
Bagi Lovita, mabuk adalah bencana buatnya. Tapi, ia tetap melakukan ketololan tersebut dan berakhir dengan tidur bersama pria bernama Christian yang ia temui di club malam. Lovi bertekad menyebutnya sebagai kesalahan satu malam dan berharap mereka kembali seperti awal. Tapi sayangnya, Christian tidak berpendapat demikian. Kini, Lovi membutuhkan segenap kendali dirinya agar tetap mampu bersikap seperti wanita asing yang professional tanpa memperdulikan pria sinting itu.
Namun sayangnya disuatu kesempatan...
BAB 1
HAPPY READING
****
Penerbangan Dubai - Jakarta
Meskipun baru satu jam berlalu sejak lepas landas, sebagian besar penumpang lepas landas namun sebagian penumpang sudah tertidur di kursinya masing-masing. Bahkan mereka tidak terganggu sama sekal meskipun badan pesawat sempat terguncang pelan karena hujan deras di luar.
Angel memejamkan mata beberapa kali namun ia tidak bisa terlelap seperti penumpang lain. Angel memutuskan untuk mengambil majalah in-flight dari kantung di kursi penumpang yang ada di hadapannya. Namun tidak ada yang menarik di sana, ia lebih suka majalah cewek seperti Vogue, dan Elle.
Angel ingat ia pernah beli majalah Vogue bulan lalu situs resminya. Ia mengaksesnya lewat mesin pencarian google, dan tentu majalah yang ia beli ini berbayar, karena perkembangan era digital diharuskan untuk menyesuaikan diri mengikuti arusnya, semua apa-apa serba digital. Kebanyakan orang sekarang menggunakan handphone, bukan berarti saat ini majalah tidak ada sama sekali bentuk fisiknya. Seingatnya ia pernah beli majalah Vogue di Pirplus.
Angel mengembalikan majalah in-flight itu ke tempatnya, ia bisa berpura-pura menaruh minat pada artikel sembilan tempat wisata di Dubai, yang tertulis pada majalah itu. Baru setengah baca ia kembalikan ke tempatnya. Angel mendadak mati gaya, dia bersandar di kursinya, ia melirik pria berada di sampingnya, pria itu juga tidak tertidur justru hanya menscroll ponselnya.
Angel mengubah sandaran kursi menjadi lebih rendah, dia dapat mencium baru parfum pria itu. Ia memang suka pria tinggi dan rapi. Yang kalau senyum seksinya keterlaluan dan sepertinya ada di pria itu.
Angel kembali memperhatikan pria di sampingnya, rambut pria itu terlihat tebal dan bergelombang, bingkai wajahnya lumayan tampan. Alisnya juga sempurna, tampak serasi dengan design er facial hair, biasa ia menyebutnya kumis dan jambang yang terawat rapi ala model fashion.
Angel sampai tidak berkedip, seperti terhipnotis mengawasi pria yang duduk di sampingnya. Angel menatap cowok itu bergerak, lalu Angel buru-buru menutup sebagian wajahnya dengan ponsel. Meskipun hanya sebuah gesture, namun tetap saja ia seperti wanita yang sedang kepergok stalking.
“Can I help you?” Tanyanya.
Suara pria itu terdengar ngebas, Angel tersentak kaget karena pertanyaan barusan. Angel mengintip mendapati dirinya yang ditatap langsung oleh sepasang mata elang yang tajam. Tatapannya berkilat terang-terangan menunjukkan keberatan karena sudah di mata-matai.
“Sorry, I was just checking the weather out your side window,” ucap Angel.
“But it's okay, the rain will stop later,” ucapnya lagi ikut menoleh menatap jendela.
“Oh, okay. Thank’s,” ucap Angel.
Angel melihat pria itu akan mengatakan sesuatu, namun keburu disela dengan suara ‘ding’ pelan bersama lampu perintah, untuk mengenakan sabuk pengaman. Badan pesawat terguncang lagi dengan diiringi pengumuman dari pengeras suara,
"Ladies and gentlemen, the captain has informed us that the weather is currently bad. Please ensure your seat belts are securely fastened and all carry-on items are stowed under the seat in front of you or in the overhead bins. Thank you."
Angel memiliki sedikit waktu untuk menyelamatkan dirinya dalam posisi awkward. Buru-buru Angel mengubah posisi duduknya menjadi menyamping lalu memasang earphone, ia lalu memejamkan mata, menunggu system memilih lagu random yang tersimpan di sana.
Karena tidak berani berkutik, pada akhirnya Angel benar-benar tertidur di kursinya ia juga tidak tahu seberapa lama ia tertidur. Sekarang posisinya melek lagi. Angel menoleh ke samping ternyata pria itu ikut tertidur, ia melihat pria itu bergerak dan terbangun. Ia menatap pramugari membawa meja roda berisi makanan untuk class bisnis. Pramugari itu mengalihkan perhatiannya, dan meletakan makanan di meja mereja, sambil tersenyum dan mengatakan, “Enjoy.”
Angel memang belum terlalu lapar, ia membuka makanannya tanpa antusias. Dia melepaskan eraphone yang di telinganya. Dia mengabil air mineral dan membuka botolnya.
“Are you okay?”
Angel mendengar suara seksi dari pria di sebelahnya. Dia masih mendengar secara jelas celetukan barusan. Angel lalu menolehkan kepala untuk memastikan pertanyaan itu memang ditujukan untuknya atau tidak. Dan Angel menoleh, mereka saling menatap satu sama lain.
“Hah? Apanya?”
Alis pria itu terangkat karena wanita itu menggunakan bahasa Indonesia, Angel langsung menyadari apa yang diucapkan pria itu, "You look disappointed? You don't like it?" Tanyanya lebih ramah.
“Sorry, I mean …” pria itu menggantungkan kalimatnya.
“I’am okay. I have a shrimp allergy, so I'm disappointed," ucap Angel sekenanya, padahal ia tidak ada elergi udang, namun itulah yang ada dipikirannya.
“Oh gitu.”
Sekarang justru Angel yang terkejut karena pria itu bisa berbahasa Indonesia. Pria itu tersenyum, “Saya juga dari Indonesia kok.”
Angel membalas senyuman itu, ini merupakan awal perkenalan mereka,
“Okay,” ucap Angel balas tersenyum.
Pria itu mengulurkan tangan kepada Angel, “Saya Lorenzo Ribeiro, kamu?”
“Saya Angel Margarita, panggil saja Angel,” ucap Angel membalas uluran tangan Lorenzo, Angel mengerutkan dahi lalu melepaskan tangannya.
“Nama kamu seperti orang Protugal,” ucap Angel mencoba menerka-nerka.
Lorenzo lalu mengangguk, “Iya, kebetulan kakek saya asli protugal, dan memang ada keturunan.”
“I see, pantes saja,” ucap Angel lalu mengangguk, pantas saja pria itu bak model Calvin Klein ternyata ada keturunan latin, sekilas dia mirip Arab, mirip Pakistan, mirip pria Eropa ucap Angel dalam hati.
Lorenzo melepaskan jabatan tangannya, “Jadi kamu di panggil apa? Angel atau Rita?” Tanyanya lagi.
“Panggil saja Angel.”
“Cute name.”
“Thank you. Kamu sendiri dipanggil apa?”
“Panggil saja Enzo.”
Enzo melihat ke arah makanannya, “Bagaimana kalau udang kamu, tuker sama beef saya. Saya kebetulan suka seafood.”
“Oh, boleh kok,” ucap Angel dia menukar makanannya.
“Thank’s,” ucap Enzo.
“Lagi males makan juga sih sekarang.,” gumam Angel.
Enzo menoleh menatap Angel, “Diet?”
Angel mengangguk, “Iya.”
“Sudah kurus kok kamu, apa yang mau dikurusin lagi.”
“Sebenernya lagi ngurangin karbo aja, enggak diet diet banget.”
Enzo mengangguk paham, ia lalu menatap makanan di mejanya. Mereka lalu memakan makanan itu dalam diam. Sesekali Enzo memperhatikan Angel, dia mengakui kalau Angel itu cantik. Dia memiliki kulit putih bersih, terlihat sangat halus dan sehat. Matanya almond, hidungnya mancung, dagunya seperti v dan bibirnya penuh. Enzo melihat kuku-kukur Angel berwarna merah merona.
Sementara Angel diam-diam mengagumi tubuh atletis Enzo, dadanya terlihat bidang, rahangnya tegas, dan hidungnya terpahat sempurna. Jika ia menjadi kekasihnya, mungkin ia tidak akan melewatkkan satu jengkalpun menatap wajahnya. Di tambah dengan bibir bawahnya sedikit tebal, membuatnya ingin tahu bagaimana rasanya ia menghisap bibir itu.
Angel mengibaskan tangan ke wajahnya, bisa-bisanyya ia berpikiran yang tidak senonoh seperti itu. Angel mengipas-ngipas tangan ke wajahnya, ia dapat mencium bau parfum Enzo yang segar dan tidak menyengat, kombinasi aroma cemara, cedar dan musk, cukup unik. Mungkin semua orang akan mengenali bahwa ini adalah parfum Lorenzo.
“Saya suka parfume kamu,” ucap Angel.
Enzo lalu menoleh menatap Angel, alisnya terangkat, ia tidak menyangka kalau Angel menyukai aroma tubuhnya, yang kadang memang tidak pernah terlintas di pikiran orang untuk memuji parfume nya.
“Terima kasih. Saya juga aroma tubuh kamu seperti orchid.”
“Kok kamu tau?”
“Kebetulan mama saya pecinta anggrek, jadi kalau anggreknya berbunga aromanya ke mana-mana, jadi sangat khas, seperti aroma tubuh kamu.”
Angel meneguk air mineralnya, ia memang sekarang lagi suka parfum beraroma bunga, karena itu membuatnya lebih segar.
“Kamu transit di Singapore?” Tanya Enzo.
Angel mengangguk, “Iya. Sengaja sih, biar bisa jalan dulu di sana.”
“Pasti mau belanja.”
“Pastinya,” Angel tekekeh.
“By the way, kalau boleh tau, ngapain jauh ke Dubai?” Tanya Enzo penasaran.
“Kalau menurut kamu bagaimana?”
Enzo mengedikan bahu, dia menyelesaikan makannnya, “Saya tidak tahu Angel, mungkin kamu lagi jalan-jalan ya.”
Angel menggelenngkan kepalanya, ia mungkin saat ini pantas mendapatkan piala Oscar, “Ngabisin jatah bonus jalan-jalan dari kantor, yaudah ke Dubai,” ucap Angel, padahal ia di Dubai bertemu dengan kliennya, segala akomodasi di sediakan oleh kliennya ia hanya tinggal datang dan melakukan kewajibannya.
“Enak dong, kamu kerja apa?” Tanya Enzo penasaran.
“Saya agent property, tahun kemarin saya dapat menjual beberapa property jadi dapat bonus jalan-jalan gratis di Dubai.”
“Enggak rombongan? Biasa kalau bonus gitu perginya rame-rame gitu kan?”
“Enggak, saya minta tiket terpisah, kalau rame-rame males orangnya tua-tua,” Angel lalu terkekeh, bisa-bisanya ia mengatakan kalau ia menjadi agent property.
“Kamu sendiri bagaimana? Di Dubai dalam rangka apa, business or pleasure?”
“Menurut kamu gimana?”
“Aduh, kamu ikut-ikutan nanya balik.”
Enzo lalu tertawa geli, “Ada business sih di Dubai, balik ke Jakarta karena mama nyuruh balik ada sepupu saya menikah, nggak enak kalau nggak datang soalnya kita deket.”
“Tapi kamu nggak kelihatan happy sepupu kamu nikah.”
“Kelihatan banget ya?”
“Iya, kelihatan sih.”
Enzo tertawa, “Ya iyalah, nanti kalau di pesta, semua keluarga besar saya nyuruh saya cepet-cepet nyusul nikah. Jadi ribet aja jawabnya gimana. Itu yang buat saya nggak excited balik ke Jakarta.”
“Kamu transit di Singapore?”
“Iya. Sengaja sih transit yang paling lama, biar bisa jalan-jalan dulu ke sana. Kamu sendiri gimana?”
“Sama sih. Palingan stay di hotel aja, istirahat. Kamu hotelnya nginep di mana?”
“Di Ambassador.”
“Di tempat transit itu?”
“Ya ampun sama,” ucap Angel antusias.
“Kok bisa sama ya? Apa kita jodoh.”
Angel tertawa, “Kebetulan aja sih, bukan jodoh,” Angel dan Enzo tertawa bersama.
*****
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
