In Your Captivation (Part 4)

24
3
Deskripsi

Part 4 bisa dibaca gratis menemani waktu libur akhir tahun. Happy reading!

Terima kasih dukungan kalian kalau suka cerita ini bisa tinggalkan lovenya ya ^^ biar penulisnya semangat buat lanjutin^^

Aqiladyna,

Part 4 
 

Khaya berdiri di depan gedung apartemen pencakar langit. Ia terpaku mengejapkan matanya lalu merogoh ponsel dari tasnya memeriksa pesan dari Rion saat mengirimkan alamat tempat tinggal ke nomor ponselnya.

"Memang ini alamatnya." Khaya tidak menyangka rupanya alamat tempat tinggal siswa culun itu di sebuah apartemen mewah, apakah siswa culun itu ingin mengerjainya?

"Dia pikir aku bodoh," geram Khaya menekan nomor dari Rion. Namun sampai panggilan ketiga lelaki itu tidak juga mengangkat teleponnya.

"Sialan!" geram Khaya. Memutuskan untuk memutar tubuhnya dan pergi. Namun langkah Khaya tertahan ia menoleh memandangi gedung pencakar langit itu kembali dan entah kenapa ia malah melangkah memasuki gedung itu.

Khaya telah berada di dalam lift mengantarkannya ke lantai atas. Ia semakin yakin Rion telah mempermainkannya, tidak mungkin siswa culun itu tinggal di apartemen mewah ini mengingat penampilan Rion yang selalu mengenakan kaca mata tebalnya membuat Khaya tertawa sendiri.

"Apa yang ingin kamu tunjukan padaku culun," gumam Khaya, tepat lift berdenting Khaya keluar melanjutkan jalannya dan langkahnya bertahan di depan pintu unit apartemen, sekali lagi ia menatap ponselnya memastikan alamat yang ia tuju benar.

"Kali ini aku akan mentertawakanmu culun karena aku yakin ini bukan tempat tinggalmu." 

Khaya menekan bel tidak lama pintu terbuka, sosok lelaki tinggi berkulit bersih dan bermata legam mengenakan stelan baju kaus dan celana panjang bewana hitam berdiri di hadapannya. Lelaki ini begitu tampan terlebih gaya rambutnya yang nampak sedikit berantakan.

"Ah... sepertinya aku salah alamat. Maaf mengganggu anda, saya akan segera pergi," kata Khaya merunduk dan memutar tubuhnya karena sudah memastikan dugaannya memang benar alamat apartemen itu bukan milik si culun.

"Kamu tidak salah alamat KhayaValencia."

Deg, langkah Khaya tertahan, perlahan memutar tubuhnya memperhatikan lekat sosok lelaki itu yang bersandar sembari bersedekap di ambang pintu.

"Ini memang tempat tinggalku," katanya melengkungkan sudut bibirnya semakin membuat Khaya membeku.

Seksama Khaya memperhatikan sosok lelaki itu membandingkan dengan sosok si culun Rion, mereka— kedua lelaki yang penampilannya memang sangat berbeda. Namun Khaya terpaku tepat menatap di bola mata legam lelaki itu yang tanpa mengenakan kaca mata tebalnya, ya warna mata yang sama persis dengan si culun.

"Kamu benaran Rion...?" Khaya tergugu tidak mengerti kerena penampilan kedua lelaki itu memang sangat berbeda.

"Ya Rion Harold, selamat datang di sarangku." Rion menepikan tubuhnya agar Khaya bisa masuk ke dalam apartemennya.

Khaya masih bergeming berdiri. Langkahnya terasa berat dengan situasi yang sangat aneh dan membingungkan. Rion Harlod dikenal sebagai siswa yang berpenampilan culun, rambut hitamnya selalu tersisir rapi dengan gel, mengenakan kaca mata besar, tapi di depan Khaya sekarang berdiri sosok Rion lainnya yang jauh sangat berbeda.

"Kenapa kamu diam, masuklah seperti janji yang harus disepakati."

Khaya meneguk salivanya, ia terpaksa menyerat kakinya melangkah menghampiri dan kini berdiri di depan Rion. Matanya melirik ke atas pada Rion karena memang postur tubuh Rion yang lebih tinggi darinya.

"Janji, setelah aku masuk ke dalam apartemenmu maka kamu akan menghapus foto itu."

"Lebih baik kamu masuk dulu, jangan banyak menuntut."

Khaya membuang pandangannya, bisakah ia menyebut lelaki di hadapannya ini si culun karena penampilan yang tidak lagi sama.

"Ayo," titah Rion hingga kedua kaki Khaya akhirnya memasuki apartemennya tanpa menyadari Rion menyeringai menang.

"Aku sudah masuk, hapus foto itu," kata Khaya memperhatikan sekeliling apartemen yang luas dan sepi.

"Santailah dulu." Rion kini duduk di sofa sementara Khaya masih berdiri.

"Di mana orang tuamu?" tanya Khaya mengubah topik pembicaraan.

"Tidak ada."

"Kamu tinggal sendiri?"

"Ya."

Sial, bukankah ini petanda bahaya. Namun Khaya masih berusaha tenang.

"Aku ingin bertanya satu hal."

"Tentang hal apa?"

"Aku hanya heran kenapa di sekolah penampilanmu sangat berbeda dengan... yang sekarang?"

"Apakah itu masalah untukmu?"

"Tentu tidak, bahkan aku tidak peduli, hanya saja kamu seperti membodohi kami. Sebagai siswa baru di kelas kamu cukup dikenal pintar serta culun dari keluarga sederhana rupanya menyembunyikan jati dirinya, ck..."

Rion malah tertawa membuat raut wajah Khaya pias.

"Tidak ada yang lucu, aku serius."

"Aku tidak menganggap apa yang kamu katakan suatu leluconan, tapi lebih mengasihani dirimu di mana otak busukmu selalu menilai negatif seseorang. Tidak ada yang aku sembunyikan lagian untuk apa, heh."

Tatapan Khaya tenggelam di manik mata legam lelaki itu yang menatapnya begitu tajam.

"Siapa kamu sebenarnya Rion Harold?"

"Aku...seseorang yang kini menggenggam dirimu Khaya Valencia."

Deg, Khaya tercengang, ucapan Rion semakin ngaur, apakah lelaki ini sedang mabuk.

"Omong kosong, kita kembali pada pokok pembicaraan, mari kita lupakan pertemuan ini aku akan tutup mulut dan kamu harus menghapus foto itu karena aku sudah memenuhi janjiku."

"Tidak segampang itu, kita belum bersenang-senang."

"Apa maksudmu?" Kedua tangan Khaya mengepal. Kesabarannya mulai habis.

"Aku akan menghapus foto yang ada digaleri ponselku ini." Rion merogoh saku celananya mengambil ponselnya. "Namun kamu harus merangkak dan mengambilnya lalu menghapusnya sendiri," kata Rion menyimpan benda pipih itu ke saku celananya kembali.

Ini rupanya kesenangan Rion maksudkan, berupaya mempermalukan Khaya ke titik paling rendah. 

Khaya bukan budak, ia tidak sudi melakukannya. Namun bagaimana dengan foto itu... kalau foto itu sampai tersebar saja tidak masalah kalau dirinya yang hanya dipermalukan, tapi pasti akan menyeret pamannya juga. 

Tidak, tidak! Paman Isaak pun juga pasti tidak ingin Khaya di perlakukan sehina ini. 

"Bermimpilah aku tidak akan melakukannya." Khaya memutar tubuhnya berniat pergi dari apartemen itu.

"Dilahirkan lalu tidak dinginkan pasti sangat menyedihkan untukmu, terlebih dari rahim seorang wanita lacur."

Deg, Khaya semakin tercengang menatap Rion lagi.

"Siapa sebenarnya kamu?"

"Seperti kukatakan. Aku seseorang yang kini menggenggam dirimu."

Ini jebakan mengerikan dan Khaya tidak bisa keluar. Ia telah terperangkap pada tipu daya Rion ciptakan. Namun ia tidak mengerti kenapa Rion begitu kejam melakukan ini padanya hanya karena masalah sepele.

"Merangkak atau kamu ingin semua sekolah tahu siapa ibumu Khaya Valencia!" Nada perintah itu menyentakan Khaya. Pilihannya hanya dua merakak sekali di hadapan Rion atau pergi dan setelahnya hidupnya akan hancur karena masa lalu yang susah payah dikubur menguak ke permukaan.

Ini keputusan yang sangat berat. Namun Khaya tidak punya pilihan. Ia pun menjatuhkan tasnya dan tubuhnya perlahan luruh—masih dalam keraguan ia tertunduk hampir menangis.

"Mendekatlah manis."

Ucapan itu sungguh menjijikan. Khaya terpaksa merendahkan tubuhnya bersimpuh di lantai mulai merangkak menghampiri Rion yang duduk di sofa, sesampainya Khaya terkesiap saat pipinya dicengkram Rion.

"Lepas..." brontak Khaya. Namun Rion bergeming malah tersenyum mengejeknya.

"Aku suka melihatmu seperti ini," desis Rion membungkam bibir Khaya yang melebarkan pupil matanya.

Tbc

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya In Your Captivation (Part 5)
26
2
Masih menemani libur akhir tahun kalian bisa dibaca gratis. Tekan love menyukai cerita ini ya biar penulisnya semangat.Happy reading!Aqiladyna,
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan