
“Ya Allah, sempurnanya,” komentarnya setelah aku selesai ‘bertempur dengan alat panas’ versi Galindra.
Aku baru beres menyisir rambutku dengan jari-jari, tetapi dia sudah membawa ujung rambutku ke hidungnya, lalu meringis. Aku tertawa. “Bau gosong, ya?”
Galindra nyengir.
“Orang nggak sabar. Kan, belum disemprot parfum rambut.”
“Oalah.” Dia menepuk keningnya. “Masih sering lupa kalau rambut juga ada parfumnya.”
1,450 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
her heart, rewritten || chapter ten
1
0
“Dora, aku nggak berniat gimana-gimana,” ucapan Dika membuatku kembali ke realita hari ini. “I don't want this actually. Tapi aku juga nggak mau kamu terlalu mikir yang gimana-gimana, jadi, let’s make it clear now.” Aku mengernyitkan kening.Menyiapkan diri akan kemungkinan buruk yang ada di depanku.“Emilia udah cerita semuanya—”“What?” Aku tersedak dan menepuk-nepuk dadaku. Berusaha menelan kata-katanya yang terasa mustahil dicerna.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
