
MALAM YANG PALING MENAKUTKAN ADALAH MALAM PALING SUNYI SENDIRI SAMPAI KAU MAMPU CIPTAKAN HENING
Cerita tentang bagaimana tokoh Aku menemukan malam yang paling menakutkan.
Apakah kau ingat saat aku bercerita tentang lagu Ketika mereka mulai beranjak keluar rumah. Mungkin kau ingat, mungkin juga tidak. Aku selalu membagikannya di sosial media di akhir tahun 2020. Jika kau tak ingat, aku bisa menceritakannya lagi kepadamu nanti.
Di tahun itu juga, kepalaku selalu memiliki bayangan tentang kamarku kelak atau kamar dalam rumahku nantinya berbentuk seperti apa. Kamar seperti seorang penulis hebat, pustakawan, atau seniman. Di dalamnya lebih banyak buku, kertas dan lukisan. Ada satu meja panjang, kursi di dekat meja itu, rak buku besar di kanan kiri tembok, kaca besar di seberang meja, dimana aku bisa melihat apapun di depan sana dan sofa merah untukku membaca bersamamu.
Waktu ketika mereka mulai keluar rumah satu per satu adalah waktu ketika ketakutanku mulai muncul. Waktu ketika aku ditinggal berdua bersamanya. Ketakutanku bisa menciptakan kekuatan baru yang berasal dari tidak bergunanya diriku yang muncul ketika malam. Kekuatan yang mampu membuatku menciptakan hening dan merasakan sunyinya malam.
Telingaku lebih peka setelah kekuatanku itu muncul. Seseorang yang berjalan di depan rumahku, suara aliran sungai, suara motor yang memperlihatkan kegagahannya di jalan raya, suara pikiranku yang melampau tahun, hingga suara kesakitannya. Suara seretan kaki di lantai, sura tangan yang sering mencakar-cakar tembok atau tubuhnya, racauannya yang tiba-tiba terdengar di tengah malam. Juga malam itu membuat ingatanku kembali ke rambutku yang tak boleh basah, kau selalu berpesan jika rambutku basah tanpa keramas akan membuat rambutku bau. Saat itu juga aku selalu buru-buru untuk melihat ponselku yang sering ku cek berkali-kali hanya sekadar melihat pesanmu yang lain.
Setelah mendengar suara itu, aku sering kali ingin cepat-cepat pergi dari rumah, menanamkan pikiran bahwa tidak akan ada yang terjadi padanya. Elakanku itu hanya usahaku lari dari waktu, dari rumah, dari malam yang berharap segera pagi. Dan aku sering kebingunan harus melakukan apa.
Di sisi lain, aku juga ingin pergi dari rumah atau sekadar ingin mencari arti rumah sebenarnya di luar sana. Tapi terlintas dalam pikiranku, aku ingin pulang, istirahat, terlalu banyak hal-hal membosankan di luar sana, terlalu rumit dan ramai untuk telingaku yang sering mendengarkan percakapan-percakapan tak penting.
Alasan lain kembali ke rumah, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian. Di sela-sela pencarianku tentang rumah, ia adalah arti sebenarnya rumah. Merawat rumah adalah merawat ibu dan bapak adalah tembok-tembok yang menopangnya. Mereka mulai menua dan aku mulai khawatir akan sesuatu terjadi pada mereka di setiap detik ke depannya, aku tak ingin waktu terbuang sia-sia tanpa mereka.
Lagu-lagu yang tak kau ingat itu, yang ku dengarkan berkali-kali dimana pun, yang ku bawa melewati jalan layang, yang menyala di earphone, yang ku dengar di kamar mandi, atau nantinya di kamar yang ku cita-citakan, di setiap malam yang sunyi yang telah ku lewati berdua dengannya ternyata sebuah tanda-tanda kepergian yang tak akan lama lagi datang. Aku tak sadar hal-hal itu dan tak seorang pun bisa sadar kapan akan terjadi. Kau bisa mendengarkannya di barisan kedua, keempat, dan kelima, dan lagi jika kau ingat lagu itu.
Kau ingat? Ketika aku memanggilmu dari ponselku dan berkata segalanya baik-baik saja. Itu kebohongan belaka.
Bodohnya aku merangkai-rangkai kata yang akan terjadi sedetik kemudian. Aku kehilangan merayakan hari paling raya yang membosankan berdua. Tak ada panggilan dariku untuknya di tengah malam ketika aku pulang
Sampai aku tiba pada sendok pertama untuk yang terakhir kali dan waktu bersamanya yang terakhir.
Dari malam ke malam aku tersadar, bahwa keterbatasan tubuhnya yang mulai menua, tidak menjadikan ia berhenti berpikir. Ia selalu ada pada pikirannya tentang kebaikan dengan sesame. Rambut putih yang seharusnya muncul pada orang seusianya, tak banyak mendominasi rambut hitamnya. Keterbatasan kesehatannya, kondisi tulang belakangnya yang tak lagi baik, pikiran yang tak lagi pada sama pada saat usia mudanya bukan lagi hambatan untuk mengajarkan sesuatu kepada anaknya. Selalu ada pelajaran dari perkataannya yang secara tidak sadar diterima oleh anak-anaknya.
Aku senang mereka datang, jantungku ingin tertawa bahagia dengan hangat. Kesunyian yang dingin, mereka buat hangat dengan api unggun kedatangan. Bersyukur di minggunya yang terakhir mereka datang. Sebagaimana mereka telah tumbuh dan datang kembali untuk membalas energi yang telah dikeluarkannya ke dunia. Di antara harinya, ia mengingat langit dan bumi. Memanggil Sang Kasih.
Setelah itu, setelah malam yang paling menakutkan yang mana kau mampu ciptakan hening dan merasakan sunyinya malam, aku dan mereka merasakan ruang yang tumbuh berupa kesunyian dalam jantung yang tidak kita bicarakan satu sama lain. Dan mungkin setelah malam itu, malam-malamku berikutnya semakin menakutkan.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
