meteor, aku harus mendapatkannya secepat mungkin”
Rafa kini duduk memijat-mijat kepalanya, sementara Hakim berdiri disamping Rafa sambil menggambar pedang di tanah berkerikil, ia terlihat sudah tidak bersemangat lagi mengikuti tes karena hari telah siang dan tes pun pasti telah ditutup.
“Khuk Khuk!”
Tiba-tiba Jidan kembali batuk dan tersadar dari pingsan, ia mendapati tubuhnya telah terobati dengan baik.
“Eh! Siapa yang mengobati lukaku? Ini benar-banar membuat tubuhku terasa ringan” Jidan melihat ke arah Rafa dan Hakim yang terlihat menemaninya santai.
Rafa terlihat sedikit kaget, dia mengaru-garukan kepalanya, “Ah, Paman sudah siuman, syukurlah! Tadi ada orang baik lewat, ia yang mengobati paman dan sepertinya ia mengenal paman dengan baik. Oya paman! Kebetulan orang tadi membaca surat ini dan ia berpesan agar paman berhati-hati, karena pesan ini telah bocor pada aliran hitam, lalu orang itu mengembalikan surat ini padaku untuk dititipkan kembali pada paman saat sadar” Rafa berbicara sangat lancar dan meyakinkan.
Hakim melongo mulutnya terbuka ingusnya terus mengalir dari kedua hidungnya, ia tidak tahu harus berkata apa untuk mengomentarinya, padahal di kehidupan sebelumnya Hakim jauh lebih pintar dari Rafa.
“Buset dah! Sejak kapan dia sepandai itu..”
Jidan tertekun sejenak mencermati ucapan Rafa, ia kini tidak bisa memutuskan apapun, “Jadi kalian berdua sebenarnya mau ke mana?” Jidan berusaha bangkit berdiri.
Rafa mencoba membantu, “Ah! Paman kami berdua ingin mendaftar ke perguruan Bangau Putih, tapi sepertinya kami telah telat” Jelas Rafa senyum sambil menyodorkan air bekalnya pada Jidan yang terlihat masih kelelahan. Jidan tersenyum senang ia langsung meraih air itu cepat dan meneguknya.
Setelah merasa mendingan, Jidan baru menceritakan bahwa sebenarnya ibunya berasal dari perguruan Bangau Putih dan ayahnya berasal dari Perguruan Rajawali, ia juga berencana pergi ke perguruan Bangau Putih selain untuk menyampaikan pesan penting juga ingin mengunjungi bibinya yang juga merupakan salah satu tetua di perguruan Bangau Putih.
Mendengar kabar gembira itu Hakim jelas senang apalagi Jidan berjanji akan membantu mereka dalam tes nantinya, namun Rafa justru khawatir ia tidak ingin Hakim dan dirinya lulus tes kali ini, karena masalah yang dihadapi oleh anak-anak yang dianggap berbakat itu justru sangat mengerikan di era ini, lagi pula ia tidak berniat untuk tinggal di perguruan, tujuannya hanyalah untuk mendapatkan Kristal Meteor semata.
“Baiklah anak-anak mari ikut paman, kalian kupastikan akan lulus tes”
Tanpa banyak komentar Rafa dan Hakim terus berjalan mengikuti Jidan yang kini bisa berjalan walaupun tertatih-tatih.
**
4. Perguruan Bangau Putih
Perguruan Bangau Putih terletak di kota Lembah Mawar Salju, Perguruan ini walaupun tidak termasuk perguruan besar namun memiliki jumlah murid sangat banyak dan tidak sedikit dari mereka menjadi pendekar besar di Kekaisaran Antara.
Bahkan sekarang pun Kekaisaran Antara sangat menghormati perguruan ini sebagai sekutu yang dapat dipercaya, dan dapat pula diandalkan dalam membasmi kejahatan dan pemberontakan di wilayah kekaisaran.
Pemimpin tertinggi perguruan Bagau Putih ialah Ketua Moja si Raja Bangau, yang memiliki budidaya tubuh tingkat perak bintang lima.
Moja adalah orang yang sangat bijaksana dan penuh perhitungan dalam bertindak, bahkan dengan sikap netralnya ia dapat mempertahankan perguruan Bangau Putih di era kekacauan lebih lama dibandingkan perguruan lainnya, walaupun pemberontakan tanpa disadari dari dalam juga sebagai salah satu faktor mempercepat hancurnya perguruan ini.
Di kehidupan sebelumnya, Rafa selamat dari serangan Aliran Hitam karena dia hanya seorang bocah koki bodoh yang tidak berguna, dan sangking tidak berguna sampai-sampai pasukan aliran hitam tidak ingin mengotori tangannya untuk membunuh Rafa.
Sesampai Jidan di perguguruan Bangau Putih semua panitia tes telah bubar. Kelompok yang dinyatakan lulus telah ditempatkan pada bagian masing-masing, sedangkan anak-anak yang dinyatakan tidak lulus tes mereka di beri dua pilihan, pulang kampung atau tetap tinggal di sini namun mereka akan dipekerjakan layaknya pembantu, seperti menjadi juru masak, tukang sapu, pembersih got dan lain sebangainya.
Sebagai imbalan anak yang tidak lulus tes yang bersedia tinggal ialah pelatihan khusus seminggu dua kali, baik itu berupa latihan fisik maupun teknik budidaya tubuh.
Kedatangan Jidan yang di ikuti oleh Rafa dan Hakim menarik perhatian semua anak-anak dan pendekar yang ada di sana, tatapan mata mereka penuh kebencian dan tidak bersahabat dan tidak sedikit dari mereka yang nyinyir dan syirik.
Rafa terus mengamati sekelilingnya ia tidak peduli dengan hinaan yang dilontarkan, tapi ia justru rasa bahagia yang tergiang dibenaknya. Padahal di tempat ini ia selalu di hajar oleh anak anak lain, tidak sedikit dari anak-anak ini yang menjadikan dirinya dan hakim sebagai babu tak bergaji.
Anak-anak kejam yang suka menindas adalah mereka yang menyebut dirinya anak jenius yang pada umumnya mereka berasal dari kalangan bangsawan tinggi. Mulut mereka terus memaki bila tidak berdaya dan senang menindas dikala berkuasa.
“Bocah ingusan, hanya mengandalkan tetua Jidan”
“Aku akan menghajarnya setelah itu”
“Songgong! Kita mengikuti tes, dia hanya numpang lewat”
“Beginilah hancurnya perguruan, orang sudah pada kelar tesnya, dan bahkan sebagian di suruh pulang dan disuruh balik tahun depan karena terlambat, namun anak ini masuk membawa bekingannya, dasar sampah!”
Rafa dan Hakim hanya mendengar ejekan tapi tidak berkomentar apalagi mereka hanya mengikuti langkah Jidan yang membawanya masuk langsung ke gedung utama yang menjadi ruang pertemuan ketua dan petinggi lainnya.
“Tuan Jidan silahkan masuk!”
“Tuan Jidan! Masuk lah, kenapa dengan tubuh mu? Kau terluka?”
“Tuan! Kau terlihat terlukan parah biar tim medis kami menyembuhkan”
“Ah! Siapa dua anak ini apa mereka keponakan mu?”
Semua orang dalam ruangan itu menyambutnya dengan ramah, Jidan rupanya sangat populer di perguruan Bangau Putih, para petinggi yang berada di sana terus menyapanya dengan senyum hangat tapi Jidan terlihat acuh tak acuh dalam menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan padanya.
“Para tetinggi sekalian, terima kasih atas kebaikan hati kalian semua” Jidan sedikit membungkuk memberi hormatnya.
Tiba-tiba seorang kakek berjanggut panjang memakai baju serba putih dan mewah, keluar dari dalam menyambut kedatangan Jidan.
“Tetua Jidan! Kami sudah lama tidak melihat mu, ada angin apa yang membawamu kemari” orang tua berusia 70 tahun itu mengelus-elus janggut panjangnya dengan wajah gembira.
Rafa senyum hangat saat melihat kakek tua renta itu, ‘Ketua Moja si Raja Bangau, sudah ribuan tahun tapi aku belum melupakan wajahmu, hm.. di kehidupanku sebelumnya Ketua Moja meninggal setahun lagi karena penyerangan Aliran Hitam, aku memang tidak terlalu dekat dengannya karena seorang Ketua sangat jarang melirik limbah seperti kami, tapi walaupun demikian dia adalah seorang pahlawan di kehidupan ku sebelumnya’ batin Rafa menggaru-garukan kepalanya.
Jidan kembali memberi hormatnya, “Ketua moja, aku ada informasi penting yang harus kita bicarakan berdua saja, tapi sebelum itu ada sedikit permintaan dariku”
Pinta Jidan yang lebih memprioritaskan keinginan dua anak yang dia bawanya daripada perawatan tubuhnya sendiri, walaupun sebenarnya ia sudah tidak membutuhkan perawatan lagi, yang ia butuhkan hanyalah beristirahat saja.
Moja dan Para Petinggi Perguruan Bangau Putih dengan senang hati mendengarkan permintaan Jidan si Pendekar Rajawali. Jidan pun langsung menjelaskan tujuannya untuk mendaftarkan Rafa dan Hakim ke perguruan Bangau Putih.
Para petinggi sebenarnya sudah tidak mau lagi menerima murid, apalagi harus membuka tes untuk dua orang anak yang belum tentu berbakat, tapi mengingat yang memintanya seorang tetua perguruan besar akhirnya mereka pun melunak.
Rafa dan Hakim langsung diperiksa secara manual oleh Ketua Moja dengan cara memeriksa pembuluh darah pada lengannya, ketua Moja langsung mengeleng-gelengkan kepala, ia senyum pahit.
“Sayang sekali Tetua Jidan, kedua anak ini limbah kelas berat, yang satu bahkan anak prematur bertulang gabus dan aku tidak yakin dia bisa mengangkat beban 10 kilo tanpa patah tulang, aku benar-benar berpikir ke manakah dia layak untuk di tempatkan? Paling hanya sebagai pemandu sorak saja, jadi maafkan kami Tetua” Jelas ketua Moja penuh penyesalan.
“Apa?!”
Semua petinggi ikut terkejut dengan pernyataan ketua Moja, mereka yang tadinya bertindak sebagai panitia perekrutan murid sekte Bangau Putih pun tidak menemukan anak selemah ini.
Mendengar keterangan yang sangat buruk mengenai Rafa dan Hakim sempat membuat Jidan tidak enak hati, ia tidak percaya dengan penjelasan itu dan mencoba memeriksanya sendiri.
“Tidak mungkin anak sepintar ini memiliki kualitas tulang seburuk itu” ia segera memegang tangan Hakim dan memeriksanya sendiri.
“Apa?!”
Wajah Jidan seperti disambar petir ia benar-benar terkejut dengan kenyataan itu “Apa Apaan ini? Tubuh kau Hakim sangat lemah?” Jidan sangat kaget.
Kini ia meraih tangan Rafa untuk memeriksa, ia berharap Rafa akan lebih baik dari Hakim, akan tetapi wajahnya benar-benar tidak bisa tersenyum.
“Ini lebih buruk lagi, sebenarnya kalian ini makan apa sih? Apa kalian makan angin? Nak Rafa tulang mu itu bahkah lebih buruk dari kerupuk dan aku tidak bisa menyalahkan perguruan ini karena tidak menerima kalian, kalian benar-benar tidak berbakat untuk jadi seorang pendekar” Jidan merasa sedih dengan kenyataan pahit itu.
Memang di dunia ini orang yang memiliki kualitas tubuh rendah akan sangat sulit untuk berkembang, apalagi kualitas tubuh lebih rendah dari anak biasa.
Dalam kasus ini, Rafa sendiri anak prematur yang tidak memiliki potensi untuk menjadi seorang pendekar, oleh karenanya sebuah perguruan tidak mau membuang sumberdaya untuk anak sampah yang tidak menjanjikan
Rafa menarik napas panjang, ia sebenarnya sudah tahu hal ini akan terjadi dan dia juga tidak berharap untuk menjadi anak berbakat tapi ia hanya ingin masuk keperguruan ini karena ada sesuatu yang di inginkannya, yaitu Kristal Meteor yang berada di area belakang perguruan Bangau Putih.
Rafa senyum, “Baiklah! Bagaimana jika kami menjadi tukang masak saja, bukankah itu tidak membutuhkan kualitas tubuh, lagi pula seorang anak di kekaisaran ini yang sudah berusia tujuh tahun di wajibkan untuk belajar dan apa salahnya kami belajar memasak” pinta Rafa dengan wajah lugunya.
“Apa?!”
Hahahaha
“Baru kali ini aku lihat ada anak langsung berkata jujur dan meminta jadi koki, kalau begitu kami memag tidak bisa melarang kalian, mulai sekarang kau jadi koki di sini jadi masaklah yang enak, Hahaha”
Semua orang tertawa terbahak-bahak namun Jidan hanya bisa senyum pahit, ia sebenarnya ingin mengangkat Rafa jadi murid namun mengingat tubuh Rafa yang tidak memungkinkan jadi ia hanya pasrah saja.
“Nak! Aku benar-benar iri padamu, kau bisa setabah ini dengan kondisi tubuhmu yang seburuk ini, aku salut padamu” Jidan menepuk pundak Rafa dengan perasaan penuh bangga.
**
5. Kristal Meteor
Setelah Rafa dan Hakim diterima pada perguruan Bangau Putih dan ditempatkan di dapur pada bagian koki, Jidan meminta pamit untuk pulang ke perguruan Rajawali Utara, sabagai ucapan terimakasih pada Rafa dan Hakim ia menghadiahinya pisau terbang bermata dua serta satu keping emas.
Di dapur Rafa dan Hakim ditempatkan bersama sepuluh anak lainnya. Semua anak dalam ruangan ini merupakan anak desa miskin pada dasarnya semua mereka tidak mengerti mengenai dunia pendekar, dan pada saat pembasmian perguruan Bangau Putih hampir semua anak-anak ini selamat.
“Rafa! Kenapa kau minta kita jadi tukang kerja di dapur, bukankan kita lebih baik bekerja sapu halaman saja, dan sebagian waktu bisa kita gunakan untuk tidur” Hakim bertanya karena dia benar-benar tidak tahu apa yang harus di lakukan di dapur.
Rafa senyum tipis, “Kau tenaglah Hakim, kita di dapur setidaknya kita akan kenyang, bukankah sebelum menghidangkan makanan kita akan makan dulu, dengan bekerja di sini kita akan kenyang setiap harinya” Rafa memberikan alasan masuk akal padanya.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Anak-anak yang bertanggung jawab di dapur selalu diberi makan lebih cepat dari pada anak-anak dibagian lainnya walaupun menu yang disediakan sama.
“Hehe, benarkah! Kita sangat beruntung, tapi aku tidak pandai masak” Hakim menghirup ingusnya.
Rafa tertawa dan memukul pundaknya, “Hahaha, Tanang lah! Tidak mungkin kita di suruh masak, kita ini akan membantu merapikan kayu bakar, mencari kayu bakar yang dan tentunya kita hanya membantu-bantu saja, jadi tenanglah!” Rafa menenangkan Hakim yang cepat panik dengan sesuatu yang baru.
Rafa ingat di kehidupan sebelumnya, hari pertama masuk keperguruan semua murid di uji untuk masuk ke hutan lindung di kawasan perguruan Bangau Putih, di sana banyak terdapat Hewan Ghaib tingkat rendah seperti Kelinci Surgawi, Kambing Bertanduk Ganda, Rusa Kutub, Serigala Merah, dan berbagai jenis hewan ghaib lainnya.
Begitu juga dengan murid-murid juru masak mereka di uji untuk mengumpulkan kayu bakar di hutan, namun dalam kasus murid-murid dari juru masak tentunya mereka dijaga oleh pendekar khusus karena kualitas tubuhnya bahkan lebih rendah dari Kelinci Surgawi.
“Anak anak perhatian semuanya!”
Tiba-tiba seorang wanita berumur 25 tahun berparas manis, berseragam koki berwarna putih bersih dan memakai penutup kepala, di punggungnya terselip kuali besar hingga ia terlihat seperti kura-kura, tangannya memegang sebuah senduk sayur berukuran besar.
Sekilas ia terlihat seperti koki yang kehilangan dapur, tapi sesungguhnya wanita ini selain seorang koki handal ia juga seorang Pendekar Koki yang sangat terkenal dan memiliki budidaya tubuh tingkat kayu, di dunia pendekar dia di Juluki Ayla si Koki Bangau.
Julukan itu bukan isapan jempol belaka, walaupun budidaya tubuhnya tingkat kayu namun dengan kuali dan sendok sayur di tangannya dia mampu merobohkan beberapa pendekar tingkat batu sekeligus, hanya saja tubuh Ayla memiliki kualitas rendah sehingga dia pertama masuk keperguruan Bangau Putih juga di bagian Juru masak.
Rafa menetes air matanya saat mengenang Ayla di kehidupan sebelumnya, Ayla selain menjadi guru masak ia juga sering mengajari murid-murid cara bertahan hidup di rimba persilatan ini, Ayla di kehidupan sebelumnya meninggal dalam misi rahasia dan penyebab kematiannya juga misterius mayatnya ditemukan di tepi sungai dalam keadaan tidak berbusana.
“Anak anak, perkenalkan namaku Ayla, kalian bisa memanggilku bibi Ayla saja, mulai hari ini kalian di bawah bimbingan ku, Bibi Ayla bikanlah orang hebat tapi Bibi Ayla berjanji pada kalian untuk memberikan yang terhebat yang saya miliki, mulai hari ini berbahagia lah, karena kita akan mencari kayu bakar dan mengejarkan kalian bangaimana bertahan hidup dengan kondisi tubuh lemah” Ucapnya bersemangat, Ayla dulunya juga anak yatim piatu yang dititip ke tempat ini jadi dia tahu benar kondisi dan perasaan murid-muridnya.
Semua anak anak ingusan ini saling pandang kebingungan, pada dasarnya semua anak-anak di sini menurut saja tanpa ada bantahan, bahkan setelah setahun kemudian tidak ada seorang anakpun yang mengalami peningkatan katagori lumayan, bahkan pada saat itu Rafa dan Hakim yang terburuknya.
Rafa terlihat juga tidak ingin menonjol dari anak lain dan ia bersikap biasa saja, bahkan ingusnya pun sama merembesnya dengan anak-anak lain.
‘Aku tidak mau mengubah ini, karena Bibi Ayla sesaat lagi akan mengangkat Hakim jadi ketua, kerena keributannya, sementara misiku hanya untuk mendapatkan kristal meteor di hutan ini bagaimana pun caranya karena ini langkah awalku’ batin Rafa senyum menoleh ke arah Hakim yang terlihat bersemangat.
Hakim berdiri mengangkat tangannya, “Berpetualang di hutan seperti ini sangat mengasikkan, Bibi Ayla mari kita berangkat!” Hakim berteriak dengan penuh semangat.
Melihat Hakim berani berbicara di antara anak lainnya, akhirnya Hakim diangkat menjadi ketua seperti yang terjadi di masa lalu, dan sejauh ini masa depan belum berubah sedikitpun.
Bibi Ayla, segera menyuruh anak-anak untuk bersiap mencari kayu di hutan, dan iapun berpesan agar semua anak-anak tidak terlalu jauh darinya karena bisa mendatangkan bahaya, apalagi jika sempat bertemu dengan hewan ghaib buas dan itu bisa dipastikan akan mendatangkan korban Jiwa.
**
Hutan lindung perguruan bangau putih sebenarnya bagian dari Hutan Rimba Raya dan hewan-hewan ghaib tingkat tinggi tidak jarang mendatangi wilayah ini. akan tetapi tim pengawasan hutan ini selalu bertindak jika itu terjadi, tapi untuk hewan tingkat pejuang kebawah maka dibiarkan saja berkeliaran sebagai objek latihan para murid.
Sekarang 500 orang murid dari berbagai bidang diturunkan untuk berburu, mencari rempah-rempah, dan berbagai macam keperluan lainnya tergantung bidang masing-masing, Jika Rafa hanya sekedar mengumpul kayu bakar dan memetik buah-buahan yang bisa dimasak selain itu bukanlah pekerjaan mereka.
Setiap murid diberikan bros dari kain, warna bros menandakan bidang masing-masing, seperti bros emas menandakan kelas anak berbakat, bros hijau kelas medis, serta berbagai macam warna lainnya. Rafa sendiri memiliki bros abu-abu yang sering di juluki bros kain kafan.
“Ingat anak-anak! Kalian jangan buat onar dengan anak lain, jika di pukul jangan membelas, kalian mengalahlah, mereka pada umumnya anak-anak penjabat dan bangsawan, mereka itu memiliki sumber daya yang melimpah maka kalian jangan berurusan dengan mereka, dengarlah jangan membuat onar!”
Ayla terus mengingatkan anak didiknya, karena ia tahu dia sendiri selalu terpojok diantara semua guru, ia tidak memiliki latar belakang sehingga Ayla sendiri sering mengalah dalam urusan perguruan. Apa lagi mengingat semua murid-muridnya tidak satupun ada yang memiliki latar belakang dan lebih cocok dikatakan limbah asli.
“Baik bibi!”
Hakim sebagai ketua terus memimpin, dengan garang ingusnya terus di sapu dengan lengannya hingga pipi telah mengeras dengan rembesannya, seluruh anggota langsung mengikuti di belakangnya, hanya kelompok inilah yang terlihat paling culun di antara semua.
Ayla berdiri terpaku, ‘Entah kenapa perasaan ku senang, padahal aku hanya menemukan murid-murid tidak berguna sepertiku, tapi biarpun begitu aku berharap mereka akan menjadi orang yang sukses kedepannya, tidak sepertiku’ batinnya mengamati murid muridnya yang kini mulai menyebar mencari kayu bakar.
**
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
