You are my favorite serendipity

0
0
Deskripsi

Happy reading ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ

chapter 7

3 tahun berlalu, Hubungan Rivi Dan Matheo semakin dekat, bahkan di tahun kedua Rivi memperkenalkan Theo kepada keluarganya yang sedang berkunjung ke Indonesia, Ayah Dan Bunda Rivi begitu menerima kehadiran pria yang membuat anak gadis mereka merasa bahagia, bahkan Ayah sempat menanyakan kapan mereka akan menikah.

tahun ini giliran Rivi yang akan dikenalkan oleh orang tua Theo yang baru saja kembali Dari Amerika setelah mengurus perusahaan mereka disana.

wajah Rivi terlihat pucat Dan sangat gugup harus menghadapi orang tua kekasihnya Hari ini, dia menunggu Theo menjemputnya dirumah. sudah Dari pagi Rivi mempersiapkan diri.

dia menunggu kedatangan Theo di ruang tamu rumahnya, berkali-kali meihat kearah ponsel Dan jam dinding.

"gak biasanya telat Gini". gumam Rivi yang masih setia menunggu Theo walaupun waktu sudah lewati Dari yang di sepakati.

1 jam setelahnya Theo belum juga datang atau mengabari, Rivi kemudian mencoba menghubungi kekasihnya itu namun tidak ada jawaban. 3 jam setelahnya Theo belum juga datang bahkan sekarang ponselnya tidak aktif. hati Rivi sangat gusar menunggu kedatangan Theo Hari itu.

sampai akhirnya.

ting tong ting tong bell rumah Rivi berbunyi, gadis yang tertidur di sofa itupun terbangun mendengar ya, dia melirik ke arah jam "jam 12 malem?".

gumamnya sambil berjalan kearah pintu rumahnya.

"surprise...!!". seru Barra yang tiba-tiba ada di depan rumahnya. memang bukan orang yang dia harapkan tapi Rivi senang sahabatnya pulang.

"gak boleh masuk gue Riv?". 

dengan sedikit kaget Dan canggung Rivi mempersilahkan sahabatnya itu untuk masuk kedalam rumahnya.

"lo baru pulang apa gimana? masih cantik gitu". Barra melihat Rivi masih dengan pakaian Dan make up yang sama seperti siang tadi, dia memang belum sempat mengganti pakaian ataupun membersihkan riasannya.

Rivi hanya menggeleng dengan wajah mengantuk, dia mencari ponselnya dan mencoba kembali menghubungi kekasihnya karena tidak ada pesan apaun dari Theo. "SHIT!" makinya kesal melempar ponselnya ke sofa, ponsel pria itu masih tidak aktif.

"Eeey, kenapa Riv?" tanya Barra bingung melihat sahabatnya berkata kasar, dihampirinya wanita yang sekarang terduduk di sofa dengan wajah sedih. "kenapa Riv?". tanyanya lagi dengan suara lembut sembari berlutut dihadapan gadis itu supaya dia bisa melihat wajah yang dirindukannya itu.

Rivi menceritakan semua yang harusnya terjadi hari ini kepada Barra, dia menangis sesenggukan, Barra hanya memeluknya erat menahan rasa sakit yang luar biasa dihatinya karena wanitanya tersakiti hari itu. Barra membiarkan gadis itu menangis sepuasnya dipelukkan hangat seorang Barra yang selalu ada untuknya, Barra yang selalu berjanji tidak akan membiarkan putri kenanga nya menangis.

pagi itu, Barra merebahkan tubuh Rivi di kasur setelah gadis itu tertidur terlalu lelah menangis, Barra membuka ponsel Rivi dan mencari kontak pria yang bernama Matheo di sana, "love?, Shiit!". rutuknya ketika melihat nama Matheo yang terssimpan di ponsel Rivi yang sekarang sedang tertidur pulas dikamarnya.

Barra coba menghubungi nomer tersebut," gak aktif". gumamnya.

pria itu menghela nafas kasar lalu duduk di teras rumah Rivi sembari menyesap rokoknya.

"Bajingan kecil mana yang berani nyakitin Puti kenanga gue lagi sekarang!". pria itu bermonolog menenggak sekaleng beer di tangannya. "ketemu gue patahin batang hidungnya !". rutuknya kesal.

Chapter 8

sudah 3 minggu Rivi masih menunggu kabar dari kekasihnya, dia mencoba mendatangi kantor Matheo tapi pria itu tidak berada disana, dia bertanya kepada semua karyawan bahkan sekertaris Theo pun tidak tau bos nya ada dimana saat ini.

"Brengsek banget emang Matheo!". Gina kesal setelah mengetahui persoalan Rivi. "setelah 3 tahun terus hilang gitu aja tuh gimana sih?, sebelumnya gak ada masalah kan Riv?".

Gadis itu menggeleng lesu. "Gimana mau ada masalah sih Gin, kan perjanjian hari itu dia mau temuin Rivi sama keluarganya!". timpal Annis yang geram terhadap sikap Matheo.

"Riv, it's okay, Theo pasti ngabarin lo kok, kita tunggu aja ya?". ujar Dhea berusaha menenangkan sahabatnya.

"sampe kapan Dhe? gue harus nunggu sampe kapan?". tangir Rivi pecah dipelukan Syela yang sedari tadi diam menelaah semua kejadian yang terjadi pada sahabatnya. 'berarti Rivi beneran gak tau apa yang terjadi sama Theo'. batinnya miris sembari terus memeluk sahabatnya itu.

Syela sempat bertemu Theo seminggu yang lalu, dia dan suaminya mendapat undangan pertunangan dari kolega kantor suaminya, tidak menyangka kalau yang bertunangan adalah Matheo kekasih sahabatnya, seperti tersambar petir Syela melihat Theo saling menyematkan cincin dengan wanita yang bukan Rivi malam itu, saking panas hati syela dia meminta suaminya untuk segerea pergi dari acara, Syela menangis selama perjalanan pulang, dia sangat takut memberitahukan ini kepada Rivi dan teman-teman lainnya. apalagi dia mendengar kabar dari suaminya kalau Matheo dan Zea akan menikah 2 bulan lagi.

Syela benar-benar bingung dan tidak tahu harus bagaimana, karena suaminya memberikan pesan dari Matheo agar rivi tidak diberitahu masalah ini karena pria itu akan memberitahukannya sendiri.

sore itu Barra menjemput Rivi di hotel tempat kelima wanita itu berkumpul, pria itulah yang selalu ada untuk Rivi saat ini.

"Makan seafood yuk?, gue laper seharian dikantor gak makan". ajak Barra saat mereka sedang menempuh perjalaan kerumah Rivi.

sang gadis hanya menggeleng. "Heh!, lo tuh udah kurus banget gara-gara mikirin Matheo Matheo itu!". sentak Barra kesal melihat gadisnya seperti zombie. "Mau sampai kapan kayak gini? Matheo lo itu brengsek!Paham!". Imbunya kesal.

"STOP! berenti di depan!". Seru Rivi marah.

"Enggak!"

"STOP GUE BILANG STOP!". bentak Rivi keras, barra tertegun melihat Rivi seperti itu.

"GUE JANJI SAMA OM YOGA BAKALAN JAGAIN LO, JADI ENGGAK!! NGERTI!". Barra hilang kendali, dia sangat marah pada gadis yang ada disampingnya itu.

mendengar teriakan bara gadis itupun menangis dengan hati yang teriris pedih. "gue mau bunda sama ayah". lirihnya pedih.

Barra menghentikan mobilnya ke pinggi jalan, dia melepas sabuk pengamannya lalu merengkuh gadis kesayangannya. "oke, kita ke belanda ya, gue bakalan siapin semuanya, lo tau beres aja ya". ucapnya lembut sembari memebelai lembut punggung Rivi yang masih menumpahkan sedihnya dipelukan hangat Barra.

Barra menepati janjinya, 2 minggu setelahnya mereka berdua terbang ke Belanda. Rivi ingin berada dipelukan keluarganya saat ini, setelah sampai disana yang gadis itu lakukan hanya menangis di panggukan Kara bundanya.

Wanita paruh baya itu terus meneteskan air mata melihat keadaan anak sambungnya itu, Yoga mengajak Barra berbicara berdua malam itu di taman rumah mereka.

"Tolong ceritakan sama Om apa yang terjadi Bar?" pinta Yoga setelah mereka berdua duduk di kursi taman.

Barra menghela nafas kasar "maafin Barra om, gak bisa jagain Rivi". ujarnya lesu.

Yoga tersenyum melihat anak muda yang sekarang ada ihadapannya itu. "Bar, om minta kamu jelaskan apa yang terjadi sama anak om, kenpa kamu yang minta maaf, kamu yang sakitin anak om?". tanya Yoga tegas.

Barra menggeleng cepat dengan kedua tangannya melambai di depan dada bidangnya. "enggak om," sanggahnya cepat. "aku gak pernah mau nyakitin Rivi".

"Kenapa?". Yoga berusaha menyelidiki isi hati pemuda yang sudah 15 tahun bersahabat dengan anak perempuanya itu, "you love my daughter?". tanyanya dengan senyum mengembang.

"om". lirirh Barra sembari menundukan kepalanya.

"Bar, tell me everything, kenapa Rivi bisa terpuruk seperti ini?". tegas Yoga.

Barra berusaha menceritakan semua yang Rivi ceritakan, karena sudah 4 hari rivi di belanda tapi kerjanya hanya menangis di pelukan Kara.

"Kamu tau kemana si Matheo itu?". Barra menggeleng, "nomor ponselnya sampai hari ini belum bisa dihubungi om".

"hah, brengsek sekali laki-laki pengecut seperti itu". ujar Yoga menahan emosinya.

"AAAAAARGH... THEO JAHAT BUNDAAA...!!!!". terdengar teriakan pilu yang menyesakkan dari dalam rumah, kedua pria yang sedang duduk di taman pun bergegas masuk kedalam rumah untuk mengecek keadaan Rivi.

"Sayang, tenang sayang, sabar". Kara berusaha menenangkan anaknya yang terduduk di lantai dengan, Barra mengambil ponsel yang tergeletak di samping Rivi lalu membaca sesuatu yang terpampang di layar ponsel tersebut. "BRENGSEK!" umpatnya geram begitu melihat sebuah laman portal berita yang mengabarkan bahwa putri seorang pengusaha nomor satu di indonesia akan menikah dengan anak dari pemilik perusahaan pangan ternama di jakarta.

terpampang foto Mtheo kalandra dan Nazea utara dengan sangat jelas dan terlihat bahagia.

Chapter 9

2 bulan sudah rivi berada di Belanda, dia mengurung diri dikamar, dia hanya mau bicara dengan Kara.

pagi itu Kara masuk kedalam kamar Rivi yang gelap, dia membuka tirai yang masih tertutup rapat, membawakan susu dan makanan kesukaan anak gadisnya itu.

dilihatnya Rivi masih terbalut selimut dengan wajah yang sangat lelah, dia terus menangisi nasibnya.

"Baby, bangun sayang, sarapan dulu ya?". bujuk kara lembut membelai kepala anak gadisnya.

Rivi berusaha membuka mata sembabnya, "Bunda, today is the day Bun". lirihnya menahan tangis.

"stop sayang, bunda gak mau Rivi nangis lagi, bunda sakit liat rivi kayak gini nak, dia belum tentu sedih begini sayang, please sayang". pinta kara meneteskan air mata karena sesak di dadanya melihat gadis manisnya ini terlalut dalam kesedihan.

di tempat lain.

disaat semua manusia yang berada di ballroom itu sibuk dengan persiapan pernikahannya, pria dengan wajah sendu itu terduduk disudut ruangan yang sedang di hias tersebut. hatinya hancur ketika mengetahui berita pernikahannya tersebar di semua media dan portal berita. dia terus memikirkan apa yang terjadi pada kekasihnya saat ini. ia benar-benar kalut saat ini, tapi pria itu tidak bisa melakukan apapun untuk melawan keputusan orang tuanya untuk menikahi Nazea Utara yang memang sudah dijodohkan sejak lama dengannya hanya untuk meningaktkan kekuatan bisnis kedua orangtua mereka, selain itu memang Zea sudah lama menyukai Theo.

Pria itu sudah berusaha menolak perjodohan itu, selama berbulan-bulan Theo berusaha meyakinkan orang tuanya kalau dia sudah memiliki tambatan hati, dan berniat memperkenalkan Rivi pada keluarganya.

tapi hari itu, Adian Kalandra melarang Theo menemui Rivi, dia mengunci Theo di dalam kamarnya. ponsel dan semua akses keluar dari rumah ditutup.

"Kamu mau nurut sama Papi, atau saya hancurkan bisnis wanita itu dan keluarganya!". ancam Adian tanpa ampun. Carla dan julian hanya bisa melihat situasi yang memilukan bagi anak dan kakak mereka dalam diam. 

julian sangat tau bagaimana sang kakak mencintai Rivi, karena semenjak bersama dengan Rivi, kakaknya itu menjadi pribadi yang luar biasa. Gadis bernama Rivi itu mengubah hidupnya yang abu-abu menjadi penuh warna.

KLIK suara kunci pintu kamar Theo terbuka.

"Kak?". panggil julian setelah membuka pintu kamar Theo perlahan. "gue masuk ya kak?". julian melihat kegelapan dalam kamar kakanya, suram dan sendu penuh pilu. dia melihat sosok pria tegap yang sedang terduduk diam dikursi kerjanya. dia meratapi foto kekasihnya dengan wajah yang sendu.

"kak". panggil julian lembut. "maaf gak bisa bantu banyak kak, lo tau papi, dia bisa nekat klo lo juga nekat kak". imbuhnya penuh rasa khawatir. Walaupun tidak terlalu dekat dan sering bersaing, Julian tetap tidak tega melihat penderitaan sang kakak.

Theo menghapus air matanya, "lo harus jadi manusia yang bisa menetukan pilihan lo ya bro, jangan lemah kayak gue!". ujarnya lemah sembari terus menatap foto wanita cantik yang sedang memeluknya erat saat itu. "lo harus berani ambil keputusan sendiri, jangan mau jadi tumbal kayak gue". lanjutnya.

"kak". lirih julian tak tega melihat Theo begitu terpuruk karena semua keegoisan orang tuanya.Matheo adalah anak yang sangat penurut, dari dulu dia selalu mengiyakan apa yang papinya perintah, dia pfikir dengan begitu orang tuanya akan menerima keputusannya sekali saja tentang Rivi sebagai kompensasi selama ini sudah sangat menurut ternyata kenyataannya berbeda, dia masih tersiksa.

"Sayang". sebuah suara membuyarkan lamunan Theo, dia menoleh kearah suara itu berusaha tersenyum. "kamu kok disini? gak siap-siap di ruangan?". sambungnya lembut menghampiri calon suaminya.

"oh, iya Ze, ini mau ke ruangan kok". ujar Theo dingin lalu meninggalkan Zea yang berdiri mematung dibelakang Theo.

"at least you are mine Matheo Kalandra". lirihnya berusaha menguatkan dirinya atas sika dingin calon pendamping hidupnya.

hari itu Matheo Kalandra sah menjadi suami dari Nazea Utara, keluarga bisnis itu bersatu dalam ikatan pernikahan untuk memperkuat kerajaan bisnis mereka masing-masing dengan menghancurkan banyak hati.


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya You are my favorite serendipity
0
0
Happy reading ๐Ÿ’œ๐Ÿ’œ๐Ÿซฐ๐Ÿซฐ
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan