
Deskripsi
"Rico, makan yuk. Laper nih," keluh Endra sambil menepuk perut kempis-nya.
"Lagian sekarang waktunya makan siang. Tinggalin dulu kenapa pekerjaannya? Nanti dilanjut lagi," lanjut Endra.
Rico meletakkan catatan di atas meja. Hari ini dia harus bisa mencatat semua tabung pemadam kebakaran. Memilah tabung yang akan habis masa waktunya atau yang mendekati masa expired. Pekerjaannya sebagai teknisi di divisi safety gedung, membuatnya harus selalu teliti untuk memperbarui data tabung pemadam.
Mereka berdua...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
Debt Collector Cinta
2
0
Debt Collector Cinta
Amin berhenti di sebuah warung pinggir jalan. Perutnya yang sedari pagi belum diisi, sudah berteriak dan protes minta diberi makan. Keringat dingin tanda lapar pun sudah menyalakan lampu kuning agar berhenti dulu dan bersiap istirahat.Tadi pagi di kantor, dia hanya sempat minum secangkir kopi susu dan satu buah pisang goreng. Setelah itu, Amin segera berkeliling menagih uang door to door. Tidak hanya di satu desa saja, tetapi ada banyak desa yang harus dikunjungi. Beginilah bekerja sebagai penagih hutang alias debt collector di bank pedesaan. Setiap hari menagih hutang, bertemu bermacam karakter manusia dengan beraneka kesulitan hidup.Bu, saya pesan nasi campur dan teh hangat.Amin mengambil duduk, meletakkan tas di sampingnya. Mengamati warung yang belum begitu ramai. Hanya ada dirinya dan seorang bapak.Monggo, Pak, pesanannya.Mendengar suara halus, Amin mengangkat netranya dan bertemu pandang dengan seorang wanita berbaju di bawah lutut, motif bunga merah muda. Mereka saling memandang selama beberapa detik hingga disadarkan oleh suara bocah perempuan.Bu, Rani lapar, rengek bocah berseragam putih merah.Wanita yang dipanggil ibu pun tersipu, dia memutus tatapan dari Amin dan bergegas menghampiri putrinya. Ibu dan anak berlalu dari pandangan Amin yang masih menyaksikan keberadaan mereka.Rupanya sudah mempunyai anak, gumam Amin. Dia segera minum teh hangat dan mulai menyendok nasi pesanannya. Melihat bocah perempuan tadi, Amin jadi teringat anaknya yang ada di kota lain dan lama tidak pernah bertemu. Bagaimana nasibnya sekarang? Peliknya hidup membuat kedua anaknya terpisah. Putri pertamanya mengikuti mantan istri, sedangkan putra kedua bersamanya.Usai menikmati makan siang, Amin melanjutkan pekerjaannya. Dengan sepeda motor Beat dia berkeliling menagih. Setelah seharian beredar, pekerjaan hari itu diakhiri di sebuah rumah sederhana yang terbuat dari bambu. Di samping kanan terdapat kandang ayam.Amin mengetuk pintu yang terlihat sepi. Belum ada sahutan. Saat ingin mengetuk lagi, seorang bocah perempuan membuka pintu dari dalam. Amin terkesima. 'Bukankah ini bocah di warung tadi?' Dik, Bu Minem ada?Nenek berkata, kalau ada yang cari disuruh bilang tidak ada. Begitu katanya, jawab gadis kecil itu dengan polosnya.Amin terperangah mendengar jawaban gadis kecil di depannya.Sekarang Nenek ada dimana? tanya Amin lagi.Itu, di bawah ranjang kayu. Jari telunjuk bocah itu menunjuk ke ranjang yang sedikit bergerak. Amin menahan tawa, ia menyadari kalau Bu Minem memiliki badan yang besar dan gemuk. Jika Bu Minem bersembunyi di bawah ranjang yang kecil, otomatis ranjangnya akan sedikit terangkat. Karena kolongnya yang rendah.Amin segera masuk dan duduk si ruang tamu, tetapi ia melirik ke ranjang di sebelahnya yang sedikit bergerak. Dik, tadi Nenek bilang mau kemana? tanya Amin geli.Nenek bilang ada di bawah ranjang.Tapi nggak kelihatan? Dimana ya? ucap Amin menahan geli.Bu Minem yang berada di bawah ranjang menggerutu, mengapa cucunya polos sekali. Salah … salah, kenapa aku harus mengatakan padanya. Bu Minem menepuk kening, dia ingin keluar tapi malu.Rani!Ibu sudah datang! Teriak Rani kegirangan melihat sang ibu sudah pulang. Dia berlari, membantu ibunya membawa barang. Amin berdiri, mengangguk pada ibunya Rani.Lho, Bapak yang tadi siang makan di warung saya. Ada perlu apa ya?Maaf sebelumnya, saya mau menagih hutang atas nama Bu Minem. Beliau hutang di bank tempat saya bekerja, jelas Amin.Wanita di depan Amin terlihat kesal mendengar penjelasannya.Mak, keluar dari situ! Saat masuk rumah dia sudah heran mengapa emaknya bersembunyi, padahal ada tamu. Mendengar suara anak perempuannya, Bu Minem merangkak keluar. Wajahnya sudah memerah menahan malu.Ma-ma-maafkan Ibu, Ratna.'Akhirnya tahu juga, namanya Ratna,' bisik hati Amin kegirangan.Ini merupakan awal perkenalan Amin dan Ratna yang membuat kehidupan asmara mereka ditumbuhi bunga-bunga indah bermekaran.* * *Keesokan pagi, Amin bersiul saat mempersiapkan perlengkapan kerja. Min, kamu terlihat gembira hari ini? Ada apa? tanya Emak Amin. Biasanya putra bungsunya selalu diam dan kalem, tidak pernah menunjukkan kegembiraan. Serba datar. Bagi emaknya, hari ini adalah luar biasa.Mak, kalau misalnya Amin nikah lagi boleh nggak? Amin bersiul lagi sembari menuntun motor keluar rumah.Emaknya terperangah. Lekas menyusul Amin ke teras, menarik baju anaknya.Apa maksudnya? Ehhh, apakah anak Emak lagi jatuh cinta ya? Boleh-boleh, anak mana dia? Namanya siapa? Tapi, apa dia mau dengan anak Emak yang duda beranak dua? Pertanyaan Emak beruntun. Amin tersenyum, dia memahami kekhawatiran emak. Lalu mengangguk.Kamu mengangguk berarti wanita itu sudah tahu?! Teriak Emak menutup mulut yang ingin berteriak bahagia.Namanya Ratna, Mak. Dia juga janda, beranak satu orang putri kelas 3 sekolah dasar, tutur Amin. Binar matanya memancarkan kebahagiaan.Emak manggut-manggut, dia bahagia kalau anaknya bahagia. 'Tuhan, bantu anakku menemukan kebahagiaan,' doa Emak dalam hati.Kapan kamu menikahinya? tukas Emak yang tidak ingin anaknya kesepian. Dia merasa iba saat melihat Amin. Terkadang tanpa disadari melamun saat melihat putranya yang memiliki wajah sangat mirip dengan sang mantan istri.Amin terhenyakt mendengar pertanyaan Emak.Insya Allah tiga bulan lagi. Doakan Amin, Mak, biar lancar semua urusan, sahut Amin cepat.Tentu saja anakku," ucap Emak seraya mengusap kepala Amin saat putra bungsunya mencium tangan untuk pamit bekerja. '* * *Tiga bulan kemudian …Amin turun dari mobil pinjaman milik pamannya. Diiringi Bapak dan Emak di samping kiri dan kanan diikuti rombongan saudara di belakang. Dia melangkah tegap menuju rumah sederhana yang telah terpasang tenda pernikahan dihias dengan janur kuning dan bunga. Hatinya berdebar saat melihat kerumunan yang berkumpul di rumah. Amin menggenggam erat tangan Emak untuk mencari ketenangan. Emak pun mengusap tangan anaknya yang berkeringat.Inilah hari yang ditunggu-tunggu Amin. Hari dimana dia akhirnya bisa menyunting pujaan hatinya. Janda beranak satu, bernama Ratna. Masa perkenalan, pendekatan hingga pernikahan selama enam bulan. Kesederhanaan, sikap menerima, dan ketulusan Ratna mencintai putranya adalah salah satu alasan Amin meminangnya. Begitu pun sebaliknya, Ratna mau menerima segala kekurangan dan kelebihan Amin.Amin dan rombongan telah masuk ke rumah calon pengantin wanita. Menunggu sesaat pengantin wanita keluar. Kegaduhan suara ibu-ibu terdengar, kepalanya menoleh. Dilihatnya seorang wanita cantik berbalut setelan kebaya sederhana berwarna putih berjalan dengan anggun. Di sampingnya, ada seorang bocah perempuan yang berkebaya dan berwarna senada. Amin pun sedang menggandeng bocah berusia 10 tahun.Amin memandang wanita cantik yang telah resmi menjadi istrinya. Inilah wanitaku. Wanita yang akan menemaniku hingga akhir hayat. Mata kedua insan saling memandang dalam kabut kegembiraan.Bekerja sebagai debt collector telah membawanya menemukan cinta dan pasangan hidup. Meskipun jalan yang ditempuhnya berliku dan berkerikil, tetapi ada kebahagiaan yang telah menanti. Dibalik kesulitan selalu ada kemudahan yang tidak disadari manusia.Amin sangat bersyukur bisa menemukan kebahagiaan. Terima kasih Tuhan. Terima kasih pekerjaanku. Amin mengulum senyum, menggenggam erat jemari Ratna, dan bersiap mengarungi bahtera hidup yang terbentang di depan. Mentari pun bersiap menyambut dan menyinari hati manusia dengan kebahagiaan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan