You are my favorite serendipity chapter 16-18

0
0
Deskripsi

Happy reading ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ

chapter 16

"jadi gimana Bar?". Tanya Dhea yang siang itu sedang makan di sebuah resto dengan Barra.
"gue gak Tau Dhe, om sama tante lagi ada disini sekarang, semoga mereka bisa ngasih pengertian ke Rivi". jelas Barra.
"lo kenapa gak ngomong aja sama Rivi kalau lo cinta sama dia?". tembar Dhea yang sangat paham dengan oerasaan yang dipendam Barra terhadap sahabatnya itu.
"udah". jawab Barra santai.
Dhea melotot, "Terus?".
"gue disuruh pergi sama dia". ujar Barra lesu.
"yah, sabar pak, emang bego tuh temen gue sebiji". seloroh Dhea sambil menepuk lengan Barra.
Dari tempat lain, ada seorang pria yang sedikit cemburu melihat kedekatan Dhea dengan Barra.
siang itu Julian sedang makan siang di resto yang sama dengan Dhea Dan Barra karena dekat dengan Mall yang sedang dia kunjungi.
puncaknya saat Dhea menepuk lengan Barra, pria itu langsung berdiri menghampiri mereka.
"selamat siang kak Dhea". sapa nya saat sampai ke meja Dhea. 
"oh siang Julian, lagi makan disini juga?". jawab Dhea santai. "Bar, kenalin ini Julian Kalandra, klien gue". Dhea memperkenalkan mereka lalu mengedipkan Mata pada Barra, seakan memberi tahu kalau dia adik dari Matheo.
"Barra". ucapnya singkat lalu menjabat tangan Julian. "Dhea, gue jalan ke klien dulu, lo balik ke kantor sendiri gak apa kan?". 
"gak apa, kak Dhea biar Saya yang antar". sambar Julian antusias. membuat kedua manusia di depannya saling pandang Dan Barra menahan tawa melihat wajah Dhea yang merasa terganggu.
"bye Dheaa ..". seloroh Barra sambil meninggalkan mereka berdua.
wajah Dhea benar-benar kesal.
'sialan si Barra!" rutuknya dalam hati.
julian duduk di kursi kosong sepeninggal Barra namun Dhea bangkit Dari duduknya.
"loh, mau kemana kamu?". Tanya Julian bingung karena makanan di piring Dhea belum habis.
"balik kantor lah!". ketus Dhea.
Julian menahan tangan Dhea, "wait, kamu kenapa Judes banget sama aku kak? sedangkan sama orang lain kamu Manis?". 
Dhea menyentak jangan Julian "kenapa Saya harus baik sama kamu?".
"loh, aku salah apa kak?". Tanya Julian bingung.
Dhea tidak perduli dengan ivehan pria itu lalu berlalu. "wait, kak Dhea!". Julian mengikuti Dhea.
"mau apa lagi si loo?". ketus Dhea kesal.
Julian hanya diam berjalan disamping Dhea membuat wanita itu mendengus Dan membiarkan dia supaya tidak terjadi keributan di mall.
Dhea memutuskan untuk berbelanja supaya pria yang disampingnya itu bosan Dan meninggalkan dia tapi kenyataannya pria itu tetap mengikuti Dhea. "yaish!". gerutu Ghea kesal saat dia terus diikuti oleh Julian keluar masuk toko.
'kalo gue masuk toko underwear pasti dia kabur'. batin Ghea merencanakan sesuatu, lalu mencari toko underwear langganannya. diluar harapan Julian ikut masuk kedalam.
"lo ngapain sih!?". gumam Dhea kesal.
"nemenin kakak belanja, aku seneng". ujarnya santai.
"gue gak nyaman!". ketus Dhea pelan supaya tidak menarik perhatian orang disekitarnya, karena wanita itu tidak suka menjadi pusat perhatian orang-orang.
"apa selama kita kerja sama aku ada salah sama kakak?". Tanya Julian penasaran.
Dhea menulikan telinganya, karena gemas Dan sebal Julian menarik Dhea ke fitting room dan memojokan wanita curvy itu ke tembok.
"what the hell are you doing?". desis Dhea kesal.
"I just wanna talk". jawab Julian dengan wajah serius, pria berotot itu menatap Maya Dhea tajam.
"okay but not here! orang mikir macem-macem nanti!". tegas Dhea.
"gitu dong, let's have dinner". ujar Julian santai lalu menggandeng Dhea keluar fitting room menuju kek kasur Dan membayar sepasang underwear. Dhea bingung melihat pria itu dengan santainya membawa semua kantong belanjaa Dhea juga Terus menggandeng tangannya.
"mau makan apa kak?". Tanyanya.
"terserah!". ketus Dhea Terus berusaha melepas genggaman erat pria itu.
"semakin kamu berontak aku bakalan semakin erat kak!". bisiknya.
akhirnya Dhea pasrah mengikuti langkah pria yang lebih muda darinya itu.
sesampainya mereka disebuah restoran Julian mempersilahkan Dhea untuk duduk lalu dia duduk dikursi depan Dhea, "kamu suka pasta kan? di restoran ini pasta mereka enak-enak banget loh". 
'tau Dari Mana ni bocah gue suka pasta'. batin Dhea bingung.
"bilang sama kakak lo, jauhin temen gue!". ucap Dhea tiba-tiba, Julian cukup terkejut mendengar ucapan barusan.
"maksud kamu?". jawabnya lembut.
"Matheo kakak lo kan?, gue temen deketnya Rivi, Dan yang tadi makan siang sama gue itu sahabat lamanya Rivi!". jelas Dhea akhirnya.
Julian membulatkan matanya, dia memainkan anting yang bersarang di bibirnya. "jadi kakak Tau masalah itu, jadi kakak benci sama aku?".
"hhaaah". Dhea membuang nafas berat. "I don't hate you, but I hate your brother!".
"Terus kenapa kakak ketusnya sama aku?".Tanya nya dengan wajah menggemaskan.
Dhea menggeleng melihat pria macho itu mempoutkan bibirnya. 'astaga kenapa lucu'. teriak Dhea dalam hati.
"aku cuma mau kenal kamu lebih dekat kak, apa Ada yang salah? urusan Matheo Dan Rivi, itu diluar ranah ku". jelasnya. "sekarang kita makan malem aja seperti pasangan lain ya kak".
"hah pasangan?lo gila?".
"iya aku gila gara-gara kakak!". tegas Julian dengan tatapan tajamnya namun bibirnya Terus membombardir Dhea dengan senyuman Manis.
"bodo amat!, setelah makan gue mau balik, SENDIRI!". balas Dhea dengan menekan kata sendiri.
"gak bisa, aku harus pastin kamu selamat sampai rumah, jadi kamu pulang sama aku, no excuse". tegas pria itu seraya menyantap makanan yang sudah tersedia dengan wajah puas.
"rese" gumam Dhea kesal namun membuat pria dihadapannya itu tertawa kecil menyaksikan wanita dihadapannya tidak berdaya.

chapter 17

seorang wanita dengan perut buncit turun Dari sebuah taksi lalu masuk kedalam sebuah gedung perkantoran, dia berbicara dengan resepsionis di dalam lobby.
"Saya mau bertemu dengan Rivi Mahendra". ujarnya.
"sudah ada janji sebelumnya?". Tanya Milla resepsionis kantor Rivi.
"belum, Saya mau ketemu sebentar, bilang saja kalau Saya teman lamanya". bohong wanita itu.
"baik, tunggu sebentar diruang tunggu ya bu, Saya coba hubungi Ibu Rivi sebentar".
"terimakasih". Zea berjalan menuju ruang tunggu Dan dudukmjuj jj di dalam sana.
10 menit kemudian Milla membawa Zea keruangan Rivi.
tok tok..
"ya, masuk". seru Rivi Dari dalam ruangannya.
"maaf Bu Rivi, Bu Rivi ini tamunya". ucap Milla sambil membuka pintu Dan mempersilahnya Zea masuk kedalam ruangan.
Rivi sangat terkejut melihat tamu yang baru saja masuk kedalam ruanganya. Zea tersenyum kearah Rivi. "hai". ucapnya menyadarkan gadis itu Dari keterkejutannya. 
"ah, oh hai, Mil, thank you ya".
"baik Bu Saya permisi". ujar Milla pergi Dari ruangan Rivi.
"silahkan duduk". imbu Rivi.
"thank you". jawab Zea sembari duduk di sofa ruangan Rivi.
"ada yang bisa saya bantu, Mbak?". Rivi berusaha bersikap setenang mungkin berpura-pura bodoh dan tidak tau siapa wanita didepannya ini.
"saya Nazea Kalandra, Istri dari Matheo Kalandra, kamu pasti kenal siapa saya dan suami saya kan?" tanyanya.
"iya saya tau siapa keluarga Kalandra, perusahaan ka-". 
"tolonng lepaskan suami saya, Rivi Mahendra, saya tau hubungan kalian berdua". Zea memotong pembicaraan basa basi Rivi. "dia suami saya dan Papa dari anak yang saya kandung". imbuhnya dengan wajah tegas.
"kamu yang merebut Theo dari saya!". sinis Rivi tidak mau kalah dan terus teguh dengan keegoisannya.
"kamu tau berapa kali dia mangkir setelah berjanji akan menemani saya memeriksa kandungan?". lirih Zea. "cuma buat apa? ketemu sama kamu di hotel dan menghabiskan malam sama kamu!".
"karena dia cinta sama saya, bukan anda!" Rivi menunjukan kearogannya siang itu.
"kalau kamu tidak hadir lagi dihidup suami saya, pernikahan kami tidak akan seperti ini!". Zea mulai meninggikan suaranya. "anak ini tidak bersalah, dia tidak tau kesalahan orang tuanya, jangan korbankan dia".
"ZEA!!". Terdengar suara Matheo yang tiba-tiba menyeruak masuk kedalam ruangan Rivi. "ngapain kamu kesini?".
"Aku cuma mau ketemu sama wanitta yang kamu pertahankan sampai kamu gak mau perduli sama anak mu!". Semakin tinggi Zea menyuarakan kekesalannya.
"you really crossed the line Zea!". Theo menghampiri istrinya dan menariknya keluar. "kita bicarakan ini dirumah!".
kedua orang itu pergi meninggalkan ruangan Rivi, gadis itu masih terduduk lemah melihat Theo lebih memilih membawa istrinya pergi ketimbang menenangkan dirinya yang sama terpukulnya.

sesampainya dirumahmatheo membawa Zea kedalam rumah karena keadaan perut istrinya keram karena ketegangan barusan, dia mendudukan wanita itu di sofa memberikannya air hangat supaya lebih tenang.
"kamu ngapain ke tempat Rivi?". tanya theo setelah dilihat istrinya itu lebih tenang.
"aku cuma mau kamu pulang ke aku Theo, aku akan berusaha untuk kamu, untuk pernikahan kita, aku akan segera melahirkan anak kamu Theo, dan kamu masih terus ketemu sama perempuan itu!". ujarnya penuh emosi. "bisa gak kamu liat ke aku? sedikit aja Theo, sedikit aja?". lirihnya pilu.
"Zea". gumam Theo merasa iba melihat keadaan wanita yang dengan setia menunggunya pulang kerumah, dengan berbagai jenis masakan yang tersedia di meja, selalu menyambut kepulangan Theo dengan senyum menawan penuh cinta juga ketulusan. walaupun dia tau kalau suaminya masih bermain gila dengan mantan kekasihnya.
"aku nikahin kamu karena memang aku cinta sama kamu, waktu kamu sedang dibawah pengaruh obat perangsang aku melakukan itu dengan ikhlas Theo, karena aku benar-benar cinta sama kamu!".Zea tiba-tiba histeris, seakan sesak di dadanya kini benar-benar menyakitinya.
Theo mendekati istrinya lalu memeluk mencoba menenangkan. "jangan tinggalin aku Theo, aku sama anak kamu butuh kehadiran kamu". lirihnya ditengah pelukan suaminya.
tatapan Theo kosong memandang foto pernikahan mereka yang terpaang disudut tembok rumahnya.
dia mengingat bagaimana Zea dengan bahagianya memasang semua pernik pernikhan mereka itu.

Chapter 18

PAgi itu Barra sedang berolahraga di halam belakang rumahnya, sampai dia tidak sadara kalau ada seorang wanita yang membutuhkannya datang.
"Bar". lirihnya, Barra menoleg kearah suara.
"Rivi?".
Gadis itu memeluk tubuh berkeringat sahabatnya itu.dia menangis setelahnya. "what happened Riv?". tanyanya lembut di telinga rivi.
gadis itu hanya menangis dengan isakan pilu yang terus menyakiti hati Barra. "Matheo, hmm?".
gadis itu mengangguk, "kamu duduk dulu ya, aku bersih-bersih dulu, keringetan banget nih". Barra menuntun gadis itu ke sofa lalu segera naik ke kamarnya untuk sekedar berganti pakaian lalu segera turun kembali menghampiri Rivi yang masih menangisi keadaanya.
"minum dulu ya". ucap Barra lembut menyodorkan segelas air kepada Rivi. setelah gadis itu minum Barra meletakkan gelas di meja lalu duduk disamping Rivi.
"mau cerita?"
Rivi menceritakan semua yang terjadi kemarin siang, dia tidak tau harus bagaimana menyikapi hubugannya dengan Matheo.
"let go Riv, let go of him". Barra menangkupkan tangannya di pipi Rivi, menhapus sisa air mata gadis itu dengan sangat lembut. "ada aku disini, aku yang selalu siap buktiin ke kamu kalau aku gak akan pernah sakitin hati kamu".
"jangan pernah janjiin apapun dan jangan harapin apapun dari gue Bar". pinta Rivi.
"Aku gak akan janji apapun sama kamu, tapi si pangeran kodok ini akan terus berusaha ngebuktiin sama putri kenanganya kalau aku tulus". jelas Barra dengan tatapan yang lembut.
"aku akan terus ada buat kamu, no matter what happened Riv, apapun it, aku akan terus disini".
"Bar?". lirih rivi.
"hmm? kenapa?"
"sejak kapan?".
Barra tertawa ringan. "Gak tau Riv, muncul tiba-tiba, dan kalau kamu tanya kenapa?". Barra menghela nafas lalu melepas tangannya dari wajah Rivi. "aku juga gak tau kenapa, karena menutur aku gak perlu alasan untuk aku bisa jatuh hati sama kamu". imbuhnya.
Rivi terdiam menundukan kepalanya tidak berani melihat kearah Barra yang sekarang melihat kearah rivi dengan senyum paling manis dan lembut. "aku jatuh hati sama kamu rivi Mahendra, aku gak minta kamu untuk terima rasa itu sekarang, tapi biarkan aku selalu ada di samping kamu ya?". pinta Barra menggenggam tangan mungil gadisnya.

3hari kemudian
on call
"kita harus bicara". ucap Theo saat rivi menerima panggilannya.
"okay, Malam ini di restoran biasa".
"okay sayang, see you".
"emmh, see you"

malam itu Rivi dan Matheo menikmati makan malam mereka dengan senyap, tanpa ada pembicaraan apapun. hanya terdengar denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring mereka masing-masing.
"Sayang". Theo membuka suara setelah meneguk minumnya. Rivi menoleh kearahnya memandang lekat kedua mata Theo yang terlihat lelah.
"Maafin Zea ya, dia konfrontir kamu sampai ke bikin ricuh di kantor kamu". ujar Theo. "maaf juga aku gak hubungin kamu 3hari ini karena aku harus urus Zea, dia sakit, dan sebentar lagi dia akan melahirkan". sambungnya.
entah kenapa hati Rivi begitu teriris mendengar penuturan Matheo, urusan Zea akan menjadi prioritas apalahi setelah anak itu lahir membuat Rivi ragu melanjukan hubungan terlarangnya ini dengan Matheo.
"Theo, kita harus berhenti, Gak bisa gini terus". ujar Rivi.
"Sayang, gak gitu aku gak bisa harus kehilangan kamu lagi". pinta Theo. "please bersabar buat aku sayang".
rivi menggeleng, "aku lelah sama keegoisan aku Theo, aku capek sama pikiranku yang terlalu ruwet, aku kangen sama temen-temenku, mereka marah sama aku". jelas Rivi.
"Ada aku Riv, persetan dengan teman-teman yang menghakimi kamu, aku ada buat kamu". bujuk Theo.
"sampai kapan Theo? bahkan untuk perjuangin aku di depan orang tuamu aja kamu kalah, gimana nanti kalau anak kamu lahir, kamu tega ngorbanin jiwa yang gak bersalah itu?". Rivi menegaskan keinginannya. "kalau kamu mau lanjutkan hubungan ini, ceraikan Zea, maju kehadapan papi kamu dan nikahin aku, Bisa?". ada banyak penekanan di tuntutan Rivi membuat Matheo menunduk sakan tidak berdaya. "oke ternyata gak bisa kan?, kamu balik ke istri kamu, aku balik ke kehidupanku okay?"
"Aku mohon Rivi aku mohon!". Theo menahan lengan gadis yang sudah berdiri dan ingin pergi dari tempat itu.
"Theo, aku cinta sama kamu dan akan selalu begitu, tapi ego ku bikin aku lelah, aku gak mau ambil hak kebahagiaan orang lain demi kebahagiaan ku". Rivi berusaha melepas cengkraman Theo. "i know its hard to say good bye but i think im ready to let you go". pukasnya lalu pergi dari hadapan Theo.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya you are my favorite serendipity chapter 19-21
0
0
Happy reading ๐Ÿ’œ
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan