Trophy Wife | 00. [Alas Kata]

1
0
Deskripsi

Tes ombak dulu ...




 

Selamat datang di cerita baru, cerita di luar Kalingga Universe …

Semoga ada yang bersedia menemani aku menyelesaikan cerita ini ya ...
 


 

Selamat mencicipi chapter pertama …

 

 

 

_____

 

 

Disclaimer:

 

1. TOLONG SEKALI ini hanya cerita fiksi karanganku, nggak perlu terlalu dianggap serius

2. Kita nikmati kehaluan ini bersama dalam damai dan tentram

3. Cerita ini termasuk cerita dewasa, akan ada banyak adegan, dialog, dan deskripsi yang mengandung unsur dewasa. Untuk teman-teman yang masih...

Dari kejauhan, dapat dia dengar samar suara langkah kaki mendekat setelah terdengar suara pintu yang terbuka lalu ditutup kembali. Tangannya tidak berhenti melakukan gerakan memutar pelan, mengaduk teh hangat di dalam mug berwarna biru muda. Suara langkah kaki itu semakin dekat, semakin jelas terdengar.

Ruang makan sengaja belum dia matikan lampunya meski waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. Padahal biasanya satu jam sebelumnya, semua ruangan sudah gelap, sudah tidak ada aktivitas apa pun yang membutuhkan penerangan. Penghuninya sudah terlelap di kamar masing-masing.

Duduk dengan tenang sambil mengaduk teh di meja makan. Bayangan tinggi, tegap dengan bahu lebar mulai terlihat dari sudut matanya. Dia belum ingin mengangkat wajah, menoleh, dan bersitatap dengan orang itu. Tidak ingin terlihat menunggu.

Sampai sebuah benda berukuran lebih besar dari telapak tangan diletakan di atas meja makan, tepat di hadapannya. Undangan pernikahan. Ada dua inisial yang tercetak besar dan tebal sebagai cover. Dibagian tengah bawah, kolom penerimanya terbaca.

 

Akash Prambudi Raharja & Wife

 

Dia memberanikan diri mendongak, menatap sepasang mata yang tidak pernah berubah menatapnya. Selalu datar, tidak terbaca, tanpa perasaan apa pun. Gerakan mengaduk teh dalam mug berhenti.

"Cari alasan masuk akal supaya kamu tidak perlu menghadiri acara ini." suaranya terdengar tenang dan dingin.

Baru ingin membuka mulutnya, pria itu sudah berbalik. Melangkah pergi, masuk ke salah satu ruangan tanpa mengatakan apa pun.

Dia masih menatap pintu yang kini sudah tertutup, menghela napas panjang dan berat. Ada sesak yang terus memenuhi hatinya. Memalingkan wajah sebelum lukanya semakin parah, dia memilih beranjak dari posisinya. Berjalan dengan kaki telanjang melewati lantai marmer yang dingin.

Menggeser pelan pintu kaca yang menjadi pemisah antara area dalam dan luar. Hembusan udara dingin menerpa wajahnya seketika, membuatnya sempat meragu untuk melanjutkan langkah. Mungkin sebaiknya dia kembali ke dalam, merebahkan diri di tempat tidurnya, menarik selimut, memaksakan kedua matanya terpejam seperti biasanya.

Tetes air di ujung kanopi sisa hujan tadi sore membuatnya urung berbalik. Tetes itu jatuh tepat di atas permukaan kolam renang yang luas. Mungkin sekitar lima kali dua belas meter. Cukup luas untuk sebuah kolam renang pribadi. Pemiliknya jelas menyukai olah raga air itu sampai membuat fasilitas pendukung yang memadai.

Mengambil langkah mendekat semakin ke sisi, dia perhatikan bagaimana tetes air hujan itu mengenai permukaan air kolam, menciptakan riak yang berubah menjadi gelombang kecil berbentuk lingkaran, berpendar memantulkan cahaya dari lampu di sekitar kolam renang.

Dia hirup uap hangat dari mug di tangannya. Aroma camomile tea yang lembut dan manis dengan sedikit rasa apel menguar hangat, menenangkan. Hatinya meringan, bahunya turun, jauh lebih rileks.

Dia tatap satu ruangan yang lampunya masih menyala, ada vitrase putih yang menjuntai menutup jendela kamar, membuat siapa pun dari luar, tidak bisa melihat bagian dalam dengan leluasa.

Bola matanya bergerak saat melihat bayangan pria itu muncul. Siluetnya terlihat. Mengikuti setiap geraknya, diam-diam dia mengasihani dirinya sendiri. Hanya berani mengamati dari jauh, menatap dari balik kain putih tipis yang membuatnya tidak terlihat.

Kamar itu berubah gelap, lampunya dimatikan oleh penghuninya, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain mengalihkan tatap ke arah lain. Mungkin pada tanaman yang tumbuh subur di pinggiran pagar beton. Atau pada sisi lain rumah, pada satu kamar lagi yang lampunya masih menyala. Kamar yang menjadi tempatnya beristirahat dua tahun terakhir.

Dia terpaku di tempatnya. Memikirkan dua tahun yang dia lewati begitu saja. Dua tahun yang membuatnya merasa kosong dan kesepian. Dia pikir setelah tidak lagi diinginkan oleh keluarganya, berpindah tempat tinggal, bertemu orang baru, dia bisa memulai lembaran baru. Hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, meski dia tidak pernah mengharapkannya.

Realita dari semua angannya itu justru berseberangan. Membuatnya jatuh pada luka yang semakin dalam. Menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu banyak berharap. Dia mencoba membiasakan diri dengan kenyataan. Mengikuti setiap peraturan yang ditetapkan Si Pemilik Rumah.

Karena semakin mencoba membuat hubungan mereka membaik, atau setidaknya lebih baik dari pada dua orang asing yang kebetulan satu atap, justru hubungan keduanya semakin buruk. Benteng yang dibangun pria itu semakin tinggi dan kokoh. Tidak terjangkau. Tidak tersentuh.

Dan pertanyaan besarnya adalah ... Sampai kapan dia harus bertahan? Berapa lama lagi dia harus terjebak di rumah besar yang menjelma menjadi penjara terbuka baginya?

***




 


Untuk lanjutannya masih belum tahu kapan akan di upload, kemungkinan besar setelah Kalingga Universe rampung

Tapi kalau respon teman-teman baik, bisa dinegosiasikan wkwk

Terima kasih sudah mau baca, komen, dan vote ...

Sampai ketemu nanti ....

—Jiu

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya The Twins of Kalingga | Verse 21 [Pacar]
0
0
Setelah lama tidak update akhirnya bisa update jugaa ...  Gimana kabarnya?Di bulan kedua tahun 2025 ini apa aja yang udah terjadi?Semoga lebih banyak bahagianya yaa dari pada sedihnya ...  Selamat membaca ...
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan