
Mereka mulai menonton. Film komedi itu membuat tawa mereka sesekali pecah. Bahkan jika ada scene yang sangat lucu, Alma sesekali mengguncang-guncang tubuh Arka sambil tertawa.
Seperti kebiasaan lamanya.
Hanya saja, meski genre film itu komedi, namun ada suatu adegan di mana pemeran utamanya saling berciuman. Bukan hanya sebuah ciuman biasa, tapi ciuman panas dengan suara decap dan desahan yang memenuhi seisi kamar.
Raut wajah Alma dan...
Ada chapter baru minggu ini!
Garis Waktu
737
241
51
Berlanjut
[SKUEL DARI CERITA MENUNGGU] Alma Ilyas tidak pernah mengira jika ternyata Indra Alpha Siregar menjadi begitu penting dalam hidupnya. Lelaki yang usianya terpaut beberapa tahun di bawah usia Alma itu, mendadak berubah menjadi begitu mempesona di mata Alma, ketika dia sering kali datang berkunjung ke negara di mana Alma bekerja, hanya untuk menghibur Alma yang sedang merasa jenuh dengan hari-harinya. Mula-mula kedekatan mereka hanya selayaknya dua orang teman. Lalu entah mengapa, tiba-tiba muncul perasaan nyaman dan juga ketertarikan yang aneh. Ketertarikan yang membuat Alma menembus batas kehidupan yang selama ini selalu dia jaga. Mengarungi hubungan tanpa status yang membuat Alma merasa ketagihan. Tak peduli meski ada perbedaan keyakinan yang membentang tinggi. Mereka berdua memutuskan untuk melangkah bersama, tanpa syarat, apa lagi tujuan. Namun mereka sepakat untuk mengambil keputusan saat sudah merasa yakin satu sama lain. “Pokoknya, kalau bukan gue yang ikut lo, ya elo yang ikut gue.” Itu yang Alma katakan pada Indra setelah melakukan aktivitas ranjang yang menakjubkan. Saat itu, Indra hanya tersenyum senang dan mengangguk setuju sembari memeluk Alma erat. Hanya saja, ketika mereka nyaris tiba di penghujung jalan untuk mengambil keputusan, tiba-tiba saja Alma mendapatkan sebuah telepon dari nomer yang selama beberapa tahun ini tidak pernah muncul di layar ponselnya. [Al, gue butuh lo.] Begitu kalimat yang Alma dengar, hingga membuatnya bergegas pulang untuk menemui lelaki yang dulu pernah menjadi sahabat terbaik dalam hidupnya, sekaligus lelaki yang pernah membuat Alma patah hati dengan cara yang menyakitkan.
3,457 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Garis Waktu
Selanjutnya
Distance [Tiga Belas | Melepaskan Topeng]
16
6
Pintu kamar terbuka dengan tiba-tiba. Wajah Fani menoleh lambat ke sana. Lalu dia menemukan Reinald berdiri di sana. Napasnya tersengal, matanya yang menyimpan khawatir menatap lekat. Namun Fani hanya diam memandang, seolah keberadaan Reinald bukan sesuatu yang mengejutkan atau sesuatu yang dia nantikan. Sorot matanya… bukan lagi hampa, namun seolah tak bernyawa. Reinald mendekat. Langkahnya lambat, namun matanya tak melepaskan Fani sedetik pun.Perlahan-lahan tubuhnya duduk di tepi ranjang. Dia masih belum bicara, hanya matanya saja yang mengamati sekujur tubuh Fani. Dari cara Fani memandangnya, cara Fani duduk dan memeluk dirinya sendiri, Reinald merasa istrinya begitu rapuh. Belum pernah selama ini Reinald menemukan Fani dalam keadaan seperti ini. Hatinya seketika dihantam perasaan sesak yang menyakitkan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan