PERUBAHAN IKLIM: SKENARIO BENCANA PANAS AKIBAT KENAIKAN SUHU BUMI

0
0
Deskripsi

Baca tulisan ini apabila kalian ingin tahu bagaimana pemanasan global mengakibatkan bencana panas yang berefek buruk terhadap kehidupan manusia. 

Oleh: Anggita Puspitosari

Pada tahun 2016, Perjanjian Iklim Paris disepakati dan ditanda tangani oleh 195 negara untuk menunjuk 2 (dua) derajat celcius sebagai cita-cita global yang harus dicapai. Sedangkan saat ini, suhu bumi sudah mencapai 1,1oC sejak terjadi Revolusi Industri 1.0 pada periode waktu 1750-1850 silam. Pada tahun 2017, laju emisi karbon global tumbuh sebesar 1,4 persen. Negara Tiongkok memiliki jejak karbon terbesar yang ada di planet ini dengan emisi karbon tumbuh 4 persen pada tahun 2018. Tiongkok memiliki separuh kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara dunia. Pembakaran batubara itu sendiri menghasilkan emisi udara yang mengandung bahan pencemar seperti debu dan gas (NO2, CO, CO2 dan SO2) yang dapat meningkatkan keberadaan gas-gas rumah kaca. Di seluruh dunia, penggunaan batubara sudah hampir berlipat ganda sejak tahun 2000. Menurut satu analisis, jika negara lain mengikuti jejak Tiongkok tidak mustahil akan terjadi kenaikan suhu bumi sebesar 5oC pada tahun 2100.

Dengan kenaikan 5oC, menurut beberapa perhitungan banyak bagian dunia yang tidak dapat didiami manusia. Dengan kenaikan suhu 6oC, manusia akan mustahil berkerja fisik diluar ruangan pada musim panas di Lembah Mississippi hulu, dan semua orang yang ada di Amerika Serikat sebelah timur pegunungan Rocky akan lebih menderita karena panas yang lebih tinggi dibandingkan wilayah mana pun di belahan bumi ini. New York City akan lebih panas dibandingkan Bahrain hari ini yang merupakan salah satu tempat terpanas di planet ini. Suhu panas yang ada di Bahrain akan memicu hipertermia bahkan pada manusia yang sedang tidur.

Kenaikan suhu 5 atau 6o kecil kemungkinan terjadi pada tahun 2100. IPCC memberi kita prediksi median di atas 4o dengan melihat laju emisi saat ini. Kenaikan suhu sebesar 4o mengakibatkan kebakaran hutan meluas 16 kali lipat di Amerika Serikat barat dan ratusan kota tenggelam. Kota-kota yang sekarang didiami jutaan orang, di India dan Timur Tengah akan lebih panas sekali sehingga pergi keluar pada musim panas akan berakibat kematian.

Gelombang panas sudah ada sejak dulu. Pada tahun 1998, musim panas India menewaskan 2.500 orang. Pada tahun 2010, 55.000 orang tewas karena gelombang panas di Rusia, tiap hari 700 orang tewas di Moskwa karenanya. Pada 2016, di tengah gelombang panas yang menerjang Timur Tengah selama beberapa bulan, suhu di Irak melebihi 37oC pada Mei, 43oC pada Juni, 48oC pada Juli dan suhu turun di bawah 37oC hanya pada malam hari. Di India, satu hari dengan suhu di atas 35oC meningkatkan angka kematian 0,75 persen pada tahun 2016, serangkaian hari di sana bersuhu sampai 48oC pada bulan Mei. Di Arab Saudi, yang suhu musim panasnya sering mencapai titik itu, 700.000 barel minyak dibakar setiap hari untuk menjalankan AC.

AC jelas membantu mengatasi panas, tetapi AC dan kipas angin sudah mengonsumsi 10 persen listrik global. Permintaan akan AC diperkirakan meningkat 3 kali lipat atau lebih pada tahun 2050. Menurut satu perkiraan, dunia akan menambah 700 juta unit AC pada tahun 2030. Penelitian lain memberikan perkiraan bahwa di seluruh dunia pada tahun 2050 akan ada 9 miliar lebih alat pendingin beraneka jenis. Krisis panas ini akan lebih dramatis terjadi di Timur tengah dan Teluk Persia dimana pada tahun 2015 indeks panas mencatat suhu tertinggi mencapat 72oC. Beberapa puluh tahun kedepan, ibadah haji akan lebih berat secara fisik bagi umat muslim.

Pada tahun 2018, PBB memprediksi bahwa dengan laju emisi sekarang dunia akan lebih panas 1,5o pada tahun 2040 atau lebih awal. Menurut 2017 National Climate Assessment menyatakan bahwa apabila konsentrasi karbon global distabilkan, kita juga harus memperkirakan tambahan pemanasan di atas setengah derajat Celcius. Itulah sebabnya menahan pemanasan di bawah 2 derajat bukan hanya memerlukan pengurangan emisi karbon melainkan juga yang disebut dengan “emisi negatif”. Alatnya ada dua macam yaitu teknologi yang akan menyedot karbon dari atmosfer (disebut CSS (carbon capture and storage) yang bertugas menangkap dan menyimpan karbon) dan pendekatan baru terhadap kehutanan dan pertanian yang akan berefek sama dengan cara yang lebih kuno (bioenergi dengan CSS yang disebut dengan BECSS).

PBB memperkirakan bahwa dua pertiga penduduk dunia akan hidup di kota-kota pada tahun 2050 atau 2,5 miliar orang yang akan menjadi warga kota baru. Selama seabad lebih, kota tampak sebagai visi masa depan bagi kebanyakan penduduk dunia sehingga menciptakan skala metropolis baru yaitu melebihi 5 juta penduduk, 10 juta, 20 juta dan seterusnya.

Secara teori, perubahan iklim dapat membalik migrasi itu. Efek kejahatan di banyak kota Amerika pada abad kemarin dapat mengusir penduduk kota di bagian-bagian dunia selagi kota menjadi makin tak layak huni. Karena panas, jalan-jalan kota meleleh dan rel kereta membengkok (hal ini sudah benar-benar terjadi). Dampak-dampak ini akan lebih membesar pada dasawarsa-dasawarsa yang akan mendatang. Kini ada 354 kota besar dengan suhu musim panas maksimum rata-rata 35oC atau lebih. Pada tahun 2050, daftarnya bisa tumbuh menjadi 970 kota dan jumlah orang yang hidup di kota-kota itu dan terpapar panas mematikan dapat berlipat delapan menjadi 1,6 miliar. Di Amerika Serikat, 70.000 pekerja telah mengalami cedera serius akibat panas sejak 1992 dan pada tahun 2050 diperkirakan 255.000 orang akan tewas di seluruh dunia akibat efek langsung panas. Sampai 1 miliar orang sudah berisiko kena stres panas di seluruh dunia dan sepertiga populasi dunia sudah mengalami gelombang panas mematikan setidaknya dua puluh hari per tahun. Pada tahun 2100, sepertiga ini akan tumbuh menjadi setengah, apabila kita berhasil menahan pemanasan sampai di bawah sedikit dua derajat. Jika tidak, angkanya akan naik menjadi tiga perempat.

Apabila pemanasan tidak benar-benar ditekan di bawah dua derajat, tidak menutup kemungkinan adegan-adegan yang ada di film bergenre Sci-Fi seperti Space Sweepers atau Elysium akan benar terjadi, dimana Bumi sudah tidak layak dihuni karena kualitas udaranya yang buruk. Yang membedakan antara film dan realita adalah belum atau tidak adanya planet layak huni lainnya selain Bumi baik alami atau buatan.

Sumber:

Wallace-Wells, David. 2019. The Uninhabitable Earth. United States: Tim Duggan Books.

Cover:

https://www.bmkg.go.id/

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Artikel
Selanjutnya Hutan Mangrove untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan Pesisir
0
0
halo chingu…ini aku mau share sedikit tentang hutan mangrovekalau dari kalian ada yang sedang cari referensi bacaan ilmiah tapi riang boleh mampir kesini ya…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan