Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku 6-10

2
0
Deskripsi

Bab 6

Bab 7

Bab 8

Bab 9

Bab 10

Bab 6

Kurebahkan sebentar badanku diatas sofa empuk ini, memejamkan sebentar mata ini dan kutarik nafas dalam-dalam berharap bisa sedikit mengurangi beban pikiran dan hati yang sedang kujalani saat ini. Kenapa Mas Chandra bisa berbuat seperti itu diluar sedangkan di depanku dia sepertinya sangat baik. Tak terasa air mata pun mengalir di pipiku. Sungguh ini menjadi pukulan telak dalam hidupku.

Namun aku tak boleh putus asa, aku harus tetap kuat. Jangan sampai hanya gara-gara ini, aku menjadi frustasi dan sakit. Aku wanita tangguh dan sebelum mendapat apa yang kuinginkan pantang bagiku untuk mundur. Aku pun segera duduk kembali, Bismillah, aku akan melanjutkan apa yang tadi sudah kurencanakan. 

Aku pun segera menelepon Linda, memintanya untuk memanggil cleaning service, dan membersihkan ruangan ini dari sampah-sampah menjijikkan itu. Tak berapa lama pun petugas itu masuk ruanganku.

"Tolong ambil tempat sampah dan isinya dibawah meja itu, serta pigora ini, bawa kebelakang dan bakar semuanya," titahku.

"Sama tempat sampahnya juga, Bu?" Cleaning service itu bertanya padaku sambil menunjukkan wajah heran, sepertinya.

"Iya semuanya," kataku, "atau kalau kamu mau, ambil saja untukmu."

"Iya, Bu. Saya mau. Dari pada dibakar, lebih baik saya bawa pulang saja. Mubadzir nanti Bu," ujarnya sambil tersenyum.

"Ya sudah, terserah kamu saja, yang penting barang itu dan isinya tak terlihat lagi dimataku. Kamu boleh pergi sekarang."

"Siap, Bu. Terima kasih banyak," ucapnya sambil keluar pintu.

Dengan hilangnya sampah dan pigora ini, rasanya ada pasokan udara segar lagi masuk ke ruangan ini. Aku pun bersandar di kursi, dan akan menelepon Pak Johan, manajer keuangan dan orang kepercayaan Papaku dari dulu. 

"Pak Johan, tolong segera datang ke ruangan direktur utama ya, aku tunggu sekarang juga," kataku melalui telepom kantor.

Sambil menunggu Pak Johan, akupun membuka laci meja sisi kanan yang tadi belum sempat kubuka, karena telah menemukan alat kontrasepsi tadi. Semoga tak ada lagi kejutan menjijikkan didalamnya. Alhamdulillah tak ada barang-barang itu disini, hanya kertas kertas kecil dan beberapa alat tulis, juga beberapa foto wanita berukuran 3x4, sepertinya ini foto formal. Buat apa Mas Chandra menyimpan foto-foto ini?

Selembar kertas sangat kecil berwarna ungu dengan motif bunga-bunga menarik perhatianku, sejak kapan suamiku senang dengan sesuatu yang berbau fancy dan girly seperti ini? Kemudian kuambil kertas itu, ada tulisan atau semacam kode diatasnya,

040488ME

Kode apa ini?

Kumasukkan kertas imut itu kedalam saku celanaku saat Pak Johan mengetuk pintu.

"Mari silahkan masuk, Pak," kataku dari dalam.

"Assalamualaikum Bu Dita."

"Waalaikumsalam, mari silahkan duduk Pak Johan. Bagaimana kabarnya Pak?" Kutanyakan hal itu saat dia sudah duduk tepat dihadapanku.

"Alhamdulillah baik Bu," jawabnya dengan hormat, "kabar Bu Dita juga baik-baik saja kan? Sudah lama sekali rasanya saya tak melihat Anda kesini."

"Alhamdulillah kabarku juga  baik, Pak. Saya kemarin sedang merintis sebuah usaha baru Pak dirumah, jadi tak ada waktu untuk kesini," bohongku, "bisakah saya meminta seluruh laporan perusahaan ini selama satu tahun terakhir?"

"Bisa- bisa sekali Bu," katanya agak gugup.

"Oke, saya minta hari ini juga, sebelum istirahat laporan itu harus sudah ada di meja ini. Dan mulai hari ini seluruh keuangan dikirim ke rekening baru ini," kataku sambil menunjukkan nomer rekening terbaruku itu.

"Iya, Bu. Baik, akan saya kerjakan bersama staf sekarang juga," katanya sambil berdiri dan ingin pergi darisini.

Sepertinya memang ada yang disembunyikan dariku, tak biasanya Pak Johan seperti ini, bahkan dia sama sekali tak berani menatap wajahku selama di ruangan ini.

"Tunggu, Pak Johan. Duduklah dulu sebentar, ada sedikit hal yang ingin saya bicarakan," ucapku.

Dengan segera dia kembali duduk di kursi itu lagi, "ada yang bisa saya bantu lagi, Bu?" 

"Tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur. Kenapa sepertinya Pak Johan sangat ketakutan saat saya meminta laporan itu?"

"Saya takut kalau Pak Chandra marah saja, Bu. Karena seluruh karyawan yang tidak menurut pada perintahnya, benar atau pun salah, maka kami akan dipecat tanpa pesangon. Dan Pak Chandra sudah mewanti-wanti saya agar tak memberitahukan kepada siapapun tentang keuangan perusahaan ini, terutama pada Bu Dita"

"Kenapa dia takut jika aku tahu, apa karena banyak kecurangan?" tanyaku.

"Sejujurnya selama setahun Pak Chandra di sini, banyak sekali kecurangan dan korupsi yang dilakukan. Jika ini terus terjadi, saya rasa kita akan segera pailit, Bu. Saya sudah sering mengingatkan namun  tak pernah dihiraukan oleh Pak  Chandra," jelasnya.

Benar-benar minta dijitak kepala suamiku itu, atau mungkin malah harus dimandikan dengan bunga seluluh rupa agar bisa kembali ke jalan yang benar. Amit-amit deh. Aku lebih percaya pada perkataan Pak Johan dari pad Mas Chandra untuk saat ini.

"Pak Johan tahu kan siapa pemilik sebenarnya perusahaan ini? Mulai sekarang aku yang akan menghandle sendiri semua urusan disini. Sekarang juga, tolong laksanakan perintah saya, jika ada staff yang tak mau mengerjakan, suruh menghadap saya sekarang juga."

"Baik-baik, Bu. Akan saya kerjakan sekarang. Menurut saya, Bu Dita memang lebih cakap mengurus perusahaan ini dibandingkan dengan Pak Chandra. Saya permisi dulu ya, Bu," pamitnya.

"Ok, saya tunggu. Oh iya, sepuluh menit lagi jangan lupa meeting dewan direksi ya Pak. Aku akan segera menuju kesana."

"Baik, Bu," katanya sambil berlalu pergi.

Sudah kuduga, Mas Chandra menghamburkan semua uang perusahaanku untuk memenuhi hawa nafsu setannya saja. Keterlaluan kamu Mas!

Kemudian aku dan Linda segera menuju ke ruang rapat, nampak dua belas staff yang kuminta telah menungguku disana. Aku pun segera memulai rapat ini.

"Assalamualaikum. Selamat pagi rekan-rekan semua. Maaf kalau pagi ini saya tiba-tiba meminta berkumpul di ruang rapat ini. Tanpa banyak kata, mulai hari ini, saya sebagai owner tunggal perusahaan ini, meminta seluruh laporan tentang perusahaan ini dikirim kepada saya setiap hari. Dan segala keputusan yang menyangkut perusahaan ini haruslah atas persetujuan saya. Meskipun tak setiap hari saya ke kantor, laporan tetap wajib dikirim ke email saya. Apapun itu tanpa terkecuali. Cukup itu saja yang ingin saya sampaikan. Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan." 

Pak Fahri, manajer operasional mengangkat tangan kanannya, "maaf, Bu. Bagaimana dengan Pak Chandra, apa kami harus melapor ke Pak Chandra dulu? Dan apakah Pak Chandra sudah tidak di sini lagi? Kami sungguh takut dengan Pak Chandra," tanyanya.

"Tolong diingat kembali ya, saya pemilik tunggal  dari perusahaan ini, apa yang saya katakan mutlak harus Anda sekalian laksanakan. Pak Chandra akan tetap ke kantor ini seperti biasa, tapi semua keputusan harus lewat saya dahulu. Dan saya minta semua divisi mengirim laporan selama setahun ini ke meja saya, saya tunggu sebelum jam makan siang tiba. Saya rasa semua hal sudah jelas disini, dan rapat saya nyatakan selesai." 

Aku pun segera meninggalkan ruang rapat bersama Linda. Menurutku tak perlulah bicara panjang lebar lagi, kurasa mereka sudah mengerti apa yang baru saja kukatakan. 

"Lin, jangan lupa mulai sekarang kamu adalah tangan kananku. Jika aku tak kesini, mak kamu wajib melaporkan padaku tentang hal-hal yang salah disini, dan juga tentang Mas Chandar," kataku sambil berjalan beriringan bersama Linda.

"Siap, Bu. Saya pastikan Bu Dita tak akan kecewa dengan kinerja saya," jawabnya mantap.

Mas Chandra, mulai sekarang mari berlomba menunjukkan taring kita, aku atau kamu yang benar-benar bisa menghandle semua ini.
***

BAB 7

Aku pun masuk kembali ke ruang kerja Mas Chandra. Kurebahkan badanku di sofa  sambil menunggu para staff mengirimkan semua laporan yang kuminta tadi. Beberapa saat aku memejamkan mata, dan kembali berpikir bagaimana agar semua siasatku ini berhasil. Ah, tak perlu lah memikirkan bagaimana hasilnya nanti, yang penting saat ini aku harus berusaha menutup semua akses Mas Chandra.


 

Seketika aku pun langsung terduduk saat teringat dengan kamera pengintai yang tadi sempat kubeli. Segera kuambil dua buah kamera super mini tersebut, dan kuletakkan di tempat tersembunyi yang menurutku sudah sangat pas, lalu kuhubungkan pada ponselku. Meskipun aku sudah meminta bantuan pada Linda, namun kamera ini tetap wajib kupasang. Hati manusia tak ada yang tahu kan?


 

Selesai, mulai hari ini akan ada sinetron gratis tiap hari, he-he. Tinggal menunggu mencari waktu yang pas untuk menempelkan kamera imut ini ke mobil dan ponsel milik Mas Chandra.


 

Setelah mencoba kinerja kamera itu di ponselku, aku punya suatu ide yang mungkin sedikit bisa menyentil suamiku itu. Kebetulan kemarin aku sempat memfoto kue tart pertunangan berwarna putih itu, tentunya sebelum kububuhkan nama Raisa dan Wisnu disana. Segera ku upload foto kue itu, dan kuberi caption.


 

CANTIK SEKALI KUENYA, PASTI RASANYA ENAK SEKALI NIH, BIKIN NGILER..


 

Tinggal tunggu beberapa menit sambil mendengarkan musik bergenre pop rock favouritku, kita lihat saja apakah ini akan menggelitik hati si penghianat itu.


 

Satu lagu yang kuputar belum juga usai saat sebuah panggilan masuk ke ponselku, yup umpanku langsung disambar oleh buruanku, siapa lagi kalau bukan Mas Chandra. Segera kuterima panggilan tersebut.


 

"Assalamualaikum, iya Mas."  Aku mengucapkan salam tersebut dengan nada yang kubuat manja, tapi boong.


 

"Waalaikumsalam, Dek. Barusan kue tart siapa yang kamu buat status?" tanyanya. Benar kan semua dugaanku tadi.


 

"Kue tart tingkat berwarna putih, dengan hiasan bunga-bunga warna pink dan diatasnya ada patung sepasang pengantin itu ya, Mas?" Sengaja kujabarkan secara detail kue buatanku tersebut.


 

"Iya benar sekali. Kenapa kamu upload kue itu?"


 

"Iseng saja sih, soalnya bagus banget, sepertinya rasanya juga lezat lho!"


 

"Hemmm kamu ini ada-ada saja sih, Dek. Kalau kepingin kan tinggal bilang nanti kubelikan. Kamu dapat dari mana foto itu?" Sebuah pertanyaan yang menurutku terlalu kolokan.


 

"Ya dari internet lah, kan banyak di sana foto-foto kue itu. Iya sih sebenarnya pingin banget, tapi takut sakit gigi aku tuh, Mas."


 

"Iya bener, lagian kayak anak kecil saja pingin makan kue tart segala. Oh iya kamu sekarang lagi dimana, Dek?" 


 

Kenapa dia tanya keberadaanku? Sepertinya dia tahu aku sedang berada di kantor.


 

"Aku sekarang sedang ada di kantor, Mas. Kenapa memangnya?" Percuma juga kan aku berbohong, karena aku yakin di kantor ini pasti ada mata-mata Mas Chandra.


 

"Loh, ngapain kamu ke kantor segala, Dek? Kok tidak bilang dari tadi pagi saja, biar aku antar kamu ke kantor," katanya agak gugup.


 

"Tadi pagi belum punya rencana ke sini sih, Mas. Aku sudah bosen di rumah terus, pingin kerja lagi dikantor. Nggak apa-apa kan?"


 

"Ya nggak apa-apa lah Dek. Tetapi apa kamu nggak kecapekan nanti, lebih baik kamu di rumah saja, nyantai kan sudah ada aku yang menghandle semuanya."


 

"Iya, aku tahu kamu sudah mengandle semuanya, tapi aku tetap ingin bekerja, jenuh di rumah terus, dan aku pun ingin meringankan pekerjaan mu Mas. Ingat itu perusahaanku lho, jadi kapan saja aku ingin kembali kerja disana bisa kan?" ucapku.


 

"Tentu saja bisa, Dek. Kamu kan bos nya disini. Terserah kamu saja, yang penting jangan kecapekan, kita kan harus program agar cepat memiliki momongan," katanya masih berusaha membujukku.


 

Memang benar dulu kami sedang menjalani program kehamilan, tapi setelah penghianatan ini, pantang bagiku berhubungan suami istri denganya, dan aku selalu berdoa agar aku tak mendapatkan momongan di saat-saat seperti ini.


 

"Pokoknya aku ingin kembali menghandle perusahaan ini!" ucapku pura-pura merajuk.


 

"Iya deh terserah kamu saja, yang penting kamu bahagia Dek. Oh iya kamu tahu nggak ATM perusahaan ada di mana? Kok ini kucari di dompet tidak ada. Takutnya hilang, kan disana banyak sekali isinya, dan lagi aku lupa belum membuat M-bangking di ponselku."


 

"Oh, ATM itu ya. Kuambil tadi pagi di dompetmu kok."


 

"Ya sudah kalau begitu, aku kan jadi nggak khawatir lagi Hari ini aku tak jadi menginap Dek, aku akan pulang nanti sore. Apa kamu mau di jemput di kantor?"


 

"Tak perlu. Aku sudah bawa mobil sendiri."


 

"Baiklah kalau begitu. Hati -hati ya. Sekarang aku juga lanjutin pekerjaanku lagi. Wassalamualaikum."


 

"Iya kamu juga hati-hati ya. Waalaikumsalam."


 

Aku tahu Mas Chandra tidak akan diam saja dengan langkah yang kuambil ini.

 

Beberapa saat kemudian, ada panggilan masuk kembali di ponselku, terlihat Raisa disana. Aku pun segera mengangkat panggilan dari pelanggan istimewa ku itu.


 

"Assalamualaikum. Halo Mbak Raisa, ada apa?" salamku melalui sambungan telepon.


 

"Waalaikumsalam. Masih open order kue kan Mbak?" katanya dengan suara khas yang lembut nan manja.


 

"Masih dong Mbak. Eh iya, gimana acara tunanganya kemarin?"


 

"Sukses Mbak. Meski pihak dari Mas Wisnu hanya dua orang namun acara tetap khidmat. Karena kan memang dia seorang yatim piatu sejak kecil, Mbak."


 

Kurang ajar banget kamu Mas Chandra mengaku yatim piatu, padahal kedua orang tuamu masih sehat wal afiat hingga saat ini. 


 

"Wah alhamdulillah kalau begitu. Rasa kue buatanku gimana, Mbak?"


 

"Rasanya sangat enak sekali, pokoknya mantap deh Mbak. Mangkannya ini aku mau pesan lagi buat acara nikahanku nanti Mbak. Satu buah kue tart susun tiga, dan mini tart sebanyak lima ratus buah. Rencanananya sih dua minggu lagi acara itu kami gelar. Gimana bisa kan, Mbak?"


 

Hah, dua minggu lagi? Kebelet banget sih mereka ingin segera menikah. Tunggu saja akan kuberikan kado terindah dalam pesta pernikahan kalian nanti.


 

******* *******

BAB 8


"Rasanya sangat enak sekali, pokoknya mantap deh Mbak. Mangkannya ini aku mau pesan lagi buat acara nikahanku nanti Mbak. Satu buah kue tart susun tiga, dan mini tart sebanyak lima ratus buah. Rencanananya sih dua minggu lagi acara itu kami gelar. Gimana bisa kan, Mbak?" Raisa terdengar sangat bahagia saat mengucapkan hal ini.

"Oh tentu saja bisa dong. Wah, pasti senang banget nih yang akan segera nikah. Eh tapi kok cepet banget si Mbak, kukira masih satu bulan lagi lho," kataku memancing informasi lebih banyak.

"Iya lah Mbak, ngapain nunggu lama-lama. Pingin cepat-cepat juga dapat rumah baru, he-he. Jujur saja sih, Mbak, aku saat inu tengah hamil dua bulan, jadi memang aku meminta Mas Wisnu secepatnya menikahiku, sebelum perut ini semakin membesar," ucapnya tanpa malu-malu.

Oh, jadi Raisa sekarang hamil. Mungkin inilah alasan Mas Chandra menikahi selingkuhannya yang satu ini. Nggak tahu malu banget sih Raisa itu, mengucap sebuah aib bagai mengucap sebuah prestasi, eh mata duitan lagi. Mungkin dia juga belum tahu kalau calon suaminya itu aslinya miskin dan juga ahli selingkuh. Sudah jadi hal yang lumrah sih, kalau sampah akan bertemu dengan sampah juga suatu saat nanti.

"Maaf nih Mbak Raisa jangan tersinggung ya. Belum menikah kok sudah hamil to Mbak?Apa nggak takut dosa? He-he." Semoga saja dia tak marah ketika ku tanyakan hal ini.

"Mbak Dita ini kok kayak orang jaman baheula saja sih. Sudah bukan rahasia umum kali, kalau sekarang rata-rata banyak pasangan yang menikah sudah hamil duluan, tapi ada yang pintar menutupinya gitu aja sih Mbak. Lagian ya Mbak, untuk mendapatkan mangsa yang besar, pastilah kita harus memberikan umpan yang sepadan dong. He-he. Mas Wisnu itu kan orang kaya banget Mbak, jadi aku menggunakan cara ini agar secepatnya dia mau menikahiku. Memang sih ini dosa besar, namun nanti setelah kita menikah kan dosa itu sedikit terhapus. Bukannya Tuhan itu pasti memaafkan semua kesalahan hambaNya yang mau bertobat? Jadi nanti kalau aku sudah menikah dengan Mas Wisnu dan jadi nyonya besar, aku akan bertobat dan meminta maaf kepada Tuhan. Betul nggak Mbak caraku ini?"

Kukira tadi dia akan marah dengan pertanyaanku yang agak kurang ajar itu, mengingat kami pun baru saling mengenal, dan hanya sebatas hubungan jual beli saja. Tetapi jawaban yang diberikannya malah membuatku terkejut, semudah itu dia membuka aibnya sendiri pada orang yang baru saja dikenalnya.

"Pemikiran setiap orang itu berbeda-beda kan Mbak Raisa. Kalau aku kurang setuju dengan perkataan kamu tadi, Mbak. Kalau menurutku sih, sebisa mungkin kita harus menjaga agar tak melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah, meski kita tahu bahwa Allah pasti memaafkan semua kesalahan jika kita bertaubat. Sebab kita tak tahu apa yang akan terjadi pada kita esok hari, misalnya nih, belum sempat kita bertaubat eh ternyata Allah  sudah memanggil kita duluan menghadapNya. Gimana tuh, kalau sampai itu terjadi? Amit-amit kan ya, Naudzubillahimindzalik. Jadi kalau menurutku sih, selama kita sehat sebisa mungkin menghindari perbuatan yang hanya akan menambah dosa. Maaf lho Mbak Raisa, bukan maksud aku menggurui dan sok pintar, namun ini menurut pandanganku saja sih, he-he. Mungkin benar banget apa yang tadi kamu katakan, saya punya pemikiran seperti orang jaman baheula, kolot gitu kan, he-he."

"Iya, Mbak nggak apa-apa kok Mbak Dit. Doain saja pokoknya rencana pernikahanku ini lancar tak ada halangan hingga hari H nya. Entah kenapa aku ini merasa kita ada kecocokan dan rasanya dekat banget dengan Mbak Dita, padahal kita baru kenal, tapi aku sudah cerita banyak ke kamu Mbak. Jangan lupa, aku juga mengundang Mbak Dita buat datang ke acara resepsi mewahku nanti ya, yang akan diadakan di balai kecamatan sini."

Bagaimana kamu nggak merasa dekat denganku, suamiku dan calon suamimu saja orang yang sama kok Mbak. Kurasa usiaku dengan Raisa tak terpaut terlalu jauh, kutebak mungkin sekarang usianya dua puluh atau dua puluh satu tahun, tapi mengapa pemikiran kami sudah jauh berbeda ya?

"Iya, aku pasti datang Mbak. Pingin banget tau wajah suami Mbak Raisa yang kaya itu. Eh tapi kok pernikahanya di balai kecamatan sih Mbak? Kenapa nggak nyewa gedung di kabupaten atau di hotel, kan calon suamimu kaya, masak iya tak bisa menyewa gedung yang lebih baik lagi?" tanyaku usil.

Sebenarnya aku sudah tahu sih, apa maksud Mas Chandra hanya mengadakan resepsi pernikahanya di balai kecamatan itu, namun aku pingin dengar versi alibi dari si Raisa ini.

"Nah ini yang sedikit membuat aku agak kecewa, Mbak sama dia. Aku kan pinginnya di hotel Yusri itu lho Mbak. Tapi kata Mas Wisnu, sewanya terlalu mahal, mending uangnya buat honeymoon nanti dan katanya lagi uangnya kan sudah sebagaian di pakai untuk membelikan aku rumah itu. Ya sudah akhirnya aku nurut saja, yang terpenting aku minta nanti resepsi itu dibuat super mewah. Setelahnya dia akan mengajakku honeymoon ke Singapura selama seminggu lho!"

Wow, jadi Mas Chandra juga akan menghamburkan uangku untuk acara bulan madunya ke Singapura, oh tidak akan semudah itu Ferguso, langkahi dulu mayat si Marimar, eh.

"Begitu ya, Mbak. Benar juga sih. Kalau kulihat sih calon suami kamu itu baik dan sayang banget sama kamu ya, Mbak."

"Ya pastilah, Mbak. Dia itu baik banget, semua biaya pernikahan dia yang ngasih, pokoknya aku tahu beres saja. Ini tadi barusan juga dia dari sini sih, Mbak, ngurusin surat-surat. Rencananya kemarin sih, kami mau main dan nginep di Probolinggo, tapi batal karena katanya ada masalah di kantornya. Sebel deh padahal aku kan pingin banget main ke Gunung Bromo."

Waduh maaf banget nih, kamu nggak jadi pergi jalan-jalan, karena calon suamimu takut pisisinya di sini terancam oleh kehadiranku.

"Loh, kok mau jalan-jalan jauh sih Mbak? Pamali lho mau nikah malah jalan jauh, dan lagian kamu kan lagi hamil to Mbak, jangan main jauh-jauh ah."

"Tuh kan pemikiran baheula-nya keluar lagi, he-he. Ini kan bayinya yang ngidam pingin maen kesono Mbak. Lagian nggak jadi juga kok. Udahan dulu ya Mbak. Jangan sampai lupa dua minggu lagi lho pesananku dan juga Mbak wajib hadir di acara resepsiku."

"Siap laksanakan Bos! Nanti kubawakan hadiah spesial ya buat kalian, Mbak. Kudoakan semua lancar hingga hari H nya ya. Wasalamualaikum."

"Makasih ya Mbak. Waalaikumsalam."

Kemudian panggilan itu pun kami akhiri. Janjiku tak akan pernah kulupakan, diacara resepsi nanti akan kubawakan mereka kado spesial yang lasti tak akan mudah dilupakan seumur hidup mereka. Jadi semua harus kelihatan lancar dulu hingga hari pernikahan itu. Karena hal itu lula, aku tak mengambil ATM lain yang dimiliki Mas Chandra, tak mengapalah aku kehilangan sedikit uang, tapi hati ku bisa merasa lega.

"Permisi Bu Dita, saya mau mengantar berkas yang Ibu minta tadi." Terlihat Pak Yahya, manager operasional berada dibalik pintu kaca itu.

"Langsung masuk saja, Pak," ucapku, "silahkan duduk Pak."

Kedatangan Pak Yahya disusul diikuti  juga oleh Pak Johan dan juga semua manager dari berbagai divisi lainnya. Dan sekarang mereka semau telah berada di ruangan ini.

"Sebenarnya kami semua disini tidak begitu suka dengan kinerja Pak  Chandra, Bu. Namun kami tak berani mengatakanya. Kini kami semua sangat bahagia karena Bu Dita kembali akan menghandle semua. Kami seluruh divisi selalu siap kapan saja Bu Dita minta dan selalu mendukung setiap keputusan Bu Dita demi kemajuan perusahaan ini," ucap Pak Johan mewakili mereka.

"Terima kasih semuanya atas dukunganya. Pokoknya saya minta semua urusan yang bersifat rahasia dikirim ke email saya dulu sebelum di serahkan pada Pak Chandra, juga segala keputusan tanpa tanda tangan saya, haram hukumnya. Meskipun nanti saya tak selalu kesini, tetap wajib ada laporan harian. Langsung ke email saya saja ya. Mari bersama kita majukan kembali perusahaan ini. Saya percaya Anda semua sangat profesional dalam bekerja."

Sepertinya aku bisa mempercayai mereka, karena semua adalah pegawai senior yang bekerja sejak Papa masih ada dulu. Hanya ada satu orang yang membuatku sedikit ragu dengan loyalitasnya kepadaku. Namun tak masalah sih nanti aku akan kembali kesini, membawa lebih banyak kamera imut.

Setelah menyerahkan semua berkas yang kuminta mereka pun pamit keluar dan istirahat makan siang. Aku pun akan segera pergi dari sini, tujuanku selanjutnya adalah ke dokter, untuk mengecek kesehatan alat reproduksiku. Setelah tahu bahwa Mas Chandra sering bergonta-ganti pasangan diluar. Semoga tak ada yang mengkhawatirkan nanti. Setelahnya aku akan kembali kesini menaruh beberapa kamera itu.

**** ****
BAB 9

Pagi itu, Chandra alias Wisnu berangkat dari rumah dengan semangat 45, karena rencananya hari ini setelah mengurus keperluan surat nikah, dia dan tunangan ilegal nya akan jalan-jalan ke Gunung Bromo. Disana mereka nanti akan menginap selama dua atau tiga hari. Bulan madu sebelum pernikahan adalah suatu hal yang menyenangkan. 


 

Dia sudah pamit tidak pulang selama beberapa hari pada Dita, istrinya. Masalah keperluan untuk surat nikah keduanya berasama Raisa ini, sudah dipasrahkan kepada seorang temannya. Pokoknya apapun yang kita mau pasti bisa kita dapatkan, asal ada uangnya, pikir Chandra.


 

Raisa menyambut kedatangan Wisnu dengan sukacita. Bagi gadis super cantik ini, Chandra adalah pohon uang yang tak boleh lepas dari gengamannya. Hingga baginya menyerahkan kehormatanya adalah suatu hal yang wajar dilakukan agar bisa dinikahi Wisnu. Impiannya dari kecil untuk menjadi orang kaya mempertemukannya dengan laki-laki pemain cinta seperti Chandra. Sedikit lagi impiannya menjadi nyonya besar akan tercapai, tanpa dia ingin tahu sesungguhnya seperti apa latar belakang lelaki yang akan menikahinya itu. 


 

Sedangkan kedua orangtua Raiaa pun sama sepertinya, tak mau tahu itu haram atau halal, libas saja asal bisa membuat kehidupan miskin mereka menjadi lebih baik. Dan memiliki anak yang sangat cantik seperti Raisa ini, merupakan modal utama mereka untuk menjerat pria kaya. Seperti saat ini, mereka amatlah sangat bahagia karena dua minggu lagi, anaknya akan menikah dengan orang yang sangat kaya. Meskipun mereka tahu kalau Raisa saat ini hamil, tak ada malu sedikit pun dan mereka tak memarahi Raisa atas kehamilannya itu.


 

Sementara itu Dita yang sudah geram dengan perbuatan suaminya, mulai melancarkan aksinya. Namun dia tak mau terburu-buru, dia lebih suka main pelan, karena menurutnya nanti akan lebih menyakitkan hasilnya. Hari ini langkah awal pun dia lakukan, namun dia tak menyangka akan mendapatkan fakta baru tentang penyelewengan suaminya itu. Mencoba sabar dan terus bersabar itu yang ada di dalam hati dan pikiran Dita. Hingga nanti dua minggu lagi, dia akan menumpahkan semua amarah di dalam dirinya pada Chandra.


 

"Aduh, Yank maaf ya, hari ini kita nggak bisa pergi ke Bromo. Aku ada sedikit masalah di kantor nih. Dan harus segera diselesaikan," kata Chandra siang itu di rumah Raisa.


 

"Ihh kok gitu sih Yank, padahal kan aku dan juga anak kita ini pingin banget kesana, takut ileran nih. Memangnya nggak bisa ya kamu nyuruh anak buahmu untuk mengatasi masalah itu?" ujar Raisa manja sambil bergelayut mesra pasa Chandra.


 

"Kali ini tak bisa Yank, ini keadaannya gawat sekali. Hanya aku sendirilah yang akan bisa mengatasinya. Aku yakin bayi ini sangat pengertian pada Papanya," ucap Chandra sambil mengelus perut Raisa yang masih rata itu.


 

"Iya deh kalau begitu, nggak apa-apa nggak jadi pergi. Tapi sebagai gantinya hari ini aku pingin shoping aja deh. Bagi uangnya dong Yank."


 

Tak kuasa Chandra menolak semua keinginan gadis yang akan menjadi istri keduanya ini, apalagi saat ini Raisa sedang mengandung anaknya, suatu hal penting yang selama tiga tahun menikah dengan Dita belum didapatkannya.


 

"Oke sayangku. Nanti aku akan transfer uang ke rekening kamu ya. Tetapi nanti aku ke mesin ATM dulu, karena rekeningku yang ada M-bangkingnya lagi kosong. Nggak apa-apa kan?"


 

"Iya, nggak apa-apa kok Yank. Tetapi aku nanti pingin beli banyak banget barang. Jadi banyakin dikit ya transferannya."


 

"Siap tuan putri," tukas Chandra.


 

Sungguh sangat bahagia sekali hati Raisa dengan sikap Chandra itu. Semua kasih sayang dan limpahan materi yang diberikan Chandra benar-benar membuatnya bahagia. Dia dan orang tuanya yang dulu hidup miskin, sebentar lagi akan menjadi kaya raya. Tak perlu lagi dia bekerja sebagai pramusaji di rumah makan, atau pramuniaga di sebuah mini market kecil.di kota ini. Begitu pula Bapaknya, yang pada dasarnya sangat malas sekali bekerja itu, tak perlu repot-repot lagi mengayuh becak atau menjadi kuli bangunan lagi. Hanya dengan 'menjual' anak gadisnya yang sangat cantik itu, dia dan istrinya akan menjadi kaya tanpa harua bekerja.


 

"Kalau begitu aku pamit pulang dulu ya. Nanti dijalan uangnya langsung ku transfer. Hati-hati nanti kalau lagi shoping, jangan jelalatan kalau lihat cowok yang lebih muda dariku."


 

"Tenang saja Yank, aku nggak bakal aneh-aneh kok. Bagiku nggak ada cowok sesempurna kamu. Sudah baik, ganteng dan tajir lagi. He-he."


 

"Oke deh. Pokoknya kamu selalu setia padaku ya. Karena aku pun tak pernah menduakanmu dan hanya setia pada satu wanita, yaitu kamu. Aku pergi dulu ya."


 

Setelah itu Chandra pun pulang, dan melajukan mobilnya agak sedikit kencang menuju ke Kediri. Setelah tadi dia mendapat informasi dari orang kepercayaannya di kantor, bahwa saat ini Dita sedang mengadakan rapat dengan para manager di kantornya,  dia pun langsung bergegas ingin pulang dan membatalkan niatnya.


 

Chandra sangat kaget, mengapa Dita bisa tiba-tiba berubah ingin mengurus sendiri perusahaanya itu? Padahal selama tiga tahun ini, Dita seperti tak mau tahu tentang perusahaan peninggalan Papanya itu. Chandra sangat gelisah karena telah melakukan banyak penyelewengan di sana. Pun juga uang perusahaan yang banyak dia gunakan untuk menuruti nafsu birahinya diluar sana. 


 

Sebisa mungkin Chandra akan berusaha mencegah keinginan Dita untuk kembali ke kantor. Apalagi saat ini Dia sedang butuh banyak uang untuk acara pernikahan dengan Dita, dan juga untuk membayar cicilan rumah yang nantinya akan diberikan sebagai hadiah pernikahan pada Raisa. 


 

Chandra pun mencari keberadaan mesin ATM terdekat, selain untuk mengirim uang pada Raisa, juga untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening perusahaan ke rekening pribadinya. Sebagai antisipasi kalau ada sesuatu hal yang tidak di duga. Akhirnya dia pun menemukan mesin ATM itu, langsung saja dia memarkirkan mobilnya dan masuk kesana.


 

Tetapi betapa terkejutnya Chandra saat dia membuka dompet dan mencari keberadaan kartu ATM milik perusahaan istrinya itu. Sia sia dia mencari di semua ruang di dompetnya, namun hasilnya nihil. Kemana perginya ATM itu? Apa mungkin Dita telah mengambilnya?


 

Haduh kacau kalau sudah begini, pikir Chandra. Padahal dia belum mengambil uang untuk biaya pernikahan nanti. Sedangkan uang yang ada di ATM pribadinya tinggal sedikit. Dia pun kemudian mengirim kepada Raisa uang sebesar satu juta rupiah, dan kemudian kembali ke mobil.


 

Kemudian Chandra mengirim bukti transferan tadi pada Raisa.


 

[Loh kok cuma segini sih, Yank? Aku kan mau belanja banyak. Tambahin lah, aku maunya lima juta.]


 

Balasan yang sudah diduga oleh Chandra itu dikirim oleh Raisa.


 

[Maaf ya, Yank. Segitu saja dulu, ATM ku keblokir karena tadi sempat lupa pin. Lagian kita kan harus hemat dulu, untuk acara nikahan nanti.]


 

[Oke deh kalau begitu. Yang penting nanti acara nikahan kita harus mewah. Aku berangkat shopping dulu ya.]


 

Untung saja Raisa tak marah, hal itu membuat Chandra sedikit lega. Terdiam sebentar sambil melihat status teman-teman di WA nya, dia bingung bagaimana cara menanyakan tentang ATM tersebut pada Dita? Matanya malah tertuju pada sebuah status yang baru saja dibuat istrinya. Foto kue pertunangan miliknya dan Raisa kemarin, kenapa bisa Dita punya foto itu. Apa jangan-jangan Dita sudah tahu tentang perselingkuhannya? Pikir Chandra.


 

Dia pun segera menelepin Dita dan menanyakan tentan foto itu. Sedikit lega dihatinya, karena Dita hanya mengambil foto itu dari intermet. Kemudian dia menanyakan tentang info yang didapat dari orang kepercayaanya tadi, dan Dita berkata memang benar dia ingin kembali bekerja di kantor. Chandra pun pasrah tak bisa berbuat apa-apa, karena memanh perusahaan itu adalah milik Dita. Kemudian terakhir tentang ATM itu yang memang diambil oleh Dita.


 

Setelah mengakhiri panggilannya dengan Dita dan berkata bahwa tak jadi ke luar kota. Chandra oun mengendarai mobilnya kencang menuju perusahaan. Secepatnta dia harus sampai disana, untuk meminimalisasi semau kemungkinan buruk. Dan satu hal juga yang tak kalah penting, tentang ruang kerjanya, disana ada fotonya dengan Raisa dan juga ada banyak barang dan sampah bekas perselingkuhannya dengan banyak wanita. Dalam pikiran Chandra berkecamuk, apa nanti yang akan dijawabnya pada Dita tentang isi ruang kerjanya itu. Seribu cara akan Chandra lakukan untuk memuluskan semau rencanannya dan membuat Dita selalu percaya bahwa dia adalah seorang suami yang setia.


 


 

***** *****

Bab 10

 

Bergegas aku melajukan mobilku menuju klinik dokter langgannan keluargaku selama di kota Kediri ini. Aku harus cepat-cepat karena feelingku Mas Chandra siang ini juga akan berkunjung ke kantor. Sebelum keluar tadi aku sempatkan memanggil tukang kunci dan memintannya membuat duplikatan kunci ruangan Mas Chandra itu. Karena aku tak mau selama kepergianku ini, akan ada orang kepercayaan Mas Chandra yang masuk. Di perjalanan aku pun mampir ke toko komputer, membeli lagi beberapa alat pengintai, sepertinya kamera imut itu akan sangat berrati untukku.


 

Akhirnya sampai juga aku di klinik tujuanku. Dokter Dewi, pemilik klinik ini sudah kenal akrab denganku. Jadi aku tak perlu sungkan mengungkapkan tentang masalah ku ini, dan kebetulan juga tadi aku sudah membuat janji denganya, jadi siang ini aku bisa berkonsultasi lebih lama. Dokter Dewi adalah Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.


 

"Mari silahkan masuk Mbak Dita. Ada yang bisa saya bantu?" Dokter Dita mempersilahkanku duduk.di hadapanya.


 

Kemudian aku pun menceritakan semua keluhanku tentang ulah Mas Chandra. 


 

"Menurut saya akan lebih baik, jika sebelum pemeriksaan kelamin kira tes kehamilan dulu ya, Bu. Sebagai antisipasi saja. Saya akan meminta suster untuk membawa kemari alat testpack itu. Ditunggu sebentar ya," ucapnya ramah.


 

Semoga saja aku tidak hamil ya Allah, dalam keadaan seperti ini, jika aku hamil maka hatiku akan sangat dilema. Karena kehadiran seorang buah hati pasti nantinya akan membutuhkan sosok dari Ayahnya, sedangkan aku sudah tak ingin lagi hidup bersama laki-laki yang telah menghianatiku itu.


 

"Kapan terakhir kali Bu Dita berhubungan suami istri?" 


 

Aku pun mencoba mengingatnya, karena memang sudah agak lama Mas Chandra tak meminta jatah batin itu, "kalau tidak salah, tiga bulanan yang lalu, Bu," jawabku.


 

"Jadi sudah selama itu dia tidak meminta jatah pada Ibu? Harusnya sih, Ibu curiga jika suami sampai segitu lamanya tak meminta berhubungan. Karena rata-rata pria itu tak bisa menahan untuk tidak melakukan hal itu paling lama hanya dua minggu. Jika sudah selama itu dia tak meminta, maka bisa jadi diluar dia sudah mendapatkan kepuasan batin lain, Bu," jelas dokter yang kelihatannya kaget dengan jawabanku tadi.


 

Selama ini memang kamu jarang melakukan hubungan suami istri itu, namun hal itu tak mengurangi kemesraan kami. Aku pun tak akan menuntut nafkah batin jika Mas Chandra tak memintanya. Apalagi enam bulan empat bulan terakhir ini dia sering tidak pulang, alasannya ada proyek di luar kota, padahal dia bersama wanita lain.


 

"Oke baiklah. Silahkan Bu, biar di cek dulu urine nya oleh suster," kata dokter kemudian.


 

Aku pun mengikuti suster tersebut, dan melakukan test urine. Kemudian kembali duduk dihadapan Dokter Dewi.


 

"Alhamdulillah hasilnya negatif, Bu," kata dokter dengan tersemyum.


 

"Untuk saat ini saya sangat bersyukur tidak hamil, Dok. Tetapi apakah saya ini mandul ya, Dok? Tiga tahun menikah tapi saya belum juga hamil, sedangkan selingkuhan suami saya saat ini tengah hamil," tanyaku.


 

"Apakah Ibu sudah pernah mengecek perihal itu ke Dokter Kandungan?" 


 

"Sekitar enam bulan lalu, saya mengecek dan menurut dokter, saya subur dan bisa hamil. Tapi saat itu, Mas Chandra tak mau ikut periksa, Bu." 


 

Enam bulan yang lalu aku memang sempat mengajak Mas Chandra memeriksakan kesuburan, namun dia tak mau. Alasannya dia pastilah subur, karena dalam keluarganya tak ada riwayat mandul. Dan akhirnya, aku pun periksa sendiri, dan menurut dokter aku subur saat itu.


 

"Berarti memang Ibu subur kalau sudah di cek oleh dokter ahlinya. Bisa jadi mungkin Allah belum memberi momongan  karena hal seperti ini akan terjadi. Atau mungkin saja sebenarnya Pak Chandra itu mandul, dan selingkuhannya itu hamil dengan laki-laki lain, Bu. Haduh maaf saya jadi sedikit emosi karena mendengar cerita Bu Dita tadi."


 

"Nggak apa-apa kok, Bu." 


 

Kenapa pikiran dokter Dewi ini bisa sama ya denganku? Karena menurutku Raisa itu bukanlah gadis baik-baik, dia rela melakukan apapun asal mendapat uang. Jadi bukan tidak mungkinkan dia  melakukan perbuatan zina denagn laki-laki lain hingga hamil, tapi dia meminta tanggung jawab Mas Chandra karena menurutnya suamiku itu kaya raya. Hal itulah yang nanti akan menjadi PR untukku.


 

"Baiklah kalau begitu, sekarang kita mulai rangkaian pemeriksaannya ya, Bu. Bismillah semoga tak ada hal buruk. Mari, Bu."


 

Kemudian aku pun mengikuti serangkaian pemeriksaan dari dokter. Sambil terus kulafadzakan nama Allah di hati. Mas Chandra sudah mendzholimiku, tolong ya Allah jangan menambahkan padaku rasa sakit lagi. Biarkan semua sakit ini dibawa pergi olehnya dan selingkuhannya saja.


 

Akhirnya rangkaian pemeriksaan itupun usai. Dokter memintaku menunggu hasilnya selama sekitar sepuluh menit.


 

 Sambil menunggu hasil itu, aku menelepon agen property yang kemarin kartu namanya kutemukan di dompet Mas Chandra. Semoga saja ini benar agen yang menjual rumah untuk hadiah pernikahan mereka nanti. Dan Alhamdulillah, ternyat memang benar dialah agen yang menjual rumah itu. Namun Mas Chandra baru membayar dua puluh lima persen saja dari harga jualnya, dan dia berjanji akan melunasi itu seminggu lagi.


 

"Saya istri sahnya Chandra. Detik ini juga, saya akan transfer kekurangan uang itu beserta fee untuk Anda, namun pastikan sertifikat itu atas nama saya dan juga diserahkan kepada saya dua belas hari kedepan. Namun Anda harus juga membantu saya untuk bersandiwara pada Chandra, seolah saya tak pernah menghubungi Anda. Pokoknya ikuti semua cara main saya, nanti akan saya beri komisi yang sangat banyak untuk Anda, berkali-kali lipat dari fee yang Anda minta tadi," kataku melalui panggilan telepon saat itu. 


 

"Baik Bu. Saya siap membantu Ibu. Sejumlah uang tersebut tidak usah ditransfer, saya lebih suka bila Ibu memberikan kepada saya secara cash, dan kita bisa  bertemu, membuat kesepakatan ini lebih riil. Bisakah Ibu hari ini datang ke kantor property saya? Alamatnya ada di Ruko Jalan Soekarno Hatta, Bu." 


 

"Bisa, tapi mungkin baru sore hari nanti, saya bisa kesana. Karena kalau siang ini saya masih sangat repot. Begini saja, tolong kirimkan nomer rekening kantor Anda saja, uang akan saya transfer sekarang. Tapi nanti saya tetap akan kesana biar lebih enak."


 

"Oke, tidak apa-apa. Segera akan saya kirimkan rekeningnya, terima kasih abnyak sudah percaya dengan saya, Bu. Saya tunggu kehadirannya disini ya, Bu." 


 

Cukup memuaskan, satu langkah lagi telah terlewati, memang semua di dunia ini tak boleh di ukur dengan uang, namun segalanya butuh uang. Setelah rekening itu dikirimnya, langsung kutransfer sejumlah uang pelunasan rumah beserta fee nya. Lumayan itung-itung investasi juga sih, he-he.


 

"Bu Dita ini hasilnya saya bacakan sekarang ya. Alhamdulillah tak ada penyakit kelamin yang menakutkan Bu. Hanya infeksin kelamin saja, nanti akan saya beri obat dan antibiotik untuk menyembuhkannya," kata dokter.


 

"Alhamdulillahirobbil Alamin. Terima kasih ya Allah," ucapku bersyukur.


 

"Meskipun sering berganti pasangan, kemungkinan Pak Chandra ini rutin memakai pengaman, jadi semua masih bisa terkendali. Namun hukum karma Allah itu pasti datang, bisa saja kemudian hari dia mendapatkan penyakit kelamin menular dan penyakit lain yang lebih berbahaya. Semoga saja itu terjadi saat nanti Ibu telah berpisah dengannya. Saya kok jadi benar-benar geram sama Dia. Amit-amit naudzubullahimindzalik," kata dokter itu sambil menggedikkan bahunya.


 

"Amiiin. Semoga saja ya Dokter," kataku.


 

"Saran saya, mulai hari ini dan seterusnya jangan mau berhubungan badan dengan dia lagi ya, Bu. Tiga bulan yang lalu dia masih sehat, tapi kita tak tahu sekarang apa dia masih sehat juga atau penyakit kelamin itu bersarang padanya."


 

"Pastilah, Dok. Sejak tahu dia berselingkuh saya melihatnya saja sudah jijik, apalagi untuk melakukan hubungan badan, saya tak bisa Bu. Tak mungkin saya berhubungan lagi dengan laki-laki yang bergonta-ganti wanita selingkuhan seperti dia. Dulu saya memang bodoh, karena mengangap dia setia dan tak akan berbuat macam-macam diluar. Tapi saya sekaramg sudah berubah dan Insyaallah tak akan termakan bujuk rayuanya lagi," kataku.


 

Aku pun kemudian pergi dari klinik itu. Rasa bahagia dan syukur tak henti-henti kuucapkan dalam hati. Dan penyesalan pun juga kurasakan, karena ku terlalu bodoh selama ini, dan mungkin benar aku sudah menjadi budak cinta dulu. Tapi itu dulu, tidak dengan sekarang. Rasa sakit ini telah mematikan semua rasa cinta itu.


 

Kemudian aku pun melajukan lagi mobilku dengan sedikit kencang menuju ke kantor, tak ingin aku keduluan oleh Mas Chandra. Tak lupa aku membeli makan siang yang nanti akan ku makan dikantor saja.


 

Sesampainya di kantor, aku langsung menuju ruang manager satu persatu, alasan ku untuk berkunjung saja, padahal di setiap ruangan itu kupasang sebuah kamera pengintai imut itu. Tak lupa kupasang juga pada meja kerja Linda, di ruang rapat dan juga beberapa tempat di kantor ini yang menurutku riskan. Untuk memantau dari jauh, aku sudah menyiapkan sebuah laptop dan ponsel pintarku.


 

Satu langkah lagi telah kulakukakan, dijaman sekarang ini kurasa lebih bisa di percaya komputer dan kecanggihan teknologi dari pada sekedar mulut manusia.


 

Aku pun kembali ke ruangan, melepaskan lelah sejenak dan makan siang. Sambil menunggu kedatangan Mas Chandra, yang menurut firasatku akan segera sampai disini. Karena dia pasti khawatir ruangannya kuobrak-abrik.

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku 11-12
5
3
Bab 11Bab 12
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan