Chapter 13-16. Lagenda Dewa Leluhur

37
27
Deskripsi

13. Waktu Habis

14. Kekalahan Silvia

15. Pasar Kota Lembah Mawar Salju

16.  Mija Organisasi Dewa Pil Dunia dan Puri Liona 

13. Waktu Habis.

“Oh! Rupanya kau tadi belum menggunakan tenaga mu ya! Sungguh sombong!” Silvia terlihat sangat marah ia merasa diremehkan oleh seorang anak sampah, Silvia segera memutarkan tongkatnya dan siap menyerang dengan kecepatan penuh.

“Kau Tahu! Di dunia ini memiliki budidaya tubuh saja tidak cukup untuk membuat kita menang dalam sebuah pertarungan”

Rafa hanya menyeringai, mengangkat sendok kuali tinggi-tinggi, 'Anak ini sungguh sulit di lawan, aku tidak menduga kalau anak ini bukan hanya cepat, tetapi juga memiliki tubuh yang sangat keras, selain itu dia juga memiliki teknik-teknik hebat yang sulit bagiku untuk mengalahkannya bermodal sendok kuali ini, tapi bagaimanapun level ku terus naik setiap saat, baiklah, siapa tahu setelah mengalahkannya aku bisa mencapai level 6’ batin Rafa senyum siap menyambut serangan Silvia dengan serangannya.

Para penonton menjadi tidak sabaran saat melihat waktu hampir mencapai semenit, mereka mulai bergemuruh mendesak Silvia. 

“Silvia! Cepat, waktu mu beberapa detik lagi!” 

“Cepat Silvia!” 

Terdengar desakan dari para guru membuat Silvia harus menggigit bibir, “Kurang ajar! Lihat serangan!” teriak Silvia melompat tinggi ke udara sembari mencungkirbalik melayang menyerang ke arah Rafa mati-matian menggunakan tongkatnya.

“Teknik Kaisar Tongkat Langit!”

Swuut! Swuut! Swuut!

Trang! Trang!

Rafa terus bertahan dari arah bawah, sementara Silvia tubuhnya melayang di udara dengan posisi kepala mengerah ke bawah sembari menyerang Rafa dengan pukulan-pukulan dahsyat tongkatnya, para penonton kembali bersorak gemuruh.

“HAAAAAAH!”

“Ini sungguh luar biasa!”

“Iya! Silvia sangat hebat!”

“Aku setuju! Tapi lihatlah! Anak gembel itu masih berhasil bertahan”

“Iya, dia seperti kura-kura dalam cangkang”

“Gawat! Semenit sudah habis! Anak Sampah itu berhasil bertahan dari serangan mematikan ini”

Semua orang spontan bangkit berdiri dari posisi duduk dengan berbagai macam perasaan dalam sorakannya, ada yang jengkel, marah, geram, dan ada pula yang kagum melihat kehebatan keduanya. 

Mereka benar-benar tidak menyangka serangan dahsyat Silvia yang begitu anggun dan mematikan berhasil dipatahkan oleh seorang anak sampah bertemeng kuali sampai terdesak hebat. 

“Gawat! Kenapa aku tidak bisa menjatuhkannya! Padahal serangan yang kulancarkan ini bahkan mampu menjatuhkan seorang dewasa sekalipun” Gumam kesal Silvia terus mendesak Rafa.

Walaupun saat ini Rafa terlihat sangat terdesak dengan hantaman tongkat yang bertubi-tubi ke arahnya, namun Silvia sendiri telah menggunakan tenaga dalam yang sangat besar untuk teknik-tekniknya.

“Kurang Ajar!”

Ketua Moja mengepalkan tangan karena geram, matanya mencorong menatap Rafa seolah ia ingin menelannya bulat-bulat. 

“Sial! Aku telah kalah bertaruh kali ini! Bagaimana anak sampah bisa memiliki pemahaman yang hampir menyeimbangi ku dalam teknik beladiri! Hm.. Sekarang aku baru menyadari bahwa kuali besar sangat efektif untuk bertahan dari serangan tongkat, sampai-sampai Silvia tidak memiliki peluang untuk menyerangnya secara langsung” Ketua Moja benar-benar tidak menyangka anak sampah ini sangat lihai dalam bertahan.

Hal yang senada juga dipikirkan oleh Dira sembari memijat kening kebingungan, “Waktu bahkan sudah melewati dua menit. Silvia masih belum mampu merobohkan anak sampah ini... Ini sungguh celaka! Nama Perguruan Bangau Putih akan menjadi buruk setelah kejadian ini, aku heran bagaimana cara bocah miskin sialan bisa menjelma menjadi kura-kura yang sangat sulit dihadapi, kalau begini terus Silvia bisa kalah kehabisan tenaga dalam” Dira terlihat sangat kecewa pada Silvia yang tidak mampu merobohkan anak sampah yang baru dilihatnya.

Disisi lain para guru yang bertaruh untuk Rafa justru bersorak bangga bersama teman-temannya sampai-sampai pertengkaran mulut terdengar diantara mereka yang tidak menyukainya.

“Horeee! Kita menang!”

“Hahaha! Kita menang, kita menang bocah sampah berhasil bertahan! Hahaha”

“Hidup bocah sampah!”

“Hidup bocah sampah!”

“Mati bocah sampah! Sialan kalian!”

Sebagai orang yang bertaruh untuk Rafa mulai ribut mendukungnya termasuk Komal. Komal terus mengusik Dira dengan candaannya sampai Dira menjadi emosi dibuatnya. 

“Entah kenapa aku menjadi senang anak ini bisa bertahan, hahaha, yang jelas gaji ku setahun ini akan meningkat dua kali lipat dan tentunya aku mendapatkan 10 keping emas darimu sekarang, hahaha” Komal terus tertawa terbahak-bahak dengan keberuntungannya, 

Dira mengepalkan tangannya, raut wajah marah, “Bagaimana kalau kita lipatkan taruhan menjadi 20 keping emas, Hitam Putih! Menang atau Kalah!” tanya Dira dengan nada marah.

Taruhan ini tentunya membuat Komal tidak berminat, karena dia tidak yakin Rafa bisa menang, “Tidak! Bagaimana kalau anak sampah itu berhasil bertahan 20 menit saja? Huh?” Komal yakin Rafa setidaknya mampu bertahan 20 menit kedepan dengan teknik tempurung kura-kuranya, dan taruhan yang seperti ini akan terlihat berimbang.

“Tidak! Hitam atau Putih!” Tegas Dira marah, karena ia dapat melihat Silvia sudah lelah dan mendarat ke tanah dengan nafas terengah-engah.

‘Aku heran, bangaimana bisa teknik tongkat itu tidak bisa menembus pertahanan kuali? Kuali itu sangat besar dan dapat melindung bocah itu dengan sempurna, sementara celahnya hanya saat bocah itu menyerang ini sungguh perkara yang sulit bagi Silvia yang tidak berpengalaman dalam pertarungan yang sebenarnya’ batin Dira jengkel.

“Hahaha, rupanya murid banggaanmu itu tidak lebih hebat dari anak sampah, dan itu terbukti sekarang, dia bahkan tidak mampu mengalahkan anak sampah miskin bersenjatakan kuali. Baiklah! Hitam Putih, tapi kalau aku kalah 10 keping emas aku bayar! Artinya kita imbang, tapi kalau kau kalah! Kau harus membayar ku 30 keping bagaimana?”

“Deal!”

Dira dan Komal mulai bertaruh lagi. kini mereka fokus menyaksikan dengan serius jalannya pertandingan. Sementara para guru lain kini mulai riuh disertai tepuk tangan meriah dan sekarang sudah terlihat ada dukungan untuk kedua belah pihak.

Bhom!

“Level 6!”

Tubuh Rafa mengeluarkan gelombang udara pelan, ‘Hehe, Aku naik level lagi, ini sudah hampir setara dengannya, kini tubuhku setara kayu bintang satu, sementara dia bintang dua’ Batin Rafa kembali naik level saat pertempuran. 

Rafa kembali menyerang Silvia yang telah terengah-engah kelelahan akibat serangan nekad sebelumnya. Kecepatan Rafa kini semakin meningkat. 

“Silvia! Sekarang cobalah kau bendung serangan ku ini!” Rafa mulai melancarkan serangan dengan sendok kuali sangat cepat mengimbangi gerakan tongkat Silvia. Arah penyerangan kini berbalik Silvia kini mulai bertahan dan menyerang sesekali.

“Ayo bocah sampah kamu bisa!”

“Ayo bocah sampah berusahalah!”

Sorak-sorai nonton mulai terdengar riuh mendukung Rafa hingga menggema ke udara. Silvia sangat marah dia kembali menggunakan kekuatan terhebatnya dan tidak memperdulikan lagi pakaiannya terkena kotoran dari tubuh Rafa.

“Bocah sampah kau memang bisa membuatku murka!” Teriak Silvia langsung menyerang dengan tongkat dan cengraman menghentikan gerakan kuali yang terus merepotkannya.

Rafa menyeringai, “Oh! Sekarang kau bahkan harus berusaha mati-matian, itu bagus” sambil menepis cengkraman Silvia dengan sendok kuali sampai merah tangannya. 

Rafa terus menerjang memukul dada, pinggang, dan punggung Silvia dengan cepat hingga Silvia kewalahan mengikuti kecepatan gerakannya. 

“Aakkkhh! Aahhhkk! Aaiih! Kurang ajar kau berani memukul pinggangku!” Teriak marah Silvia namun kini gerakan Rafa semakin cepat.

**

14. Kekalahan Silvia

Buff! 

“Level 7”

Gumam Rafa senyum seraya menyerang Silvia dengan kecepatan tinggi, kuali bukan lagi sebagai tameng bertahan tapi telah menjadi senjata penyerangan mematikan.

“Hempasan Tameng Surga!”

Dung! Dung! Dung!

Gelombang kejut yang diciptakan membuat sendi-sendi Silvia terasa copot. Silvia kini terlihat terhuyung-huyung ke belakang. di saat bersamaan Rafa menyerangnya dengan pukulan kuali dengan cepat ke arah dada Silvia.

Bhong!

“Aaakkkhh! Kurang ajar!” 

Silvia terhempas jauh jatuh ke tanah, dengan marah Silvia bangkit namun kali ini tamparan sendok kuali bertubi-tubi sampai merah dipipinya. Silvia benar-benar tidak tahan dengan tamparan perih yang dirasakan.

“Cukup! Cukup! Aku menyerah!” Teriak Silvia tidak tahan lagi dengan tamparan besi tipis sendok kuali, amarahnya meluap-luap namun ia tidak bisa berbuat banyak.

“Apa?!”

WAAAAAAH!!

“Anak sampah itu menang!” 

“Ini keajaiban!”

Semua penonton riuh, mereka benar-benar tidak menyangka Silvia akan dapat dikalahkan oleh bocah gembel yang tidak berbakat sama sekali. Kini mata mereka mulai terbuka bahwa anak gembel bertubuh lemah pun bisa jadi pemenang dengan kepintarannya.

“Apa aku bermimpi? Kenapa bisa begini, ini pasti mustahil!” Ketua Moja terbelalak mulutnya terbuka lebar ia tidak percaya dengan kejadian ini, berkali-kali ia memukul kepalanya untuk mencari kebenaran. 

“Ini hebat sekali! Hik hik” Ayla menangis bahagia ia tidak pernah menyangka menemukan sesosok anak miskin hebat yang bisa mengalahkan anak paling jenius perguruan Bangau Putih dimasa ini. Pandangan mata Ayla tidak terkepas dari Rafa yang kini datang menghampirinya. 

Sementara gemuruh sorak terus terdengar dari para pendukung Rafa dengan sangat antusias. Apalagi sorak gembira diantara bidang-bidang sampah yang dianggap rendah oleh kelas jenius, kini mereka merasa hidup dengan kehadiran Rafa sebagai penyemangat baru.

“Bibi Ayla! Kami pulang dulu kurasa sekarang sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan” Rafa menyerahkan kuali dan sendoknya kembali pada Ayla.

“Terimakasih nak! Kau telah membuka mataku, aku dulu sempat putus asa sekarang aku mulai mengerti inti dari kekuatan hakiki manusia” 

Ayla senyum bahagia melihat wajah kurus Rafa yang bersemangat. ‘Pada dasarnya Silvia lebih tua 2 tahun dari Rafa, dan Silvia juga mendapat pelatihan khusus selain itu ia juga mendapatkan sumber daya yang melimpah dari keluarganya… Akan tetapi itu semua masih jauh dari kata ‘Hebat’ jika dibandingkan Rafa yang hanya anak yatim miskin tidak berpunya’ pikir Ayla bangga.

Ketua Moja berjalan santai menghampiri Rafa dan menepuk pundak Rafa untuk memeriksa kualitas tubuh dengan angkuhnya. Rafa menyadari itu namun dia pura-pura bodoh seolah itu hanya tepukan biasa.

‘Eh! Bukan kah anak sampah ini yang dibawa masuk oleh Jidan si Pendekar Rajawali tadi siang? Aku bisa merasakan kualitas tubuhnya masih seperti tadi siang saat pertama kali dia kemari, sungguh kotoran yang melumuri membuat ku tidak mengenalinya' Batin Moja terkejut sembari mengelus lembut janggut panjangnya.

“Bocah! Terus terang aku tidak menyadari kalau kau anak yang di bawa oleh Tetua Jidan kemari, mengingat hubungan baikku dengannya, aku memaafkan kau dan bersedia menerimamu kembali sebagai murid di tempat ini”

Rafa senyum, “Teimakasih Guru Besar, tapi saya tidak tertarik” Rafa terus terang karena di kehidupan kali ini ia tidak mau tinggal diantara orang-orang penjilat dan keji. 

Mendengar jawaban itu membuat semua orang tercengang termasuk Ketua Moja. ‘Anak kurang ajar ini berani-beraninya dia menolak tawaran ku, anak sampah ini sungguh sombong' batinnya geram.

Ketua Moja mencoba menahan amarahnya, “Kau pikir bahwa kau hebat karena bisa mengalahkan Silvia hari ini, tapi kau harus tahu, tanpa ada dukungan keluarga dan perguruan yang hebat dibelakangmu, kau akan selamanya menjadi pecundang yang tidak berguna, kau tidak usah bermimpi untuk menjadi hebat kalau sumberdaya dan latar belakang tidak mendukung. Ingatlah! Teknik hebat mu hanya bergunakan untuk melawan tingkat kayu, dan sangat mustahil kau bisa melawan tingkat tingkat diatasnya. 

Rafa senyum ia mengalihkan pandangannya pada Ketua Moja dan menatapnya dengan tatapan serius, “Ketua Moja, sudah seratus tahun manusia tidak lagi melihat atau mendengar ada kabar tentang manusia yang mencapai ranah kaisar, dan paling tinggi hanya ranah Raja itu pun di bumi tengah, kau tahu kenapa?” Rafa bertanya dengan tatapan serius.

Tatapan serius Rafa berhasil membuat Ketua Moja tertarik untuk menjawab pertanyaannya, selain itu ia ingin membuktikan wawasannya pada guru-guru lain yang berada di sana. Begitu pun dengan guru lain yang ingin sekali mendengar jawaban darinya sehingga tempat ini menjadi hening sejenak.

Ketua Moja menyeringai menganggap remeh pertanyaan anak-anak, “Ini sudah jelas, karena dunia sekarang manusia sangat sulit mendapatkan sumberdaya setelah era kehancuran peradaban setelah peperangan para Dewa seratus tahun lalu. Peperangan itu telah menelan korban banyak Dewa manusia, sebagai yang hidup menghilang dari Bumi ini. begitu pula dengan Dewa bangsa lainnya, jadi logikanya dunia ini sekarang hanya sampah yang tak mungkin menghasilkan Dewa” Jelas Ketua Moja berdasarkan catatan sejarah yang ia baca.

Rafa senyum menggeleng-gelengkan kepalanya, “Hehe, Bukan! Kau salah besar, Era kehancuran tidak membuat dunia hancur ataupun menyebabkan sumberdaya musnah di muka bumi, karena Dewa Kaisar membawa musuh-musuhnya ke dunia lain untuk bertempur secara leluasa, hanya sebagian kecil saja umat manusia yang berperang di bumi” Rafa menyanggahnya berdasarkan kenyataan yang sebenarnya.

Rafa telah bertemu dengan para Dewa manusia yang terlantar diberbagai planet setelah peperangan itu dan dia telah mengambil ingatan mereka, sehingga sejarah kongkrit masa lalu sangat dipahaminya bahkan melebihi ahli sejarah manapun.

Rafa menarik nafas panjang dan mulai menjelaskan kebenaran sejarah, “Mengenai sumberdaya yang kalian kira merosot tapi kenyataan justru sebaliknya, sekarang sumberdaya melimpah ruah di dunia ini tapi tidak ada yang tahu kegunaannya. Hal ini karena jarang ditemui kitab-kitab tingkat tinggi dalam pemanfaatan herbal untuk budidaya tubuh. Di sisi lain, kalian malas mencari tahu sendiri, coba kalian pikirkan berapa kitab yang dihasilkan setelah era kehancuran? Tidak ada satupun kitab yang bisa dikatakan katagori layak. Jadi bagaimana kau bisa tahu seseorang berhasil atau tidak menjadi seorang ahli, jika hanya berpedoman pada kualitas tubuh sampah saja seperti aku ini? Padahal kalian sendiri tidak memiliki pengetahuan sedikit pun mengenai herbal!” Jelas Rafa lancar membuat semua orang tercengang, dan mereka hampir tidak percaya dengan kepintaran anak sampah di depannya.

Ketua Moja benar-benar kehilangan muka, kini ia hanya bisa marah kepada Rafa untuk menutupi kebodohannya, “Bocah! Kau Bicara seolah kau tahu segalanya. Padahal bocah sepertimu bahkan tidak bisa membaca dan hanya mendengar ocehan orang gila saja! Bermodal dari itu kau datang untuk berdebat dengan ku, sungguh bocah sampah! Kau pergilah! Kuharap kelak kau bisa membuktikan kata-kata mu itu, Aku ingin lihat bagaimana seorang sampah bisa menjadi pendekar hebat, jika itu bisa terjadi maka aku akan mencium lutut mu” Ketua Moja meninggalkan nada suaranya.

Rafa senyum, “Ingatlah kata-kataku hari ini! Kau akan melihat aku mengalahkan orang-orang seperti mu dengan mudah suatu hari nanti, selamat tinggal” Rafa mengakhiri perdebatan yang membuat semua orang tercengang. 

“Hakim! Hari sudah sore ayo kita pulang! Kalau tidak, kita akan sampai kemalaman sampai di rumah” 

Ajak Rafa mulai bergerak pulang dengan terburu-buru, Hakim langsung mengikutinya tanpa komentar apapun karena Hakim tidak terlalu memperdulikan pembicaraan Rafa dengan Ketua Moja yang dianggap membingungkan. 

Semua orang terheran-heran dengan sikap Rafa yang misterius dan menggelikan. Kemudian mereka pun kembali dengan urusan bisnis taruhan mereka kembali tanpa memperpanjang pembahasan perdebatan yang tidak mereka ketahui.

Silvia dari tadi hanya diam sekarang ia bangkit berdiri memegang pipinya yang bengkak, tatapan matanya tajam kearah Rafa yang telah menjauh, 

“Rafaa! Suatu saat aku akan datang padamu untuk membalas kekalahan ini, pada saat itu kuharap kau bisa menjadi lebih kuat!” Silvia meninggikan suara agar terdengar oleh Rafa yang telah pergi semakin menjauh dari tempat itu. 

Rafa bisa mendengar dengan jelas, akan tetapi Rafa terus beranjak pergi meninggalkan wilayah perguruan Bangau Putih bersama Hakim tanpa memperdulikan mereka.

Silvia menghentakkan kakinya karena geram, “Sial! Kenapa aku tidak berpikir kalau pertahanan panci sangat sulit untuk dilawan, kurasa kalau seandainya dia tidak memakai panci maka dia dapat kulumpuhkan dengan mudah” gumam Silvia kesal. 

“Silvia! Kamu akan ku hukum hari ini! Gara gara kamu aku rugi 30 keping emas! Dasar murid tidak berguna!” 

Terdengar bentakan Dira memarahi Silvia sebab kekalahannya, walaupun pada dasarnya itu bukanlah kesalahan Silvia dalam menang kalah pertarungan. tapi kali ini Dira telah kalah setara setahun gajinya di perguruan Bangau Putih.

**

15. Pasar Kota Lembah Mawar Salju 

Sore hari Rafa dan Hakim pulang melewati pasar Kota Lembah Mawar Salju. Pasar ini merupakan pasar maju yang menjadi jalur perdagangan darat dan jalur sungai. Jadi tidak heran kalau kota ini selalu ramai dikunjungi oleh berbagai macam kalangan dengan berbagai keperluan, ada yang berdagang ada pula yang datang mencari barang-barang kebutuhan sehingga tawaran menawar terlihat di berbagai tempat.

Pasar ini terletak di tepi sungai Mirai, sehingga sebagian orang menyebutnya “Kota Pelabuhan Mirai”. Hiruk pikuk orang jualan terlihat di berbagai tempat. Mereka menjual berbagai macam barang dan tidak sedikit barang yang diperjual-belikan merupakan barang berkualitas tinggi dari berbagai kekaisaran. Hal inilah yang buat semua orang tertarik untuk berkunjung kemari.

Rafa dan Hakim memasuki Pasar Kota hanya untuk berbelanja kesehariannya, karena ia tidak mempuanyai uang yang cukup untuk membeli barang berharga yang terus ditawarkan oleh penjual pada pengunjung yang melewati lapak mereka dan tidak terkecuali Hakim dan Rafa, walaupun pada kenyataannya mereka berdua hanyalah gembel. 

Rafa terus melirik para penjual miskin yang menjual berbagai macam herbal dan barang pusaka milik keluarganya dengan harga murah, hal ini dikarenakan karena buruknya perekonomian rakyat dan tidak sedikit dari mereka yang mati kelaparan di era ini.

Rafa dan Hakim terus melihat-lihat barang yang di lewati, hingga Hakim menjadi bertanya-tanya barang apa yang rencananya akan dibeli Rafa.

“Rafa! Sebenarnya kau mau beli apa?” 

“Aku mau membeli ember kayu besar, dan tentunya seekor kuda untuk mempercepat perjalanan kita”

“Apa? Dari mana kita akan mendapatkan uang sebanyak itu?” Hakim penasaran karena kepingan emas yang mereka dapatkan belum tentu mendapatkan seekor anak kuda.

Rafa senyum, tiba-tiba pandangan matanya teralihkan pada banguan tua yang telah berlumut dan memiliki perkarangan yang sangat luas. 

“Lihatlah bangunan itu, Gedung Organisasi Dewa Pil Dunia! Dahulu kala organisasi ini merupakan organisasi besar yang telah menguasai dunia, tapi lambat laun akibat banyaknya para ahli mereka mati karena diserang oleh Siluman dan banyaknya pesaing lainnya membuat organisasi ini runtuh dan tidak sanggup lagi berkembang setelah puluhan tahun terakhir, jadi wajar saja kalau organisasi ini menjadi sangat miskin begini” jelas Rafa pada Hakim yang memang tidak tahu apapun.

Hakim senyum melihat bangunan tua itu, “Rafa! Ibuku dulu bekerja di sini, dia bilang gedung ini mau di jual, dan sampai sekarang belum laku, kamu hanya mengarang cerita mengenai Dewa Pil Dunia itu, karena aku bahkan tidak melihat apa-apa didalam sana sebelumnya selain ruang kosong” Hakim terlihat serius dengan pembicaraannya.

Rafa terbelalak, 'Pantas saja di kehidupan ku sebelumnya disini menjadi markas Aliran Hitam, rupanya bangunan ini terjual ke Aliran Hitam karena jatuh bangkrut, dan sepengetahuan ku, saat ini seluruh organisasi Dewa Pil Dunia telah bubar di seluruh dunia dan bahkan sudah tidak terdengar lagi namanya, karena sebagian ahli yang tersisa pun telah bergabung ke organisasi lainnya, seperti di kekaisaran ini mereka semua telah bergabung ke Menara Pil Anggrek Salju, baiklah aku sangat penasaran dengan pemiliknya’ Rafa langsung masuk ke dalam bangunan tua tak terawat yang di ikuti oleh hakim sebagai pemandu jalan, namun sesampai di depan gedung suasana hening tidak ada aktifitas manusia yang terlihat.

“Rafa!” Panggil Hakim yang enggan memasuki gedung kosong dan tidak terlihat ada orang yang menyambutnya.

“Hakim ikuti saja aku, jangan khawatir kita tidak mencuri” Rafa terus mendorong pintu bangunan perlahan.

“Ada Orang!”

Sesaat hening, Hakim menarik tangan Rafa agar tidak masuk ke dalam lebih lanjut, “Jangan masuk ke rumah orang tanpa izin, nanti kita di tuduh pencuri” Hakim mengingatkan, wajahnya mulai pucat.

Rafa mengerutkan keningnya, ia dapat merasakan sesuatu yang aneh telah terjadi didalamnya, “Ayo kita masuk! Jangan membuat suara! Aku merasakan sesuatu yang aneh didalam sana” Rafa bergegas pergi namun menjaga langkahnya agar tidak membuat suara berisik.

Setelah bergerak beberapa langkah Rafa bisa mendengar suara pedang beradu tanding yang agak jauh dari halaman belakang gedung. 

“Hakim bergegas lah! Sepertinya ada orang yang bertarung di halaman belakang!” Rafa terus berlari mempercepat langkahnya.

“Rafa! Kita harus pulang!” Ajak Hakim yang terlihat ragu untuk mencampuri urusan orang lain, akan tetapi saat melihat Rafa pergi dia pun terpaksa mengikutinya. 

Di halaman belakang, Rafa melihat seorang kakek renta berseragam putih lusuh tingkat timah sedang bertempur mati-matian melawan tiga orang berseragam hitam tingkat batu.

“Tua Bangka! Kami telah mencarimu bertahun tahun lamanya, sekarang katakan di mana kau menyembunyikan bayi ajaib itu, kalau tidak kami akan membunuhmu!”

“Hahaha, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, kalian mencari orang tua yang salah, tapi yang kutahu kalian tidak bisa kubiarkan hidup”

“Kakek tua! Jangan berlagak pikun, serahkan bayi yang kau rampas lima tahun silam dari kami, kalau tidak kau tidak bisa mati dengan tenang!” 

“Bayi apa? Apa kalian melihat aku membawa bayi? Hahaha” 

“Tua bangka keras kepala!” 

Ketiga orang itu kembali menyerang dengan membabi buta dan pertarungan sengit tiga lawan satu kembali terjadi. Rafa bersembunyi di belakang Bunga Teh Peri bersama Hakim, ia bisa melihat jalan pertarungan sengit itu terlihat berimbang. 

Rafa mencoba mengingat-ingat wajah kakek tua renta dan wajah ketiga orang penyerangnya, tapi Rafa terus mengeleng-gelengkan kepalanya. 

‘Ah! Aku tidak bisa menemukan mereka dalam ingatanku, dan akupun tidak tahu siapa mereka, kalau begini bagaimana aku harus mencampuri urusan ini, baiklah! Aku akan keluar, orang baik akan bersikap lunak padaku sementara orang jahat pasti akan menyerang ku’ batinnya 

“Hakim kau teruslah di sini! Aku akan ke sana sebentar” Rafa perlahan keluar dari persembunyiannya sembari memberikan isyarat pada hakim agar Hakim tidak keluar dari tempat persembunyiannya.

“Para Pendekar! Berhenti, kenapa kalian bertarung satu sala lain layaknya anak-anak? Huh?”

Pertanyaan Rafa secara tiba-tiba menarik perhatian ke-empat orang yang sedang bertarung, dan serentak tiga orang berserangam melompat mundur dari pertarungan, sementara Kakek Tua Renta langsung melompat, ke sisi Rafa dengan wajah khawatir.

“Nak! Pergilah dari sini, di sini berbahaya” perintahnya sembari menghunus pedang kearah tiga orang berpakaian hitam agar tidak segera maju.

“Huh! Tua Bangka! Kau akan mati, begitu juga dengan anak kecil yang mengetahui rahasia kita, mulai saat ini aku akan membunuh kalian berdua!”

“Nak kau pergilah! Ini bukan urusan mu, dan aku akan melawan mereka sampai darah penghabisan”

Ucapan kakek tua renta itu sembari menerjang maju menyerang tiga orang berpakaian hitam dengan sengit. 

Rafa mulai tahu yang mana musuh dan lawan, Rafa segera memanfaatkan kesempatan untuk menyerang secara diam-diam ketiga orang pasukan itu dengan pisau pemberian Jidan si Pendekar Rajawali. 

‘Mungkin untuk melawan secara langsung akan sedikit sulit bagiku! Namun dengan membunuh mereka otomatis level ku akan meningkat dengan sendirinya, karena 50 persen dari tenaga dalam mereka akan terserap secera langsung pada ku saat membunuhnya’ Batin Rafa segera menyerang cepat menusuk dari punggung salah satu penjahat berpakaian hitam hingga menembus dadanya.

“Aaakkkhh! Sial! Anak ini menyerang saat aku lengah…. Aaakkkhh…”

“Level 8”

“Leve1 9”

“Level 10”

‘Aku telah menerobos level 10 artinya aku sudah setara dengan tingkat kayu tahap akhir!’ batin Rafa kembali melompat mundur sembari menarik tancapan pisaunya.

**

16. Mija Organisasi Dewa Pil Dunia dan Liona

Dua orang berseragam hitam kaget, mereka benar-benar tidak menyangka bocah kecil itu menyerang satu rekan mereka secara diam-diam hingga mati, kini kemarahan dua orang itu semakin menjadi-jadi terhadapnya.

“Bocah jahannam! Beraninya kau meyerang Anggota Partai Lembah Hantu! Kau akan berakhir disini!” Teriak salah satu pasukan marah melihat satu rekannya telah mati bersimbah darah di samping mereka.

“Kita bunuh bocah ini dulu! Karena tua bangka ini telah terluka parah dan keracunan, tanpa kita bunuh pun dia akan meti sendiri!” Ajak rekan satu lagi mulai menghunus pedangnya pada Rafa.

Kakek tua renta itu kaget mendengar siasat dua musuhnya, “Nak! Pergilah biar aku yang menghadapi mereka! Karena dua orang akan sedikit mudah bagiku untuk mengalahkan mereka” kakek renta itu segera maju kembali menyerang dua orang itu dengan lebih gesit dari sebelumnya.

“Sial!” 

Kedua orang itu kembali harus menghadapi kakek tua dengan segenap kemampuannya. kali ini mereka semakin terdesak sebab bertiga saja mereka tidak mampu menundukkan kakek renta itu apalagi kini hanya tinggal berdua saja. 

Wusss…

Rafa kembali bergerak cepat mengintari sembari mencari titik lemah mereka, ‘Huh! Aku tahu sekarang, mereka ini dari beraliran hitam, di kehidupan ku sebelumnya mereka adalah antek Bangsa Siluman, mereka lah manusia pertama yang membangkitkan kembali kejayaah bangsa siluman, namun apa yang sedang mereka cari pada kakek tua renta ini’ Batin Rafa sembari menyerang mereka di berbagai sisi untuk memecah kosentrasi.

“Kurang Ajar! Anak ini sangat cepat! Bagaimana sampah seperti dia bisa bergerak seperti kapas!” Teriak kawannya sembari menghadang serangan kakek tua renta yang kini semakin mengganas.

Di saat bersamaan Rafa melompat tinggi menikam tepat di leher musuhnya, ‘Satu lagi mampus! Aku benar-benar tidak bisa membiarkan mereka hidup!’ batin Rafa menendang dengan dua kakinya dan kembali menjungkir balik di udara dan mendarat di tanah secara sempurna.

Kakek renta itu berdecak kagum melihat kehebatan seorang anak gembel yang memiliki kecepatan tidak kurang darinya, 

“Sungguh mataku terbuka, aku sangat tidak menduga di dunia ini masih ada manusia sehebat ini, padahal anak ini bahkan belum memasuki tahap pejuang, dan ini murni kekuatannya… luar biasa” senyum kakek tua renta itu sampai terlihat gusi ompongnya.

Level 11

Level 12       

Rafa senyum, ‘Tubuhku kini semakin ringan, dan sekarang aku bisa membunuhnya seorang diri!’ Rafa sekarang menerjang maju dengan pisaunya,

Wusss…

Pasukan Partai Lembah Hantu menebas Rafa tepat dileher, Rafa menangkisnya dengan pisau sembari menyerang mata pasukan lembah hantu dengan tangan kirinya secepat kilat.

“Aaaakkkhhh!”

Pasukan itu jatuh bertekuk lutut di tanah sambil memegang matanya yang kesakitan, Rafa dengan cepat memutar badannya dan menebas leher secepat kilat hingga kepala jatuh mengelinding di tanah.

Kakek tua renta itu terbelalak melihat kelincahan bocah kecil diluar imajinasinya, ia benar-benar tidak menyangka anak ini semakin cepat dan sangat kejam, bahkan dalam membunuh manusia ia melakukannya tanpa berpikir dua kali.

“Nak! Kau membunuh sangat cepat dan menyerang di titik vital siapa sebenarnya kamu nak!” Tanya kakek tua renta itu penasaran seraya duduk di tanah karena kelelahan, karena sikap Rafa ini tidak ubahnya seperti seorang pembunuh profesional.

“Ah kakek aku anak desa yang kebetulan saya mempelajari sedikit ilmu silat dari ibuku?” Jelas Rafa memberi hormat, rafa bisa menyadari gerakannya itu akan sulit di terima akal dari aliran putih dan ini jelas-jelas dari Teknik Pembunuh Gelap.

“Ohh.. Ibumu ya?” Kakek tua itu mengelus jengotnya berpikir, ‘Ibu anak ini pastinya seorang Pambunuh Profesional, walaupun budidaya tubuhnya belum memasuki tingkat pejuang namun dia telah mampu membunuh seseorang dari tingkat batu dengan pisau pembunuhnya dan ia bukanlah anak sembarangan’ batin kakek tua itu menilai.

“Rafa! Apa aku boleh keluar!” Tiba-tiba terdengar suara Hakim di balik pohon Teh Peri, karena dari tadi dia hanya menontonnya tidak berani keluar dari tempatnya.

“Hahaha! Keluarlah”

Kakek tua itu kaget, tapi ia hanya senyum saat melihat seorang anak ingusan kembali keluar dari persembunyiannya. Akan tetapi ia lebih tertarik pada Rafa yang kini menjadi lawan bicaranya, selain itu Rafa juga memiliki bawaan santai sehingga terlihat lebih dewasa walaupun beringus layaknya anak gembel.

“Khuk! Khuk! O… Namamu Rafa, ya?”

“Ah! Iya kek!” Rafa memberi hormatnya.

“Rafa cucuku, namaku Mija, kalian panggil saja Kakek Mija… Kakekku dulu bernama Maja Si Dewa Pil Dunia salah satu petinggi Organisasi Dewa Pil Dunia. Di tangannya lah kejayaan organisasi ini, bahkan menyebar ke seluruh dunia. Seratus tahun lalu seorang Dewa Juli berhasil menaklukkan siluman, manusia dan peri serta siluman terikat dalam satu peraturan yang tidak bisa dilanggar satu sama lain, sehingga semua mahluk hidup secara harmonis, akan tetapi setelah kepergiannya dunia kembali terpecah-pecah dan saling ingin menguasai. Sampai bangsa peri kembali bermusuhan dengan manusia, sehingga peri dan manusia dilarang saling menikahi satu sama lain antar ras yang berbeda. Namun diantara itu ada ras setengah peri yang telah terlanjur menikah di masa lalu, dan salah satunya anak peri yang ku rebut lima tahun lalu pada tiga perampok ini” Jelas maja sembari melihat Rafa yang serius mendengar ceritanya.

“Terus..”

“Eh! Kau bisa mengerti jalan ceritaku?”

“Iya! Teruslah aku tertarik mendengarnya”

“Baiklah! Bayi setengah peri yang kutemui itu Putri Kaisar Langit, dan setelah ku telusuri bayi itu adalah keponakan Raja Litias, lalu aku menyerahkan bayi itu padanya baru-baru ini, tapi aku tidak menyangka kedatangan anak peri itu justru menimbulkan perpecahan dalam istana kekaisaran Antara, karena para menteri tidak menyukai bangsa peri ada di sana, apalagi mengingat bayi peri ini sangat jenius dan mereka menganggapnya sebagai sebuah ancaman bagi kekaisaran, walaupun sebenarnya itu hanya politik mereka saja untuk menggulingkan kekaisaran” 

“Hm… Jadi kenapa tidak di kirim ke bumi tengah saja? Di sana kan ada orang tuanya?”

“Hmm.. Aku menjadi tertarik berbicara dengan mu Rafa, tapi itu tidak bisa dilakukan, karena di Bumi Tengah sedang terjadi pergejolakan hebat satu-satunya Benua yang aman adalah Bumi Timur, dan dia memang sengaja di kirim kemari lengkap dengan segel kutukan buyutnya”

“Apa? Segel? Segel apa?”

Kakek tua itu mengangkat telapak tangan dengan cepat meletakkan pada dada Rafa yang berposisi menjongkok di depannya. 

“Eh! Apa ini?” Rafa kaget dengan gerakan tangan kakek tua itu yang menyalurkan segel ke dalam dirinya. 

Wusss…

Cahaya kuning keemasan bagaikan asap bercahaya terus memasuki dadanya perlahan, kakek tua itu terlihat kesakitan karena mengeluarkan tenaga dalam yang tidak sedikit.

“Nak! Inilah segel itu, dan untuk kedepannya kau carilah anak peri ini, karena mulai sekarang dia telah menjadi istri sah mu, dan akulah saksi pernikahan ini sebagai utusan kedua orang tuanya”

Rafa terperanjat, matanya terbelalak ia tidak mengerti harus bagaimana, “A.. Apa? Apa yang kakek lakukan? Kau bahkan tidak meminta persetujuanku terlebih dahulu!” Rafa terlihat jengkel.

Rafa telah hidup ribuan tahun dan dia tahu betul arti segel pernikahan, itu artinya ikatan itu sangat sakral dan bahkan bisa dikatakan pasangan seumur hidup, seseorang yang dijadikan utusan biasanya adalah orang yang paling dipercaya oleh kedua orang tuanya, kini Rafa terpaku sejenak perasaannya bercampur aduk.

“Bisa kau sebutkan siapa nama istriku itu?” tanya Rafa sedikit canggung mengaru-garukan kepalanya.

“Putri Liona!” 

Rafa bagai disambar petir disiang bolong, otaknya terasa hangus wajahnya kembali pucat tak berdarah, “A.. Apa? Apa aku tidak salah dengar…?” Rafa tersungkur kebalakang detak jantung berdebar kencang.

Rafa tahu betul siapa sosok yang baru dinikahinya, ‘Apa Dewi Liona si Dewi Langit! Aku berencana hidup lama, aku ingin merubah semuanya bukan ingin mati secepat ini, Dewi ini bukan anak kandung Kaisar Langit lebih tepatnya dia ini nenek Tertua Para kaisar, betapa kurang ajarnya mereka membuangnya sampai ke tempat ini, berarti di balik ini semua ada misteri yang mereka sembunyikan. Di kehidupan ku sebelumnya Dewi Langit adalah sesosok dingin dan cepat membunuh siapapun, aku sendiri pernah menjadi budaknya selama beberapa ratus tahun, dan ia telah membunuh tidak terhitung jumlahnya. Di dunia ini tidak ada yang bisa menghentikan amukan kemarahannya, bukankan seharusnya dia sudah tua? Namun kenapa dia masih bayi, atau mungkin bukan Liona yang ku maksud… mungkin Liona lainnya, hehehe, aku sudah mulai pikun’ Rafa memukul-mukul kepala menenagkan diri dari musibah yang barusan dihadapi.  

Mija senyum pahit, “Nak! Kenapa kau terlihat sangat terkejut! Kamu tidak usah khawatir dengan pernikahan ini, sebab kejadian hari ini akan kau pahami saat kau tumbuh dewasa kelak, nak! Istrimu sekarang berada di istana kaisar Antara, kalau ada waktu kau kunjungilah ia ke sana, dan sepertinya aku tidak bisa hidup lebih lama lagi karena luka dalam ku yang semakin memburuk, selain itu ada hal penting yang harus kulakukan, sekarang” 

Mija mengambil Cincin Ruang miliknya dari balik baju dan menyodorkan pada Rafa, “Nak! Terimalah ini sebagai hadiah pernikahan darimu, dan gedung tak berharga ini pula akan kuwariskan padamu jagalah baik-baik!” ucapnya lemah sembari bangkit dari tempat duduknya.

Rafa menghela nafas panjang. “Kakek Mija, carilah Rumput Salju Merah dan makanlah tiga hari sekali dalam waktu beberapa bulan kau akan sembuh kembali” Rafa menyadari luka dalam dan keracunan Mija masih dapat disembuhkan, akan tetapi Rumput Salju Merah bukanlah sesuatu yang mudah di dapatkan.

Mija menganguk, mulutnya senyum puas, “Terimakasih nak! aku berangkat dulu, sampai jumpa” Mija melompat jauh menghilang dalam kabut sore yang mulai menebal.

Sejenak Rafa dan Hakim hanya terdiam tidak berkomentar apapun. Hakim sesekali menggaru-garu kepalanya dia sungguh tidak mengarti apa yang sebenarnya terjadi.

“Rafa! Apa serius kakek itu memberikan rumahnya pada mu? Ini bangunan tua yang sangat besar, tapi ini lebih bagus dari gebuk kita, lagi pula ini ada di kota Lembah Mawar Salju, dulu aku pernah disini menemani ibuku bekerja, ruangan di sini sangat banyak dan juga angker! Hi…” Hakim melihat gedung yang tua yang tidak terurus mulai berlumut.

“Ah! hakim kamu bisa aja” Rafa tersenyum melihat tingkah lucu kawannya. 

Rafa segera memeriksa isi Cincin Ruang, “Hm… Lumayan, walaupun ini termasuk cincin berkualitas rendah, ruangnya hanya tiga meter kubit, dan isinya hanya barang rumah tangga biasa, seperti piring, gelas, baskom mandi dan surat kepelikan tahan dan lahan gedung ini, dan beberapa koin perak saja, aku tidak menduganya, kakek ini sangat miskin, di kehidupan ku sebelumnya menurut berita Mija Si Raja Obat menghilang secara misterius, dan aku yakin sekali kalau Kakek Mija terbunuh di sini, Hm! Baiklah! Sekarang aku akan menyimpan jasad ketiga orang ini dan akan ku buang diperjalanan nantinya untuk menghilangkan jejak”

Wusss… 

Setelah membalut rapi ketiga mayat, Rafa Langsung menyerap ketiganya ke dalam cincin ruang. Hakim terlihat sedikit kebingungan dengan tingkah Rafa namun ia tidak begitu memperdulikannya. 

“Hakim! Ayo kita lihat apa yang bisa kita ambil untuk kita bawa pulang untuk sementara waktu” 

Rafa terus mencari sesuatu yang bisa digunakan tapi setelah ditelusuri semua ruang Rafa hanya menemukan Alat Tempa dan Tungku Pembuatan pil yang telah usang, akan tetapi kedua benda ini terbuat dari material langit yang sangat langka, walaupun dua benda itu terlihat seperti rongsokan tidak berguna. 

“Wah! Kita sangat beruntung! Pusaka ini setidaknya Tingkat Perang! Dengan dua benda ini Kita bisa menciptakan senjata dan dan pil tingkat tinggi, ini benar-benar suatu keberuntungan” Rafa langsung menempatkan dua pusaka itu ke dalam cincin ruangnya.

“Rafa! Baikah! Ayo kita pulang, jangan sampai ibuku mencari kita” Ajak hakim mulai khawatir.

Rafa senyum senang, “Baiklah! Kali ini kita akan menyewa kereta kuda agar kita cepat sampai” Rafa terus berjalan keluar dari gedung wajahnya senyum puas.

** 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Chapter 9-12. Lagenda Dewa Leluhur
34
23
Chapter 9-12. Lagenda Dewa Leluhur
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan