Toxic Relationship - Andrea Winata

6
0
Deskripsi

Selamat Membaca

Lo harusnya pergi.

Bukan ada disini.

Lo harusnya selesaikan hubungan ini.

Bukan bertahan dengan hubungan yang nggak sehat ini.

Lo bodoh, Rea.

Gue menutup buku harian yang sejak tadi menjadi pelampiasan disaat gue lelah dengan hubungan ini. Hubungan yang membuat gue merasa ada di neraka.

Ya Tuhan.

Kisah gue dimulai saat gue berhubungan dengan Satya, pria yang dikenalkan oleh teman gue, Viona. Awalnya hubungan gue seperti hubungan pada umumnya hingga gue sadar jika ada hal yang tak beres di perut gue. Ya, gue hamil. Dan ini anak Satya.

Sebelum membicarakan hal ini, gue bercerita kepada Viona akan kabar ini. Bukan respon bahagia yang gue dapat, tetapi respon yang membuat gue khawatir.

"Lo serius? Udah diperiksa di dokter?" Gue mangangguk, menyerahkan tespek dan foto hasil USG. Janin gue sekitar tiga minggu masih berupa kantong kehidupan.

Viona menatap gue prihatin sebelum ia menceritakan apa yang ia tahu.

"Sebenarnya gue pernah bilang sama lo kalo Satya tidak suka sama anak. Ya, lo tahu sendiri alasan itu." Alasannya karena Satya tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya. Bahkan hubungan keduanya mendingin sampai sekarang. Satya dianggap pemutus impian ibunya dan di mata Ayahnya Satya adalah pengganggu dalam karirnya.

"Gue tahu, tapi ini sudah terjadi. Gue nggak bisa berbuat banyak."

Viona mengusap pundak gue perlahan sebelum mengantarkan gue ke apartemen Satya. Mencoba menemani gue untuk memberitahu kabar ini.

"Apa? Lo hamil?" Satya menatap gue marah. "Sudah gue bilang kalau kita have fun, tidak boleh ada hamil bahkan anak."

"Ini sudah terjadi Satya. Lo nggak bisa nyalahin Andrea." Viona mencoba memberi pengertian Satya. Tetap saja Satya marah, dan itu membuat gue takut. "Kita gugurkan." Hanya dua kalimat itu yang keluar dari mulut Satya.

"Nggak boleh gegabah Sat, ini anak lo." Viona marah akan apa yang dikatakan Satya. Begitu juga gue, gue marah, kecewa menjadi satu.

"Gue nggak mau tanggungjawab. Dan lagi karir gue masih ada di puncak, gue nggak mau mempertaruhkan itu."

Gue tahu jika karir Satya di dunia musik memang tengah naik daun, karyanya yang ia ciptakan empat tahun lalu viral tahun ini.

Sedangkan gue? Gue juga bingung karena gue hidup sendiri di kota ini. Mama gue telah meninggal dua tahun lalu, ditambah entah dimana Papa gue. Hidup sebatangkara disini membuat gue melakukan apa yang diinginkan Satya.

Ya, gue menggugurkan kandungan gue. Dengan cara ilegal.

Saat itu yang ada dipikiran gue hanya agar Satya masih mau ada disisi gue. Menemani gue.

Gue meminum obat yang entah dimana Satya dapatkan, hingga beberapa menit selanjutnya gue merasakan sakit yang luar biasa di perut dan diikuti darah yang keluar cukup banyak. Gue takut. Gue takut jika ini akhir dari hidup gue. Meskipun saat itu gue mengalami pendarahan hebat, Tuhan masih sayang sama gue.

Gue dirawat di rumah sakit sekitar tiga hari, dimana dokter jelas tahu apa yang gue lakukan.

"Lain kali jangan dilakukan ya. Kasihan rahim kamu." Gue hanya mengangguk, saat itu keadaan gue cukup lemah. Beberapa kali gue membutuhkan transfusi darah dan saat sampai di rumah sakit pihak rumah sakit juga melakukan kuretase karena janin gue belum bersih seutuhnya.

Kejadian itu berulang sampai tiga kali, dan itu membuat gue divonis dokter bahwa gue tidak bisa memiliki anak. Rahim gue bermasalah.

"Lo tahu sekarang lo itu mandul. Nggak bisa punya anak." Ucap Satya di malam itu, saat gue berteriak melampiaskan amarah gue kepadanya.

Bukan ini yang gue inginkan. Tetapi Tuhan seperti memberi gue penglihatan akan kelakuan Satya di belakang gue. Ya, Satya berselingkuh dengan seorang model yang gue nggak tahu namanya.

Model yang ternyata sudah Satya kencani selama kurang lebih satu tahun terakhir.

Sebagai perempuan gue kecewa akan tindakan Satya. Gue hancur, gue terluka, tanpa menunggu lama gue menyeret perempuan itu untuk bicara.

"Lo tahu Satya itu pacar gue!" Teriak gue kepada perempuan itu.

"Kalau pacar pasti di publis. Buktinya yang di publis gue. Bukan lo. Dan satu lagi hubungan gue dengan Satya itu sudah berjalan hampir satu tahun." Syok, kecewa menjadi satu. Saat itu tubuh gue seperti dilempar dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan jatuh berkeping-keping.

Gue sadar jika Satya tidak pernah mempublis hubungan gue dengannya. Cenderung cuek itu yang gue rasakan.

Gue terjatuh, gue menangis, gue marah akan apa yang gue terima saat itu. Sampai terlintas dibenak gue untuk bunuh diri. Gue lelah dengan hidup ini.

Tetapi beberapa minggu selanjut Satya tetap datang ke apartemen gue, meminta maaf atas apa yang terjadi dan kami melakukan percintaan panas. Percintaan yang tidak akan mengantarkan gue sebagai ibu. Yang setelah kejadian, gue berpikir jika Satya hanya menggunakan tubuh gue sebagai alat s*x-nya.

Gue selalu bodoh jika menyangkut Satya.

"Sekarang apa lagi? Satya membuang lo lagi?" Viona yang selalu mendengar curhatan gue semakin muak dengan Satya. Viona tak habis pikir jika Satya memperlakukan gue seperti itu.

"Lo harus tinggalin Satya, jujur gue merasa bersalah." Viona sebagai orang yang mengenalkan gue merasa jika Satya hanya mempergunakan gue sesuka hatinya tanpa pernah memikirkan hati gue.

"Lo harus pergi Andrea. Lo harus tata ulang hidup lo. Gue sebagai sahabat, gue menyayangkan sikap Satya kepada lo."

Padahal disini Viona sudah memperingatkan gue, tetapi rasa cinta gue kepada Satya yang mengalahkan logika. Gue tetap melanjutkan hubungan ini. Meskipun gue harus melihat setiap hari Satya keluar masuk dengan perempuan lain di apartemennya.

"Mau manggung?" Gue menyapanya saat gue melihatnya keluar dari kamar tidur dengan keadaan acak-acakan, jangan ditanya hati gue bagaimana. Gue hancur tetapi gue berusaha untuk kuat karena kalau bukan dengan Satya gue sama siapa?

"Iya. Lo masak apa?" Tanyanya dengan melangkah mendekati panci yang gue gunakan untuk masak pagi ini.

"Masak sop."

"Oke, gue mau makan."

Gue menatap tubuh Satya yang duduk di kursi meja makan menunggu makanan yang baru saja gue masak diikuti perempuan asing yang entah siapa lagi.

"Siapa dia?" Tanya perempuan asing itu kepada Satya. "Teman."

"Kenapa dia sepagi ini ada disini?"

"Dia buatkan gue makanan. Sudah lo duduk dan makan."

Gue bodoh? Jelas. Mau bertahan dengannya. 
Tapi perempuan seperti gue apa layak memiliki hidup yang indah di saat rahim gue aja bermasalah.

Gue lelah, tetapi gue nggak bisa lari kemana-mana. Gue bertahan karena hanya Satya yang bisa menerima gue.

"Ra, lo mau kapan berhenti?" Viona menatap gue prihatin. Tubuh yang biasanya berisi ini berubah mengecil.

"Udah Ra, lo berhenti. Apa nggak kasihan sama tubuh lo."

Gue diam. "Tubuh lo itu karena pikiran lo yang rumit. Lo harus berhenti sampai disini. Lo masih ada gue." Gue paham. Gue mantap Viona dengan air mata yang tiba-tiba keluar, gue lelah dengan segala sikap Satya. Tapi memutuskan hubungan dengannya juga gue belum siap.

"Apa ada pria yang mau menerima gue? Nggak akan ada Na. Gue cacat. 
"

"Cacat juga membutuhkan hidup sehat. Sedangkan lo? Lo tahu sakit sama Satya, tapi lo tetap saja mau sama dia."

"Sekarang terserah lo. Gue capek nasihatin lo." Viona akhirnya menyerah mendengarkan cerita gue. Dan sekarang gue benar-benar sendiri meratapi nasib gue.

"Asal lo tahu ya Ra, Satya sekarang tengah menyusun rencana pernikahan...." Gue menatap Viona tidak percaya." Gue bicara ini bukan apa-apa, tapi gue ingin lo selesai dengannya. Gue tahu ini juga karena kemarin lihat dia ke toko perhiasan dimana disana dia bersama perempuan dan memesan cicin pernikahan."

Tbc

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Kategori
Cerpen
Selanjutnya Toxic Relationship - Part II
4
0
Selamat MembacaYang gue takutkan akhirnya terjadi. Ya, gue sadar itu. Selama kurang lebih lima tahun menjalin hubungan pasti gue akan ada di tahap ini.Tahap pembuangan.Gue mengusap air mata yang ternyata semakin gue hapus semakin menjadi, gue lemah disini, gue juga lelah.Ingin rasanya gue m*ti saja bersama Ibu.Lo harus kuat Ra. Lo kuat.Meskipun rasanya gue lelah untuk melanjutkan hidupโ€ฆ.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan