
Arita masih menyimpan rasa kepada teman masa kecilnya. Dia selalu menyembunyikan perasaan nya dari temannya itu. Arita selalu bertanya dalam kepalanya, tentang apa dan kenapa dia tidak bisa melupakan perasaannya itu.
____________________________________________________________
SINOPSIS
Selalu ada pertanyaan dibenak ku, tentang dirimu dan juga diriku. Hari berganti tanpa pasti, dan aku juga mulai frustasi. Saat kau lontarkan seluruh kata-kata manis mu kepada ku, hal itu membuat jantungku tak...
SINOPSIS
Selalu ada pertanyaan dibenak ku, tentang dirimu dan juga diriku. Hari berganti tanpa pasti, dan aku juga mulai frustasi. Saat kau lontarkan seluruh kata-kata manis mu kepada ku, hal itu membuat jantungku tak dapat berhenti berdebar. Aku bertanya dalam pikiran ku, apa yang kau inginkan? Apa sebenarnya tujuan mu?
Waktu itu kau mengirimkan ku emoji berbentuk hati. Waktu itu kau bilang di WA " Aku gak gombal, aku serius. " Tanpa tanda seru. Namun aku tahu, mengharapkan seseorang yang belum pasti dan orang yang akan pergi jauh dari tempat ini, akan begitu sakit. Apa aku bisa mengharapkan mu kembali? Apa kamu juga sama berharap pada ku? Dan apa yang kau inginkan sebenarnya?
BAB 1 KEMBALINYA PERASAAN YANG MEMUDAR
Sejak kecil aku menyukai nya, banyak yang bilang bahwa cinta monyet itu sulit dipertahankan. Namun mungkin tidak bagi ku, sempat mencari pelarian namun sulit untuk melupakan yang lama.
-Arin-
____________________________________________________________
Aku Arin, sekarang aku duduk di bangku SMA. Aku tidak pernah bisa lupa tentang perasaan ku kepada seseorang, "Dia" selalu membuat jantungku berdebar saat aku di dekatnya. Tidak seperti novel yang pernah aku baca, kebanyakan cerita cinta mereka tumbuh di bangku SMA. Sayangnya di SMA ini malah tidak ada cowo yang mau mendekat kepada ku (TvT). Aku memang bukan siswi populer maupun siswi terpintar di sekolah, teman ku pun juga hanya teman sekelas dan aku hanya memiliki beberapa teman di kelas yang lain. Begitulah, kehidupan sekolah ku yang biasa-biasa saja, hal yang paling luar biasanya adalah, ketika aku dapat nilai 100 dalam ulangan matematika, walaupun itu hanya 1 soal hehe.
***
Panggil saja "dia" dengan Dika, kami sudah saling mengenal sejak masih di bangku sekolah dasar. Sayangnya saat SMP dan SMA, sekolah kami berbeda. Sebenarnya semenjak SD aku menyukai Dika, dan dia juga terlihat menyukai ku (mungkin). Itu terlihat jelas dari caranya berbicara denganku dan saat dia terus terusan membuntuti ku, cukup seram sih kalau di pikir-pikir sekarang. Dika itu anaknya friendly, kurasa temannya juga cukup banyak. Umur kami hanya berbeda 2 tahun, dia merupakan kakak tingkat ku. Aku selalu menolak perasaan suka ku kepada Dika, alasannya simpel, yaitu karena aku masih bocah.
Hubungan kami sempat merenggang semenjak dia lulus SD. Namun, aku masih memiliki perasaan kepadanya, akan tetapi sepertinya dia tidak. Semenjak SMP aku mulai berusaha melupakan perasaan itu. Perasaan yang tidak pernah ku ungkapkan dan selalu ku simpan sendiri. Karena terlalu gengsi untuk mengungkapkannya dengan jujur, Aku sempat mencari pelarian untuk melupakannya, dan sekarang aku menyesal. Dari pelarian itu aku sadar bahwa, move on itu susah, susah bwaaangeeeet. Namun, setidaknya perasaan ini perlahan akan memudar, iya perlahan....
***
Itu yang awal nya ada di pikirkan ku, akan tetapi KENAPAAAAA?!!! Di saat aku ingin benar- benar merelakannya, dia malah membuatku bertanya. Entah apa alasannya, tapi hubungan kami pun jadi membaik, yang awalnya dia selalu mem-blokir nomer WA ku, tiba-tiba saja dia melihat story WA ku. Rasa senang pasti ada dalam benak ku, namun perasaan bingung dan heran juga ada. Aku seperti dibuat berharap lagi, terlebih si DIKA ini terlalu sering membuatku baper.
Bukan hanya sekali dua kali dia nge-gombal, aku pun di buat bingung dengan sikapnya. Aku sebenarnya bukan orang yang mudah baper alias bawa perasaan, tapi kalau dia orangnya, hati ku mudah dibuat goyah.
Apakah perasaan ini boleh ku kembalikan lagi?
***
Di sore yang cerah ini, seperti biasa aku dan teman-teman ku pergi ke lapangan untuk bermain. Kami memang sudah cukup dewasa, tapi jiwa kami masih seperti bocah. Hanya pada saat itulah kami berjumpa, iya kami. Dika selalu datang lebih sore, dan aku selalu datang paling awal. Kalau kalian bertanya, apa yang kami mainkan? Kami hanya bermain bola volly, di tempat tinggal kami volly adalah permainan bagi setiap kalangan, mau yang muda, tua dan juga balita, mereka menyukai permainan ini (bercanda hehe).
Kembali ke topik. Setiap kali bertemu dengan-nya jantung ku selalu berdebar kencang, rasanya seperti ingin meledak. Apa lagi setiap dia berbicara denganku, hati kecil ku pun akan memberontak (haha... Ingin rasanya aku teriak).
" Eh Arin~ baju mu baru? " Tanya-nya kepada ku saat kami bertemu.
" Ini udah lama kok, baru di pakai aja. " Jawab ku berusaha menutupi debaran jantungku.
" Oh.... Makin cantik deh. " Katanya dengan senyum.
Setelah mendengar perkataannya, tanpa sadar senyum ku muncul, dan akhirnya selalu ku anggap itu candaan, dan aku selalu mengakhiri kalimat- kalimat manis yang keluar dari mulutnya dengan tawa. Apa salah? Apa harusnya aku tidak tertawa? Itu yang ku pikirkan setelah aku menertawakan kalimat manis yang dilontarkan oleh Dika.
Kami pun bermain volly seperti biasa, Dika cukup keren saat bermain. Aku suka melihat senyumannya, disaat dia menikmati permainan. Kalau aku gambarkan senyuman Dika mirip dengan aktor korea, yaitu Choi Hyun Wook. Selain senyumanya, aku menyukai tatapannya, tatapan yang redup dan sayup-sayup seakan menyapu pikiranku, dan membuatku tenang sejenak.
Entah sejak kapan, akhirnya perasaan yang memudar itu, kembali perlahan. Apa harus kuterima? Atau harus kutolak?
***
Perlahan tapi pasti, perasaan yang sangat ingin ku hilangkan dan perasaan yang telah pudar itu, seakan tertulis kembali dengan tinta yang lebih pekat. Aku mulai menerima perasaan ini, akan tetapi perasaan ini selalu kupendam. Rasa takut memang masih ada, takut rasa sakitnya melebihi rasa suka ku kepada Dika.
Hingga kini perasaan itu masih ku pendam, dalam dan terlalu dalam di lubuk hatiku. Rasa suka yang kembali muncul bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaan di kepala. Apa dia menyukaiku juga? Atau aku hanya permainannya?
***
BAB 2 APA INI SALAH PERASAANKU?
Apakah salah aku bersedih ketika dia bahagia? Apakah salah memiliki rasa sakit ketika dia bersama dengan-nya? Apakah salah sakit hati padahal hanya sebatas teman belaka? Apakah itu semua salah? Atau perasaan ku lah yang salah?
-Arin-
____________________________________________________________
Hari ini tampak biasa, berjalan dan berotasi seperti biasanya. Bangun pagi lalu sekolah kemudian pulang dan main. Hari ini pun mood ku sedang baik. Sorenya kami pun bermain seperti biasa, passing, smash, dan game. Awal mula yang cukup terlihat baik, sebelum akhirnya aku mendengar sesuatu.
Aku, Dika, dan teman-temanku, panggil saja mereka Alkin, Bagas, Amar, dan Luthfi. Rata-rata teman-temanku itu cowok, bukan berarti aku tidak punya teman cewek. Sebenarnya bukan hanya mereka yang ikut bermain. Saat sedang asik-asiknya main tiba-tiba seorang temanku berbicara.
"Dik, fokus amat lu sama Handphone?! Lagi chat-an sama si Aca ya? " Tanya Alkin kepada Dika.
Wait.. Aca? Siapa itu? Terlintas pertanyaan-pertanyaan dibenak ku. Aku pun menguping pembicaraan mereka, dan akhirnya aku tahu apa posisi ku.
" Apa sih?! Kagak ah.. Kagak. " Jawab Dika dengan raut wajah kesal dan setengah tersipu.
Hatiku hancur, rasanya seakan di permainkan. Seperti boneka beruang yang telah usang dan akhirnya hanya jadi pajangan. Kesal, marah, sedih, dan kecewa bercampur aduk dibenak ku. Aku tahu kita tidak memiliki hubungan apa-apa, namun ternyata ini ya, yang dinamakan rasa sakit karena terlalu berharap kepada seseorang.
Posisi ku dimata Dika mungkin hanya sebatas permainan. Namun, apa dia tidak peduli dengan perasaanku? Apa dia tidak pernah bertanya-tanya bagaimana keadaan hatiku setelah dia melontarkan kata-kata manisnya itu? Apa itu kesalahan ku karna terlalu bawa perasaan?
***
Setelah Dika menyimpan nomerku, aku sering sekali membuat status WA. Entah mengapa sudah jadi kebiasaan untuk ku mengunggah status WA agar dia melihatnya. Walau pun hanya sekedar melihat tanpa berkomentar, itu saja sudah membuatku senang.
Malamnya setelah main, karena aku gabut aku pun iseng melihat status WA teman-temanku. Namun ada hal yang membuatku terkejut, terpampang foto wanita yang cukup cantik dan kurasa lebih muda dari ku diunggah di status WA-nya si Dika.
Dengan cepat aku langsung menutup aplikasi WA dan meletakkan handphone ku di atas kasur. Hatiku sesak, rasanya ingin menangis tapi tidak bisa. Aku kesal dengan diriku sendiri. Apa seharusnya aku benar-benar melupakannya? Apa harusnya aku tidak perlu mempedulikan semua kata-kata manisnya?
Pikiranku dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang dimana aku tidak bisa menjawabnya. Aku bingung, frustasi dan emosi. Seketika malam itu mood ku menjadi sangat buruk. Yang sore tadi mereka bahas ternyata benar. Aku ingin membencinya, akan tetapi itu juga salah ku. Kenapa harus aku?
***
BAB 3 APAKAH MASIH ADA KESEMPATAN?
LELAH! AKU LELAH!! Namun, kenapa dia selalu membuat hatiku goyah? Apa boleh aku mengambil kesempatan ini? Apa boleh aku berharap lagi setelah tersakiti?
-Arin-
____________________________________________________________
Setelah kejadian kemarin, aku selalu tertawa setiap kali Dika melontarkan kata-kata manisnya itu. Kesal tapi juga tidak bisa marah. Aku selalu menganggapnya candaan, dan tidak pernah ku bawa serius. Memang sakit rasanya, namun aku berusaha menutupi seakan-akan aku baik-baik saja. Karena yang mereka tahu aku tidak pernah mengungkapkan perasaan ku yang sesungguhnya ke Dika. Bahkan mereka tidak tahu rasa suka ku padanya.
Dua minggu berlalu, aku berusaha melepaskan rasa sakit itu. Namun harapan baru muncul, disaat aku ingin berhenti berharap, entah kenapa dia membuatku bimbang.
" Dikaa!! Lu kenapa sih? Abis putus smash-an lu kagak pernah masuk! " Celetuk Bagas dengan sedikit meledek Dika.
" Ck.. Apaan dah lu!! " Decak Dika kesal dengan ejekan bagas.
Dika putus? Mendengar berita itu entah mengapa membuatku lega. Padahal aku benar-benar ingin lupa, namun ternyata tidak bisa sepenuhnya lupa akan perasaan ini.
***
Setelah itu tiba-tiba saja Dika lebih sering melontarkan kata-kata manisnya kepadaku. Bahkan hal itu pun juga pernah terjadi lewat pesan WA.
Dika:
" Arin mau ikut enggak? " Tanya Dika kepada ku melalui pesan WA.
Dika dan teman-temanku berencana mendaki gunung yang ada di dekat tempat tinggal kami. Dia bertanya kepadaku apakah aku akan ikut mendaki bersamanya?
Anda:
" Maaf, Aku gak bisa. Soalnya besok ada urusan di rumah dan orang tuaku juga nggak ada di rumah, jadi aku harus jagain rumah. " Akupun menolak ajakannya dan lalu..
Dika:
" Rumah kok di jaga? Hati mu aja yang dijaga buat aku. " Balasnya lagi setelah beberapa menit.
Sejenak jantungku berdebar kencang, namun hal itu masih ku anggap sebagai candaan.
Anda:
" Kalau begitu kamu aja yang jagain, ehem. " Aku pun membalas gombalannya.
Anda:
" Emang cuma kamu yang bisa gombal. " Tambahku setelah pesan sebelumnya terkirim. Beberapa menit kemudian.
Dika:
" Aku gak gombal Arin. Aku serius. " Balasnya terhadap pesanku tadi.
Sontak aku pun menjadi salah tingkah, dan senyum-senyum sendiri saat membacanya.
Anda:
" Kalau aku seriusin nanti kamunya ngilang, gimana donk? " Balasku terhadap pesannya dengan tambahan emoji sedih.
Aku hanya iseng menjawabnya, dan setelah itu dia tidak lagi membalas pesanku. Sudah ku tebak, dirinya hanya bercanda mengirimkan pesan seperti itu. Aku sedikit sedih dan dibuat menunggu balasannya. Namun, dia tidak membalasnya lagi, dan lagi-lagi dia membuat diriku berharap lebih.
***
Apakah jadi gantungan itu menyenangkan? Tentu saja tidak! Akan tetapi, dia seakan membuatku terus terikat pada perasaan ini. Aku pun takut untuk jatuh cinta lagi karena dirinya. Dia membuatku berpikir dua kali untuk menaruh rasa kepada pria lain. Dasar! Menyebalkan sekali perasaan ini! Aku lelah terus berharap dan lelah terus tertawa untuk menutupi rasa sakit ini. Namun apa aku masih memiliki kesempatan? Atau yang ku anggap kesempatan itu hanyalah ilusi semata? Aku membencimu tapi juga menyukaimu.
Aku senang berada di dekatnya, aku menikmati debaran jantungku saat itu. Akan tetapi, hatiku juga merasakan sakit dan aku tidak bisa meluapkannya. Aku lelah, tapi ingin bertahan dengan perasaan ini. Menyimpan perasaan ini sendiri dan mempertahankannya sendiri adalah kehendak ku. Jadi apa bila hasilnya akan menyakitkan itu juga karna diriku. Setidaknya aku bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ku di awal.
***
BAB 4 PERPISAHAN
Mungkin ini cara yang terbaik untuk lupa, dan mungkin ini adalah jawaban dari segalannya.
-Arin-
___________________________________________________________
Kala itu diriku tengah menonton video youtube, lalu masuklah notif pesan WA dari grup volly di daerahku.
Mas J:
" Yok volly yook! " Ajak seorang temanku.
Anda:
" Gasss!! " Balasku terhadap pesannya.
Dika:
" Rin~ " Balas Dika memanggil namaku.
Arin:
" What?! " Tanyaku keheranan mengapa dia memanggilku dalam pesan group WA.
Lalu Dika mengirimkan emoji berbentuk hati. Aku sontak tersipu malu ketika membuka pesannya itu. Kemudian aku membalasnya dengan stiker kucing yang tersenyum.
Dika:
" Jadi kagak volly nya?? " Tanyanya dalam pesan group.
Alkin:
" Ayoooo!! " Jawab seorang temanku dan disusul dengan jawaban teman yang lain.
Anda:
" Ayo jadi enggak aku udah sampai _-*. " Balasku dengan melampirkan foto lapangan volly.
Anda:
" Gecee kemari dah!! " Timpalku lagi di dalam pesan group.
Dika:
" Cie... Mau ketemu aku yaaaa >v<. " Balasnya terhadap pesanku.
Anda:
" Gak! " Jawab ku gengsi untuk jujur.
Setelah itu ku tutup pesan WA ku dan menunggu teman-temanku. Satu per satu tiba, terkecuali Dika. Entah mengapa diriku selalu ingin melihat kehadirannya, selalu ku tunggu dengan sabar dan kesal. Lalu seorang temanku memulai pembicaraan.
" Dika mana? " Tanya bagas kepada ku.
" Mana aku tau?! Emang aku ibunya apa?? " Jawabku sedikit menyipitkan mata, karena silau matahari.
" Yealah... Lu kan deket. " Balasnya terhadap jawabanku tadi.
Mereka memang hanya tau di luarnya saja. Kami memang terlihat cukup dekat karna Dika sering mengatakan kata-kata manis kepadaku, namun kami hanya berbicara saat bertemu, bahkan kami jarang sekali bertukar pesan. Kemudian timpal seorang temanku untuk membalas pertanyaan bagas.
" Dika gak dateng. " Kata seorang temanku, yaitu Alkin.
" Kemana? " Tanya Bagas heran. "Bukannya tadi bilangnya otewe? " Timpalnya lagi karena kesal.
" Dia udah kerja di Jogja. Jadi tukang kue dia. " Jawab Alkin sambil melakukan passing dengan beberapa teman.
Setelah mendengar langsung dari temanku, diriku yang sedari tadi menunggu kehadirannya pun merasa tertipu. Rasa sedih di dalam hati, ku tutupi dengan senyum cerah yang seakan tidak masalah. Aku berusaha tertawa dengan senyuman yang mulai pudar cahayanya. Kau pergi tanpa pamit, dan meninggalkan segala kenanganmu di sini.
Apakah perpisahan ini akan menjadi sebuah akhir dari cerita kita? Tanyaku pada diriku sendiri. Apakah ini cara untuk benar-benar lupa?
***
Hari berlalu tanpa kehadirannya, aku tetap berusaha baik baik saja dan berusaha melupakan perasaan ini. Keceriaan ku masih sama dengan suasana yang berbeda. Permainan ini jadi tampak membosankan.
Apa aku merindukan mu? Atau aku hanya sekadar lelah?
***
BAB 5 RINDU (ENDING)
Aku hanya bisa berandai-andai dan menahan rasa kehilangan. Apa kah kau memikirkanku disana? Atau kau telah melupakanku? Kita tidak pernah bertukar pesan hingga kini, apa itu tandanya kau tidak merindukanku? Atau kau sudah mendapat yang baru di sana?
-Arin-
____________________________________________________________
Ku hirup oksigen di lapangan luas ini, memandangi langit biru yang dihias awan putih.
"Sepi.. " Batin ku.
Bosan rasanya menunggu, namun kesunyian selalu membawakan pikiran-pikiran baru. Pertanyaan yang ingin kulupakan kembali muncul.
" Apa kabar nya ya? " Itu yang kutanyakan dalam pikiranku.
Sudah hampir seminggu dia tidak ada di sini. Rasa sakit yang menyenangkan itu sudah hilang dan terobati karna keadaan. Debaran yang hangat itu tidak terasa lagi. Aku ingin melihat senyumannya.
Suaranya masih terekam ditelinga, tatapannya masih terlintas dikepala. Ingin ku lupa namun aku tidak bisa. Perasaan sakit mulai menghilang, namun perasaan nya digantikan dengan rindu yang tak terbayang.
Ku hirup oksigen dengan kuat berusaha menahan rasa bosan. Mataku mengarah ke arah lapangan sepi yang belum ada orang sama sekali. Aku sendiri di lapangan luas ini, mengenang semua memori tentang Dia. dan akhirnya, tersenyum sendiri bak orang gila. Diikuti dengan helaan nafas panjang, aku menghempaskan pikiran ku tentangnya. Berusaha melupakan namun percuma, sulit untuk melupakan mu. Ku harap dia mengetahui perasaanku.
***
Hari kesekian tanpa dirimu. Aku menyadari, hari indah yang menyakitkan telah berlalu. Perasaan yang mendebarkan telah hilang di benak ku. Apa kabar? Bagaimana keadaan mu di sana? Itu yang ingin ku tanyakan, namun diriku tak berani memulai pesan WA duluan. Konyol bukan. Kata-kata manis mu terlintas dibenak ku, hati ku tergelitik mengingat hal itu. Hanya memori yang tersisa tentang dirimu di tempat ini. Kapan kau akan kembali? Mungkin benar bahwa aku sedang merindukan dirimu. Entah mengapa aku selalu ingin kau ada di sisi ku. Walau hanya raga mu saja yang hadir.
Saat ini pasti kau repot dengan segala kesibukanmu ya. Ku dengar kau bekerja di toko roti, apakah roti disana enak? Andai saja kita mengobrol lebih banyak saat kau masih di sini, andai kita sering bertemu hanya untuk sekedar bermain volly, aku hanya bisa berandai-andai. Kau tak sepenuhnya salah saat kau bilang " Pasti mau ketemu aku kan. " Hanya aku yang terlalu gengsi untuk jujur, dan memilih untuk berbohong pada diri sendiri. Jika aku jawab " Iya. " Kira-kira apa yang akan kau balas ya? Apa kau malah hanya akan nge-read pesan ku saja, seperti biasanya.
Apa perpisahan ini hanya untuk sementara? Kuharap iya. Hati-hati di sana ya, jaga dirimu baik-baik. Semoga kita bertemu di waktu yang tepat ya :).
Mungkin akan terlambat jika aku bilang, AKU MENYUKAIMU SEDARI DULU.
*ENDING*
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰