
Annyeong….
Selamat malam semuanya…
Happy reading.
Maap up jam kalong mumpung lagi on…
Borahae 💜
CHAPTER 24
sebulan sebelum family resital musik, Yoga, Rivi Dan Kara mulai berlatih. Yoga semakin bahagia melihat interaksi anaknya dengan Kara yang sekarang semakin dekat, semenjak Rivi memanggil Kara dengan sebutan Bunda yoga semakin yakin untuk menjadikan Kara pendamping hidupnya Dan Rivi.
Kara sedang duduk berdua dengan Rivi mencari lagu apa ya g mudah dinyanyikan supaya yoga bisa mengirinya dengan piano. Yoga Sangat mahir bermain piano.
akhirnya Rivi meminta lagu Dynamite Dari boy group terkenal Dari Korea BTS, kebetulan Kara juga Sangat menyukai Boy group itu. setelah berlatih, berlatih dan berlatih secara baik akhirnya mereka bertiga menguasai lagu tersebut.
Dua minggu sebelum acara Rivi terkena demam. Rivi hanya mau dirawat oleh Kara bahkan Yoga pun kewalahan.
malam itu setelah meminta izin kepada Mami Dan Papi, Kara bergegas menuju rumah Yoga. setelah 1 jam perjalanan Kara akhirnya sampai.
begitu masuk kedalam rumah Yoga, Kara disambut dengan tatapan sinis ibu mertua Yoga Dan Fiona.
Kara hanya mengganggukkan kepala lalu bergegas masuk ke dalam kamar Rivi yang sekarang sedang meracau memanggil nama Kara.
Yoga terlihat lega begitu wanitanya masuk kamar, "thank you Kar". dia mengecup bibir Kara sekilas.
Kara dengan telaten memgompres Rivi dengan air dingin, dengan Sangat lembut Kara membangunkan sikecil untuk makan sesuatu juga meminum obat yang sudah dibeli Yoga diapotek.
Dokter pribadi Yoga sudah memeriksa Rivi juga memberikan resep obat kepada Yoga.
"cantiknya Bunda, makan dulu ya". ucap Kara lembut sembari mengangkat tubuh Rivi yang masih lemas. "liat nih Bunda masak cream chicken soup buat Rivi, sama garlic bread, Rivi makan ya Bunda suapin". bujuk Kara pada putri semata wayang kekasihnya tersebut.
ibu mertua Yoga Dan Fiona kesal melihat kedekatan yang semakin erat diantara mereka bertiga, akhirnya Karena kesal mereka berdua memutuskan untuk pergi Dari Sana.
Rivi sudah tertidur pulas efek Dari obat yang diberikan Dokter, panasnya juga sudah mulai mereda.
Rivi terkena hujan saat disekolah kemarin siang akhirnya jatuh sakit.
Kara dengan Sangat perlahan keluar Dari kamar Rivi takut anak itu bangun, Karena Kara Sangat lapar dia berjalan menuju dapur ditengah kegelapan rumah Yoga. "yoga udah tidur Kali ya?". gumam nya yang sampai di dapur.
dia mencari bahan makanan yang bisa dia masak "aaah ramen".
"kok bikinnya cuma satu Kar". bisik Yoga tiba-tiba Dari belakang.
Kara yang terkejut hampir saja melempar garpunya kearah Yoga.
"haish Kar, kok tega?".
"ga tega, cuma hampir". ucap Kara bersungut kesal. "kamu juga iseng!". ucap gadis itu kesal.
Yoga memeluk kekasihnya yang masih menikmati ramen. "hyaaak.. aku lagi makan tauuu.. susah Kalo dipeluk Gini ish".
"terimakasih ya sayang, udah mau rawat Rivi, padahal kamu juga capek seharian kerja". ungkapan Hati Yoga yang begitu Manis terdengar ditelinga Kara.
"aku habisin ramen ku, kamu siapin cemilan Kita nonton abis ini ya". ucap Kara lembut. "Kita begadang nungguin Rivi". tambahnya.
"siap komandan!". dengan sikap hormat, yoga mempersiapkan semua yang diminta kekasih hatinya yang sedang ingin menikmati malam panjang bersamanya.
"aaaw. aw aw.. sakit kar!". pekik Yoga yang sedari tadi di cubiti tangannya oleh Kara. gadis itu menantang dirinya untuk menonton film horror akhirnya Yoga yang babak belur.
Yoga yang kesal akhirnya mematikan tivinya saat Kara memeluk Yoga sambil mencengkram lengannya.
"sayaaaang, filmnya udah abis tuh liat udah mati tivinya ya". bujuk Yoga yang masih menahan sakit di lengannya.
Kara menjauhkan tubuhnya dari yoga lalu menatap sekeliling.
"tadi jalan gelap-gelapan ke dapur ga takut, kok nonton film horror buatan takut?". goda Yoga melihat wajah wanitanya yang ketakutan.
"Tadi laper". lirih Kara malu.
tawa keras yoga seketika terhenti Karena tangan wanitanya membekap mulutnya. "ssst... Rivi nanti bangun!" bisik Kara kesal. "kalau Rivi bangun Kita ga bisa berduaan tauuu". gadis itu seketika memalingkan wajahnya malu saat sadar akan ucapannya barusan.
Yoga terpancing untuk makin menggoda gadisnya "ooh jadi kamu mau berduaan sama aku? hmm.." yoga mendekatkan tubuhnya sambil mengeluarkan jurus suara berat kesukaan Kara.
"eng.. enggak maksud aku tuh, eng nan-empfh". mulut Kara terbungkam dengan lumatan Manis lelaki berparas tampan itu.
Kara mendorong bahu Yoga menjauh, "kenapa Kar? hmm". bisikan suara lembut Yoga begitu menggoda.
Mata sayu penuh cinta membuat Kara hanyut dalam deru nafas yang berat kekasih hatinya.
Kara melingkarkan tangannya di leher Yoga Dan membiarkan laki-laki itu kembali melumat bibirnya.
lumatan yang semakin dalam membuat mereka berdua beradu decap Dan desah.
tangan Yoga memeluk wanitanya dengan sentuhan lembut pada punggung, membuat Kara semakin merasakan sensasi sengatan yang berbeda.
yoga mengangkat tubuh mungil kekasihnya berjalan ke kamar Tanpa melepas pagutannya.
merebahkan gadis itu di atas kasur lalu menatap matanya lekat.
Kara menarik tengkuk pria pucat itu lalu kembali memberikan stimulasi Manis pada bibirnya.
Tanpa disadari yoga sudah melepas pakaiannya menyisakan bagian celana lalu membuka kemeja yang dipakai Kara.
laki-laki itu mulai menjamahi leher Kara dengan bibir Dan lidahnya, memberti tanda cinta ditengah lenguhan Dan desahan gadis Manis yang kini ada dibawahnya.
tangan yoga mulai meremas bagian sensitif Kara membuat gadis itu tersentak sadar bahwa ini tidak boleh terjadi lalu langsung mendorong Yoga menjauh.
"ga stop". ujarnya mengatur nafasnya yang sudah berantakan. "maaf ga, aku belum bisa". Kara beranjak Dari kasur memakai kemajanya lalu pergi ke kamar Rivi.
Duda itu hanya memperhatikan kepergian kekasihnya dengan tatapan bersalah.
mereka berdua merebahkan diri di kamar yang berbeda dengan pikiran yang bingar, saling menyalahkan diri sendiri. diwaktu yang bersamaan namun di tempat yang berbeda mereka memiringkan tubuh mereka saling mengucap maaf, sampai tertidur.
CHAPTER 25
satu minggu sebelum family resital.
setelah kejadian malam itu Kara Dan Yoga belum bertemu lagi, hanya berkabar melalui chat.
Kara sedang termenung di balkon rumah Nina yang cukup teduh dengan pepohonan.
"Kaar, jangan bengong". panggil Nina Dari dalam ruang tamu.
"enak disini adem Nin". kekeh Kara yang sebenarnya sedang gundah. dia menimang ponselnya berkali-kali mengecek notifikasi apakah ada pesan atau telpon Dari Yoga tapi nihil. 2 hari ini yoga sulit dihubungi bahkan tidak mengabari.
"gue takut dia sakit Nin". ungkap kata tiba-tiba. Nina menghampiri sahabatnya berusaha menenangkan. selama ini memang hanya Nina yang selalu bisa menghalau kegundahan hati Kara, Nina orang yang cukup tenang Ketika menghadapi masalah berbeda dengan sisil, dia lebih menggebu Dan emosional.
Nina memeluk sahabatnya. "kalau Kara sayang sama Yoga, coba Kara yang temuin dulu, tekan ego Kara kalau memang mau mempertahankan". ucap Nina lembut. "soal kejadian malam itu kar, ga semua laki-laki sebajingan Dokter Fahad ke gue". Nina kembali mengingatkan, Nina pun baru menyadari itu setelah berhubungan dengan Tommy.
"Kara aja Tau semua tentang kehidupan Yoga, Kara kenal sama Tommy bahkan Rivi sayang banget sama Bunda Karanya". imbuh Nina.
Kara Terus berfikir tentang yang dibicarakan Nina, gadis mungil itu akhirnya memutuskan untuk menghubungi Tommy menyakan keberadaan Yoga.
Kara benar-benar panik mendapatkan kabar kalau kemarin Yoga masuk rumah sakit Karena usus buntu.
dengan kecepatan yang cukup tinggi gadis itu membelah jalanan ibukota yang sudah cukup sepi Karena sudah dini Hari.
Kara mempercepat langkahnya di lorong rumah sakit mencari ruang rawat kekasihnya. sesampainya didepan pintu ruang rawat Yoga Kara melihat lelakinya sedang memandang kesatu arah dengan wajah yang datar Dari sela pintu yang sedikit terbuka.
tiba-tiba Fiona berjalan Dari arah yang sama dengan Mata yoga melihat, wanita cantik itu mendekati Yoga Dan memeluk yoga sembari menggoda Yoga yang terlihat tidak terganggu.
Kara mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam, saat ingin pergi Kara dikejutkan dengan kedatangan ibu mertua Yoga.
"kamu lihat kan? ga mungkin menantu Saya mau sama kamu" ujarnya sinis. "Fiona jauh lebih baik Dari kamu". imbuhnya.
"sadar diri kamu! cuma tukang kue saja mimpi jadi istri mantu Saya". Mata Kara mulai memerah. "kamu mau gantikan Hana? level mu dimana? apalagi bersaing sama Fiona, CIH!".
ibu mertua Yoga lalu mengusir Kara Dari situ "jangan temuin menantu Saya lagi!, mereka akan segera Saya nikahan, paham!". ketusnya mengintimidasi Kara.
Kara hanya mengangguk lalu pergi Dari Sana. "sehina itu aku ga?"
gadis itu Terus melangkahkan Kakinya keluar rumah sakit menuju Mobilnya di area parkir.
"Bundaaaa....". suara teriakan anak kecil yang selalu Kara rindukan terdengar Dari dalam sebuah Mobil yang baru saja berhenti di depannya.
Rivi segera turun Dari Mobil berlali memeluk Kara yang berdiri mematung.
"Bundaa, Rivi kangeeen". suara anak itu menangis merindukan Kara. "hiks Bundaa... Ayah ga apa kan?". sambungnya memeluk pinggang Kara.
Kara berjongkok mensejajarkan diri dengan gadis kecil kesayangannya.
"Sayang kesini sama siapa? ini kan udah malem?". Tanya Kara menghapus air mata putri cantik dihadapannya.
"sama aku kak". Sapa Tommy Dari belakang Mobil sembari menghapus air matanya.
"kamu kenapa nangis Tom?". Tanya Kara bingung. Tommy memang Sangat perasa, apalagi Rivi adalah keponakan yang Paling dia sayang.
Kara menggendong Rivi lalu mengajaknya ke sebuah taman di area rumah sakit bersama Tommy.
"sayang, duduk sini ya". ujar Kara mendudukan gadis kecil berpipi chubby itu disebuah bangku di taman yang cukup terang dengan lampu.
Kara memberi kode untuk Tommy duduk disamping Rivi yang sudah mulai tenang.
"Bunda boleh Tanya sama tuan putri? hmm..". Rivi mengangguk di pelukan Kara.
"Rivi kenapa kesini pagi-pagi buta begini?". Tanya Kara lembut sembari membelai pipi Rivi.
"Rivi kangen Ayah, Rivi mau ketemu Ayah ". suaranya bergetar membuat hati Kara sakit mendengarnya.
"kan bisa besok pagi sayang". imbuh Kara.
"Bunda kemana aja? waktu Ayah sakit bunda ga rawat Ayah?". Rivi mempertanyakan kenapa Kara Dan Ayahnya sedang jarang bertemu. "malah tante Fiona sama oma yang ngerawat Ayah". Kara tersenyum melihat kearah Tommy yang kaget mendengar Rivi bicara soal Fiona, Kara menggeleng kepada Tommy Karena pria itu mau memberhentikan keponakan lucunya bicara.
"Bunda udah ga sayang sama Rivi?" Tanya nya lagi.
"haish sayang kok gitu ngomognnya". Kara memeluk Rivi erat menahan bulir airmatanya supaya tidak menetes. Tommy yang menyadari itu memberikan saputangannya ke wanita yang pernah mengisi hatinya itu.
"Bunda udah ga sayang sama Rivi hiks hiks". gadis kecil itu akhirnya menangis sedih di pelukan wanita yang Dia harapkan menjadi pengganti mendiang Ibunya.
"Bunda Kara sayaaaang banget sama Rivi, sayang banget. tapi kan Bunda Kara Dan Ayahnya Rivi punya pekerjaan yang harus diurus sayang". jelas Kara memberi pengertian pada Rivi. "Bunda Kara kan punya kedai yang harus diurus, ya kan?".
Rivi mengangguk setuju, lalu mendongak kearah Kara dengan Mata basah yang senduh penuh kesedihan.
"Bunda..". panggil nya.
"hmm". jawab Kara singkat dengan hati berdebar, pasalnya anak semata wayang Yoga ini suka bertanya atau meminta sesuatu yang membuat Kara tidak bisa menolaknya.
"family recital Kita masih bertiga kan?". Tanya Rivi sambil menghapus air bening Dari hidungnya.
Kara hanya mengangguk dengan senyum lebar berusaha memberikan keyakinan pada Rivi.
"kalau Ayah belum sembuh gimana Bun?".
"kan ada uncle Tom, uncle juga bisa main piano kayak Ayah". Tommy yang sedari tadi diam akhirnya buka suara.
"nah tuh ada uncle Tom to the rescue". ujar Kara semangat. 'thank you tommy'. Kara berbisik pada Tommy.
10 menit kemudian Rivi tertidur pulas dipangkuan Kara.
"Tom, Tommy...". panggil Kara dengan berbisik, Tommy menghampiri Kara. mengucap 'apa' dengan berbisik juga.
"bawa Rivi pulang atau masuk ke ruang rawat Yoga, jangan sampe bangun!". titah Kara kepada Tommy.
"kakak?".
"aku harus pulang". ucap Kara masih berbisik. "aaah satu lagi Tom, jangan bilang Yoga kalau aku kesini ya". pinta Kara yang kemudian pergi meninggalkan Tommy Dan Rivi.
CHAPTER 26
Hari H family resital.
Kara, Nina, Tommy, Sisil Dan Hobi sudah datang 1 jam sebelum acara dimulai Karena Rivi Dan Kara harus berlatih kembali mengingat bagian-bagian yang akan mereka nyanyikan.
Yoga memaksakan diri demi anak semata wayangnya untuk ikut di acara resital itu, dia tidak mau mengecewakan putri kecilnya.
Rivi sedang bergabung dengan teman-temannya dengan wajah yang begitu ceria.
Yoga duduk disamping Kara dengan ekspresi wajah datar. "sampai aku keluar Dari rumah sakit pun kamu ga nengok aku kar?". ujarnya dingin.
hati Kara bergemuruh 'aku dateng sayang aku liat kamu dipeluk sama Fiona'.
"kalau kamu udah ga perduli lagi sama aku ngapain kamu disini sekarang?". ketusnya.
Kara menoleh menatap Yoga dengan tatapan tidak percaya kalimat itu akan keluar Dari mulut kekasihnya.
"aku ada disini buat Rivi, kalau kamu sudah ada Fiona kan yang jaga". Kara melirik kearah pintu melihat Fiona yang sedang berjalan kearah mereka. "she's here, setelah resital ini selesai berarti urusan Kita pun selesai". Yoga terdiam hatinya sakit mendengar ucapan Kara.
Bukan hanya yoga gadis itu pun merasakan sakit yang sama, dia beranjak Dari tempat itu meninggalkan Yoga bersama Fiona.
"hai Kak, kenapa ga sama aku aja sih perform nya?". ujar Fiona manja. Yoga langsung berdiri meninggalkan Fiona yang terlihat kesal.
Yoga menghampiri Kara, "maksud Kamu apa?". pria itu menarik tangan Kara menggengamnya sedikit kuat.
"sakit, yoga". pria itu melepaskan cengkramannya. "maaf". ucapnya melihat tangan wanitanya memerah.
"Ayah Dan bundanya Rivi kan? Kita siap-siap yuk, sebentar lagi acaranya mulai". seorang panitia memanggil Kara Dan Yoga yang masih berada di bangku penonton untuk masuk ke backstage.
"Bunda sama Ayah jangan berantem disini dong". ucap Rivi begitu melihat Ayahnya masuk ke belakang panggung.
Kara terkejut mendengar ucapan anak itu. "sayang, Bunda Kara sama Ayah Rivi ga berantem kok, ya kan yah?". ucap Kara sambil menarik tangan pria itu meminta persetujuan.
Yoga hanya mengangguk lalu menggengam tangan wanita Manis yang Dia rindukan beberapa minggu ini.
Kara melepaskan genggaman Yoga lalu membenahi kostum yang dipakai oleh Rivi juga menyempurnakan make up juga hair do nya.
"aaah cantik banget tuan putrinya Bunda Kara". puji Kara setelah selesai membenahi Rivi.
mereka bertiga akan tampil dengan kostum dengan warna yang senada ungu yang melambagnya boy grup kesayangan Rivi BTS.
"aku udah ganteng belum?". ucap Yoga manja tak mau kalah, Kara memutar matanya.
"bunda, Ayah udah ganteng belum?". ucap Rivi ikut menggoda Kara yang mempoutkan bibirnya.
"udaah, Ayah udah ganteng kok sayang". ujar Kara tak acuh. "coba sini Rivi Bunda Kara jepit dulu rambutnya".
"baiklah sekarang penampil ke 5 yaitu Dari kelas vocal C.2 dengan murid bernama Rivi Mahendra. inilah dia The Mahendra's!". panggil MC dari atas panggung.
Yoga yang pertama Naik keatas panggung menuju ke piano yang sudah disediakan, lalu memulai intro sebuah lagu. lalu Rivi Naik keatas panggung dengan anggun menggandeng Kara disampingnya.
(coba kalian bayangkan yaaa...intro piano yang dimainkan yoongi di M-countdown yet to come).
Rivi Dan Kara mengubah lagu yang akan mereka tampilkan menjadi lagu Yet to come milik BTS.
bagian Rap nya di buat menjadi suara penyanyi aslinya sedangnya bagian bernyanyi dieksekusi oleh Kara dan Rivi dengan Sangat cantik.
"kalian keren". seru Tommy Dari kursi penonton, disambut siulan keras Dari Hobi.
"aaaah kak yogaaaa kereeeen bangeeet...!!!" Nina Dan sisil meneriaki Yoga yang memang terlihat menawan saat bermain piano.
Tim heboh The Mahendra's memberi semangat Paling keras Ketika Rivi menyanyikan bait terakhirnya.
"Rivi uncle Tom padamuuuu...!" teriak Tommy semangat.
"uncle Bi juga padamuuuu Rivi...!" seru Hobi yang tak mau kalah. lalu mereka tertawa meninggalkan Fiona yang menyendiri di bangku ujung.
mereka bertiga menyelesaikan lagu tersebut Tanpa hambatan, lalu melakukan bow out Dan meninggalkan panggung.
Fiona Sangat cemburu melihat Kara yang begitu di cintai banyak orang termasuk yoga. saking kesalnya Fiona memiliki rencana jahat untuk mencelakai Kara.
mereka bertiga menghampiri Tim heboh di kursi penonton Paling belakang yang berbentuk tangga seperti theater pada umumnya, Kara berjalan di belakang Rivi Dan yoga, saat sampai di undakan kedua terakhir, ada yang menedang keras Kaki Kara sampai Kara terjatuh, kepalanya membentur keras ke lantai lalu merosot jatuh ke beberapa undakan dibawahnya.
semua orang langsung panik melihat Kara wajahnya penuh darah.
Yoga Dan Hobi langsung membawa Kara kerumah sakit, Rivi yang menangis melihat banyak darah langsung menangis memeluk Nina yang ada disampingnya.
"Rivi tenang sayang, Bunda baik-baik aja kok". ucap Nina menenangkan.
Fiona tersenyum puas melihat Kara celaka seperti itu, walaupun jadi semakin kesal Karena yoga jadi pergi Dari Sana.
"gue Tau lo yang nendang Kaki kak Kara!" bisik Tommy tegas. "gue bakalan bikin perhitungan sama lo Dan nyokap lo!". ancam Tommy dengan wajah yang menakutkan.
membuat Fiona tidak berkutik merasa kaget Karena ada yang melihat perbuatannya.
Tommy mengajak Nina, Sisil Dan Rivi pergi ke rumah sakit yang diberitahukan oleh Hobi.
CHAPTER 27
Sudah dua Hari Kara ada dirumah sakit, kepalanya sebelah Kiri nya harus dijahit 17 jahitan Karena benturan keras itu membuat Luka yang cukup lebar Dan dalam, pipinya pun masih lebam juga bengkak, tangan Kiri Dan Kaki Kiri gadis itu pun harus di beri penyanggah Karena terkilir.
Papi Dan Mami Kara baru saja pulang kerumah setelah menjaga Kara secara bergantian.
Yoga tidak henti-hentinya meminta maaf pada orang tua Kara Karena tidak becus menjaga anak mereka.
setelah mengantar orang tua Kara ke taxi Yoga kembali ke kamar rawat Kara.
Yoga tersenyum melihat Kara yang baru bangun Dari tidur siangnya.
"eungh.. Mami sama Papi kemana?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"aku suruh pulang, kasian mereka udah tua tidur di tempat yang ga nyaman". jelas Yoga sembari memberikan segelas air untuk Kara.
"thank you". ucap Kara setelah meminumnya.
Yoga mengambil gelas Dari tangan Kara dia letakkan gelas itu di meja lalu duduk di samping gadis mungilnya.
"maafin aku". lirihnya sambil menyentuh pelan Lebam di pipi Kara.
"sakit semua badan nya ya?".
Kara memutar bola matanya "menurut ngana? udah babak belur Gini ga sakit semua tuh gimana?!". ketus Kara kesal dengan pertanyaan Yoga. terbelalak lelaki itu dibuatnya.
"apa melotot.. hmm?". ketus Kara lagi. "mau marahin aku lagi?! apa?". Kara benar-benar kesal pada pria pucat itu.
"ngapain kamu disini? bukannya udah ada yang gantiin aku?!". ujarnya ketus tapi mata Kara yang memerah menahan tangis tidak bisa bohong.
Yoga memeluk Kara pelan agar tidak menyakiti wanitanya. "udah sayang, cemburunya nanti lagi ya". mengecup pucuk kepalanya.
Kara berdecih "ngapain cemburu Sama perempuan kaya gitu?". emosi Kara benar-benar meluap siang itu.
"kamu fikir aku cemburu? kamu salah!". Kara melanjutkan omelannya.
"silahkan kalau kamu mau sama dia, aku ga apa!". suara Kara mulai bergetar.
"bilang sama Ibu mertua kamu, jangan suka menghina orang lain, aku Tau Fiona jauh lebih cantik Dari aku, tapi dimata orang tuaku, aku yang Paling cantik!". seru Kara dengan tangis yang menyesakkan.
"Kara stop sayang stop, maafin aku". yoga memohon Kara untuk berhenti, sakit hati yoga mendengar wanitanya disakiti seperti ini.
"salah aku apa sama Ibu mertua kamu sampai dia tega menghina aku". Kara Makin histeris. "apa salah aku cinta sama laki-laki mapan Tampan kaya kamu?".
Yoga sedikit mengeratkan pelukannya, dia merasakan dadanya mulai basah dengan air mata Kara. "sayang udah doong". bujuk Yoga. "kamu masih sakit lo Kar". yoga mulai kewalahan menghadapi Kara yang sedang meletup-letup.
tiba-tiba perlahan pintu ruangan terbuka, kepala Nina, Tommy Dan Rivi menyembul Dari balik pintu. Kara langsung menghapus airmatanya Karena ada Rivi.
mereka bertiga menghampiri Kara "Bunda...". Rivi duduk di kursi samping kasur Kara. "kemarin Ayah yang sakit, sekarang Bunda, kalian cocok". celoteh Rivi tersenyum dengan gigi putihnya.
"apa uncle Tom namanya tadi?". melirik Tommy Dan Nina di samping nya.
"JODOH..!" ucap Tommy Dan Nina berbarengan sambil tertawa.
Kara Dan Yoga hanya terdiam dengan pikiran mereka masing-masing, Kara yang masih merasa pusing Dan sakit hati atas perlakuan ibu mertua Yoga menjadi lebih sensitive Dan emosional.
sedangkan Yoga merasa Sangat bersalah kepada Kara yang harus menghadapi kejadian yang menyakitkan seperti ini.
suasana ruangan itu jadi dingin juga sunyi Karena Rivi tidur , Kara Dan Yoga sedang perang dingin, Nina Dan Tommy sedang bingung juga canggung menghadapi dua manusia keras kepala di depan mereka.
"Tom" akhirnya yoga buka suara, Tommy menoleh dengan senyum boxy yang menurut yoga Sangat mengganggu tapi Manis di Mata Nina.
"lo ajak Rivi pulang ya tolong, biar Kara istirahat". pinta Yoga.
"ga!". ketus Kara kilat. "kamu aja pulang Sana sama Rivi, aku mau Sama Nina". nada suara Kara benar-benar galak Dan penuh amarah. Nina yang paham betul bagaimana sahabatnya mengajak Dua laki-laki itu keluar.
kini tinggal Kara Dan Rivi di dalam kamar, Rivi tertidur di samping Kara.
di sentuhnya lembut kepala gadis kecil yang begitu cepat mengambil hati Kara.
"maafin Bunda Kara ya sayang, bunda sayang banget sama Rivi, sabar ya nak, Bunda mau berusaha maafin Ayah kamu dulu, kalau udah bisa Bunda Kara pasti balik". lirihnya dengan berderai air mata.
"don't cry Bunda". ucap Rivi dengan Mata yang masih terpejam. "Rivi cinta banget sama Ayah sama Bunda, Rivi mau Bunda Kara jadi Bunda nya Rivi selamanya". imbuh si mungil.
Kara menghapus air matanya saat gadis kecilnya itu membuka mata, "Bunda Tau ga? waktu Bunda ga sadar kemarin itu Ayah nangis Terus disamping Bunda". Rivi mulai bercerita dengan cara khas anak-anak seusianya. "Ayah Cari apa itu namanya yang kantong merah Nda?".
"kantong darah?". jawab Kara.
"nah iya itu, Karena ga ada akhirnya Ayah ikut disuntik juga tuh pakai jarum yang kaya Bunda ini". jelas Rivi yang mulai bangun Dari tidurnya.
"Bunda, Rivi boleh makan itu?". Tanya nya lucu menunjuk anggur yang ada di meja.
Kara tersenyum mengangguk "bisa ambilnya kan? be careful honey".
sambil memakan anggurnya Rivi kembali bercerita. "Terus kata Ayah,kantong merah itu punya Ayah Nda". lalu kembali menyuap buah anggurnya. "Ayah bilang ke Rivi, kalau Ayah rela Kasih apa aja buat Rivi Dan Bunda supaya Kita bahagia". Rivi mengelap mulutnya dengan tissue lalu meminum air Dari tumbler miliknya.
"Terus nak?". Kara merasa terhibur mendengan cerita Rivi.
"Terus Rivi bilang sama Ayah, kalau Rivi mau Bunda Kara jadi Bunda Rivi selamanya".
Kara meneteskan air matanya lagi "kan ada tante Fiona sayang".
Rivi menggeleng cepat. "enggak! Rivi ga mau! tante Fio jahat, oma juga jahat". seru Rivi kesal.
"kenapa sayang?".
"Rivi kehujanan Karena oma Dan tante Fio lupa jemput Rivi disekolah". ucap Rivi membuat Kara kaget.
"Terus?". selidik Kara kesal juga sedih mengetahui tuan putri nya sakit Karena kelalaian Dua orang dewasa itu.
"Rivi Naik Bus yang waktu itu bunda ajak Rivi adventure pulang sekolah". ucapnya lagi.
"bisnya ga masalah, tapikan hujan sayang, Dari sekolah ke halte bus kan jauh". ujar Kara panik. "Rivi bayarnya gimana?".
"pakai kartu yang dikasi uncle Tom buat Rivi jajan". Jawabnya polos
yoga yang Dari tadi menguping pembicaraan mereka langsung masuk kedalam ruangan.
"gimana? lupa jemput tuh gimana vi?"
Rivi kaget melihat sang Ayah tiba-tiba masuk.
Kara menyentuh tangan Yoga memberi kode untuk lebih lembut.
"Rivi cerita Sama Ayah ya, semuanya". pinta Yoga.
akhirnya Rivi menceritakan semua yang Dia tau Dan dia lihat soal omanya Dan fiona.
Yoga mengepalkan tangannya mendengarkan semua cerita Rivi, cerita Kara yang sering diteror Dan dihina oleh mertuanya juga Fiona.
Tommy juga melihat kalau Fiona yang sengaja menendang kaki Kara pada saat resital sampai terjatuh.
Kara yang sudah mulai tenang khawatir pada kekasihnya yang kelihatan Sangat marah.
"hei, inhale exhale sayang". ucap Kara lembut menggenggam tangan kekar lelaki nya.
Besok up 3 chapter terakhir ya semoga suka sama short story perjalanan mereka..💜❤️
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
