
Seorang anak laki - laki yang sedang menyendiri di tengah keramaian dan dinginnya malam.
Malam itu aku sedang bersantai dengan suasana sepi yang kurasakan, padahal sedang ada acara besar yang tidak jauh dari tempat aku berdiri. Suara musik dapur dari atas panggung serta sorakan meriah dari para penontonnya bahkan terabaikan olehku. Mungkin karena aku lelah? mungkin.
Aku sendirian malam itu, padahal baru saja teman - temanku selesai berbincang denganku lalu pamit untuk kedepan barisan manusia di depan panggung itu, dan mereka mulai bersorak ria mengikuti sorakan yang dibuat kerumunan itu. Mereka tampaknya menikmati acara tersebut, maka aku tidak berniat mengganggu dan memutuskan untuk tetap berada di tempatku berdiri sekarang.
Pada saat kesendirianku, aku memutuskan untuk berbaring di rumput untuk melihat langit dan mulai menghayalkan hal - hal secara acak yang biasanya aku lakukan. Misalnya berhayal tentang lelahnya hari ini dikarenakan kegiatan yang bahkan aku sendiri tidak tahu gunanya untukku ini apa hahahaha.
Bahkan untuk berada di tempat ini saja bukan karena kehendakku. Aku diminta untuk mengikuti suatu acara dari sekolahku, pembimbingku meminta organisasiku untuk mengikuti acara ini. Katanya sih untuk mencari pengalaman dan untuk meningkatkan kembali "organisasi" ini. Sedih rasanya harus melakukan hal yang sebenarnya tidak aku inginkan tapi mau bagaimana lagi, lagipula aku suka mengikuti hal - hal semacam ini walaupun aku tidak tahu untuk apa hahaha.
Langit begitu gelap bahkan aku tidak bisa melihat bintang disini. Wajar saja aku berada di sebuah pinggiran kota jadi rasanya untuk melihat indahnya bintang - bintang tidak akan mungkin. Padahal aku sangat berharap melihat sebuah bintang karena mungkin saja lelahku ini bisa dibayar dengan melihat mereka para bintang di langit malam.
Disela – sela menghayalkan hal tersebut aku teringat seorang wanita aneh dengan tingkahnya yang lucu, bahkan aku sesekali tertawa kecil mengingat kelakuan yang sedang ia lakukan waktu itu. Wanita yang kutemui sebelum acara ini. Ya sebenarnya sebelum acara ini ada kegiatan training atau preparing anggota atau apapun itu yang dimana kami diharuskan mempersiapkan apa saja sebelum acara yang sebenarnya berlangsung.
Ditempat kegiatan sebelumnya aku bertemu lagi dengannya, jika boleh jujur ini adalah pertemuan keduaku dengannya. Pertemuan pertama itu juga tidak disengaja karena dia ikut menumpang di taksi yang aku dan temanku tumpangi, sialnya bukan hanya menumpang tapi karena wanita ini adalah kenalan temanku yang sedang berada di taksi bersamaku. Di pertemuan yang sekarang wanita ini hadir dengan teman “organisasi” nya juga dengan tujuan yang sama yaitu alasan kenapa aku harus berada ditempat ini.
Pada kegiatan training waktu itu adalah yang membuat diriku agak terkesan untuk mengenalnya lebih jauh. Wanita itu dan teman “organisasi” nya terlihat terburu – buru mau melakukan suatu hal yang sepertinya tidak bisa mereka abaikan. Aku yang baru saja datang dari lorong melihatnya berlari ke arah pintu keluar. Aku dan dia bertatap – tatapan bahkan menyapa walaupun sepertinya dia terburu buru dan hampir terjatuh karena menghentikan larinya. Awalnya aku hanya ingin menyapanya tidak ada alasan lain, bahkan untuk sekedar berbincang pun tidak terpikirkan olehku. Tiba – tiba ia berlari ke arahku dengan napas terengah – engah karena berlari dan langsung saja menanyaiku nomor handphoneku. Aku hanya berdiam diri karena bingung dengan kondisi tersebut. Wanita itu tampaknya agak kesal karena aku hanya berdiam diri. Wanita itupun mengatakan hal yang sama tapi kali ini dengan nada yang agak keras sampai aku sadar dari diamku.
Aku mengeluarkan handphoneku ya karena aku tidak pernah hafal nomor telponku dari dulu. Ketika aku mencari nomorku wanita itu mengatakan nanti saja untuk nomorku (mungkin karena responku yang telat) dan langsung berlari menyusul teman – temannya yang mungkin sudah ada di pintu keluar. Aku kembali terdiam melihat hal itu sambil memikirkan kenapa diriku ini kenapa telat menyadari apa yang wanita itu katakan.
Selesai dengan pertemuan singkat itu seketika ada suara yang memanggil namaku, dari jauh. Ternyata wanita itu kembali lagi ke hadapanku dan masih saja menanyakan nomorku. Aku bilang padanya mungkin acara utamanya saja nanti aku akan berikan nomorku karena melihatnya sedang terburu – buru. Wanita itu menyetujui pendapatku dan langsung berlari lagi ke teman – temannya.
Seketika aku teringat kenapa aku tidak memberikan nomor handphoneku, bisa saja aku tidak bertemu dengannya lagi. Padahal dengan aku memberikan nomorku kepadanya aku bisa bertanya – tanya tentang kegiatan kami ini sedang ikuti. Bodohnya diriku ini karena tidak memikirkan hal tersebut diawal.
Tidak bisa dibayangkan bukan? Hal yang tadi aku tulis sebagai momen yang seharusnya dibanggakan ternyata adalah aib terbesarku yang menunjukkan bahwa begitu telatnya aku menyikapi suatu keadaan. Tapi di momen itulah aku mulai ingin mengenal wanita tersebut.
Disaat terbaring menatap langit yang gelap aku teringat bodohnya aku waktu itu dan seketika wajah wanita itu terlintas di pikiranku. Aku mulai berharap wanita itu ada disini karena masih banyak yang aku ingin ketahui darinya. Semenarik itukah wanita yang sedang aku tulis ini? Iya wanita itu sangat menarik di mataku.
Aku mulai merasa bahwa harapanku untuk wanita itu hadir tempat ini rasanya agak tidak mungkin, mengingat acara yang sekarang aku hadiri akan berakhir dalam satu hari lagi. Agak aneh rasanya bahwa ia akan datang di akhir penghujung acara.
Berbaring sambil berharap yang tidak mungkin akan terjadi mataku agak sedikit berat tapi suara musik dapur di panggung itu membuatku tidak bisa terlelap dan selalu membuka mataku ini. Ketika aku membuka mataku aku melihat wajah yang kukenal, wajah seseorang yang ingin aku temui. Aku tidak bisa fokus pada pandanganku karena rasa kantuk ini. Seketika aku mulai sadar dengan suara yang memanggilku, akupun terkejut dengan suara itu. Untuk memastikan wajah dan suara itu akupun langsung duduk dan melihat wanita itu ada di hadapanku sekarang. Wanita itu menyapaku dengan logat khasnya itu, membuatku merasa yakin bahwa yang ada di hadapanku ini adalah wanita yang aku ingin kenal lebih.
Aku bertanya kenapa ia datang di malam – malam begini, padahal acaranya tersisa satu hari lagi. Wanita itu menjawab karena hal terpenting dari acara yang kami sedang ikuti sekarang adalah di hari terakhir. Setelah aku mendengar apa yang telah ia ucapkan seketika aku merasa seperti orang bodoh yang baru saja terbangun dari mimpinya. Untuk apa aku berada di tempat ini selama lima hari padahal hal terpentingnya ada di penghujung acara ini.
Wanita itu tertawa melihat wajah kebingunganku, akupun mencubit pipi kirinya agar wanita itu bisa diam, aku melakukannya karena suara tertawa dari wanita itu sangat keras dan sangat menjengkelkan. Wanita itu membalas mencubit pipi kananku agar aku melepaskan cubitanku itu. Seketika kami berdua tertawa dengan apa yang sedang kami lakukan.
Aku memintanya untuk duduk di sebelahku karena aku tahu wanita itu baru saja datang dan terlihat lelah. Wanita itu menyetujui permintaanku lalu duduk di sebelahku. Kami berbincang banyak hal terutama kemana perginya wanita itu selama acara ini berlangsung.
Sekitar lima belas menit kami mengobrol wanita itu bangun dan mulai mengajakku untuk melihat acara di panggung itu, aku rasa wanita itu penasaran dengan acara di panggung itu. Aku yang sebenarnya tidak mau melihat pentas itu akan tetapi paksaan dari wanita itu sangatlah menyebalkan sampai ia menarikku dari rumput yang sedang aku duduki. Akupun mengalah dan ya jika itu tidak merepotkan aku tidak akan keberatan untuk mengikuti keinginan egoisnya itu. Wanita itu tersenyum lalu tertawa. Kami pun pergi ke arah kerumunan orang yang sedang menonton acara di panggung itu.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
