
Azka menggaruk pelipis dengan gerakan canggung. Entah mengapa rasanya aneh sekali ketika Azka ingin menyebut namanya. “Ibu kenal kok.”
“Siapa?” kali ini Kanina yang bertanya. Wajahnya terlihat sangat penasaran. “Aku juga kenal, Kak?” Azka mengangguk. “Ih, siapa sih?” Kanina semakin tak sabar.
“Hanum.” Bukan Azka yang menjawab, melainkan Revan yang seketika membuat semua orang menatap padanya. “Calon istri Azka, ya, Hanum.”
“HANUM?!” Pekik Calista dan...
The Perfect Marriage
224
51
11
Berlanjut
Azka butuh calon istri untuk menghentikan perjodohan yang terus menerus ditawarkan Ibunya. Hanum butuh uang dalam jumlah yang besar untuk menyelamatkan adiknya. Tadinya mereka hanyalah dua orang teman, yang mulanya hanya bercanda saat mengobrol tentang pernikahan, tapi justru menikah tiga bulan setelahnya. Menikah dengan teman sendiri, tanpa cinta, ternyata tidak begitu buruk. Justru perlahan-lahan ada debar tak biasa yang mereka rasakan hingga pernikahan mereka terasa semakin menyenangkan. Mereka pun percaya jika cinta mulai bersemi. Mereka pun mulai yakin kalau pernikahan itu akan berjalan dengan sangat sempurna. Tapi ketika mereka nyaris percaya bisa saling mencintai, satu persatu kenyataan yang menyakiti hati mulai terungkap. Tentang Hanum yang telah memanfaatkan Azka, dan juga Azka yang ternyata… menyimpan nama seorang gadis di hatinya. Dan pada akhirnya, mereka mulai ragu satu sama lain.
4,392 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
The Perfect Marriage
Selanjutnya
Jealous Of Strangers [Part 4]
27
16
Cerita ini sudah tersedia versi ebook dan novel. Isinya sama seperti di Karyakarsa. Kalian boleh lanjut baca di sini atau di ebook guys. ___________________________________________
“Terus apa?” “Aku cuma mau memastikan kamu bisa mengurus anak-anakku dengan tangan yang terluka. Karena kalau nggak, biar aku yang urus anak-anak.” Lagi. Rere sedang menahan senyum mati-matian. Alasan macam apa itu? decih Rere di dalam hati. “Nggak perlu. Aku bisa urus anak-anak sendiri, seperti biasanya. Lagi pula… tangan aku cuma tersayat pisau. Sakit sih, darahnya juga keluar banyak, tapi aku nggak apa-apa.” Sejujurnya Rere tidak perlu memberitahu hal itu pada Leo. Tapi demi bisa melihat ekspresi khawatir Leo yang menandakan dia masih peduli, Rere sengaja menjelaskannya dengan sedikit menambahkan bumbu. Lihat saja bagaimana ekspresi panik di wajah Leo sekarang. Bahkan saking paniknya, Leo sudah melangkah cepat menghampiri Rere, menarik tangan yang Rere sembunyikan dan memandangi telunjuk Rere yang dibalut plester. Rere sampai mengerjap kaku dengan ekspresi terkejut.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan