Keep Moving Forward!
Shingeki no Kyojin atau AOT menjadi salah satu anime populer decade ini. Karya dari Hajime Isayama ini secara tegas membawa tema kebebasan. Namun manga garapan Isayama ini mendapatkan beberapa kritik keras akibat akhir dari manga yang dia buat. Mereka, orang-orang yang mengaku fans AOT atau sebatas pembaca manganya dan menonton animenya berpendapat bahwa ending cerita AOT justru tidak menggambarkan kebebasan sama sekali dan sebagian mengkritisi perubahan watak karakter yang terlalu dipaksakan di akhir. Di sini gua mencoba membahas kritik pertama tentang AOT yang tidak merepresentasikan arti kebebasan. Jadi apakah Hajime Isayama gagal menggambarkan kebebasan di dalam karya terbesarnya tersebut?
Kenny Ackerman mengatakan saat sebelum kematiannya sembari membayangkan kehidupan yang telah dia lalui,
I don't want to die and I wanted power. But, I think I understand why he did it, after all this time, everybody i have met was all the same. drinking, women, worshiping god, even the king, dreams, children, power. Everyone had to be drunk on something to keep pushing on. Everyone was a slave to something. Even him!
Sayangnya apa yang dikatakan Kenny ini lebih merepresentasikan dirinya sendiri dan bukan tentang semua orang. Kenny secara tidak langsung menolak kebebasan itu sendiri dengan melihat bahwa status bebas dalam diri seseorang tidak dimungkinkan sebab mereka selalu terikat dengan suatu motif entah itu personal ataupun eksternal. Kenny dalam konteks ini adalah representasi para fans AOT yang menganggap bahwa manga atau anime ini gagal membawa nilai kebebasan itu sendiri. Lebih tepatnya mereka tidak pernah mengerti apa arti kebebasan yang sebenarnya.
Orang yang tidak bebas sering kali disebut budak. Bagi Zizek dan Han justru di era sekarang, era kebebasan inilah manusia semakin susah untuk bebas dibandingkan 50 tahun lalu ketika istilah freedom of choice atau freedom of speech belum sepopuler sekarang. Zizek secara langsung mengatakan bahwa karena manusia zaman ini terbiasa hidup di era kapital-liberalisme seperti sekarang, justru membuat mereka kehilangan arti sesungguhnya dari kebebasan. Pemahaman mereka tentang kebebasan hanya sebatas status personal dan social, freedom of choice dan freedom of speech. Zizek menolak kebebasan sebatas status sebab makna dari kebebasan seharusnya adalah ‘membebaskan’ (liberating) secara radikal dan membebaskan tidak pernah didahului oleh lebih banyaknya pilihan atau lebih banyak ruang untuk bersuara. Sehingga bagi Zizek kebebasan sebaliknya justru menyakitkan dan terkesan memaksa seseorang untuk memilih dalam keterbatasan pilihan. Di saat individu memutuskan pilihannya di saat yang sama perubahan radikal mengikutinya.
Han Byung Chul juga meyakini hal yang sama seperti Zizek. Orang-orang di era Neoliberalisme seperti sekarang tidak hanya menganggap kebebasan sebagai status biasa akan tetapi status absolut. Seperti halnya, seseorang akan mempunyai kebebasan lebih jika dia bisa membeli lebih banyak, memproduksi lebih banyak, dan menkonsumsi lebih banyak. Maka jika gua hanya bisa membeli satu jenis hal dibandingkan teman gua yang bisa membeli sepuluh hal sekaligus berarti kebebasan teman gua lebih absolut dari gua, gampangnya gua belum bebas atau tidak bebas. Status absolut kebebasan juga digambarkan dalam arti bebas dari masalah atau tujuan (free of purpose) sehingga kebebasan individu selalu dibayangkan sebagai kesendirian total yaitu sosok individu yang sadar dirinya tidak sedang dipengaruhi atau terikat dengan sosok yang lain teman, orang tua atau orang lain. Akan tetapi kebebasan bukanlah mengisolasi, melainkan membebaskan dan melepaskan dari belenggu. Sehingga kebebasan di sini adalah perubahan (secara radikal) dan hal itu hanya bisa dicapai melalui hubungan kita dengan yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, para fans AOT yang menganggap seri manga-anime ini gagal dalam menggambarkan kebebasan sebenarnya justru mereka sendiri yang sudah terhegemoni oleh kebebasan konsumtif ala Neo-Liberal kapitalis. Mereka terlahir di era kebebasan yang tidak lagi diperjuangkan melainkan diperjual-belikan.
Berikut sebagian contoh nilai kebebasan yang membebaskan dan bisa ditemukan di dalam seri AOT:
Levi-Erwin
Terdapat kabar bahwa para Ackerman mampu membuka tingkat kemampuan melampaui manusia biasa jika mereka mengasosiasikan diri mereka ke pada sosok tertentu atau dalam artian lain ketika mereka merasa terikat dengan sosok yang lain secara mendalam. Kabar ini selalu diartikan sebagai relasi tuan-budak oleh mereka. Hal tersebut selalu dikaitkan dengan fakta bahwa meskipun Levi adalah prajurit terkuat namun justru dia lah yang paling merasa kehilangan. Sehingga bagi mereka (kritikus tanpa landasan teori dan metodologi) Levi adalah sosok yang kalah dan menderita karena dia tidak bebas sampai akhir kisah AOT.
Tentu saja cara pandangan tersebut ngawur dan hanya dilihat dari sisi pesimisme belaka. Seperti kata Kenny, kepribadian Levi sebelum bertemu Erwin dan masih tinggal di kota bawah tanah selalu ingin mendapatkan apa yang dia mau, tentu saja demi dirinya dan temannya bahkan dia tidak takut dengan segala aturan sebab apa yang dia inginkan hanya hidup tenang tanpa gangguan. Momen pembebasan Levi dimulai ketika temannya (Furlan dan Isabel) mati dan kemampuan bertarungnya yang selalu dia andalkan tidak bisa menyelamatkan mereka. Hal itu karena Erwin, Komandan itulah yang membebaskan Levi dari tenangnya kehidupan lama di bawah tanah dan kebergantungan terhadap kemampuan bertarungnya. Erwin secara tegas mengatakan bahwa kehidupan Levi tidak selalu tentang dirinya, ada faktor lain yang sebelumnya belum Levi bayangkan (Titan sebagai contoh). Erwin lalu mengajak Levi untuk tinggal dan bertarung bersama pasukan pengintai. Pada saat itulah Levi memutuskan untuk tinggal dan bertarung melawan Titan yang secara radikal mengubah cara Levi melihat dunia di sekitarnya.
Mikasa-Eren
Mikasa juga seorang Ackerman oleh karenanya mendapatkan tuduhan yang sama seperti Levi. Dalam kasus ini Mikasa butuh sebuah inang untuk hidup, mereka menganggap inang Mikasa adalah Eren. Mereka akan mengatakan bahwa Mikasa telah terbebaskan di momen dia memotong kepala Eren pada bagian akhir manga. Akan tetapi Mikasa sudah jauh sejak awal membebaskan dirinya dari setiap pilihan di depannya terutama menyangkut Eren. Alasan utama Mikasa ikut pasukan pengintai kata dia adalah agar bersama Eren termasuk melindunginya. Meskipun faktanya Mikasa tidak pernah setuju keputusan Eren untuk bergabung pasukan pengintai, Eren juga selalu memaksa Mikasa untuk tidak mengikutinya. Lantas apakah relasi Mikasa-Eren bekerja layaknya budak dan tuan?
Tentu saja bukan. Terlepas bahwa Zeke pernah mengatakan bahwa terdapat semacam cinta kita coba untuk tidak membahasnya dulu. Mikasa selalu di dalam perubahan radikalnya sebab dia tidak melihat Eren sebagai sosok yang memberi pilihan akan tetapi Eren adalah sosok yang memaksa Mikasa untuk menentukan. Semua itu jelas digambarkan pada saat Mikasa diculik dan Eren berusaha menolongnya. Di saat Mikasa ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa, Eren berkata “Fight! You must fight! If you win, you live. If you lose, you die. If you don’t fight, you cant win!”. Eren yang hampir kalah dari salah seorang pencuri tiba-tiba diselamatkan Mikasa yang dengan cepat membunuh pencuri tersebut. Alih-alih sedari awal berlindung dan bergantung kepada Eren, Mikasa sadar bahwa hal tersebut tidaklah cukup mengetahui bahwa Eren pun juga akan mati jika dia hanya berdiam diri. Mikasa tidak hanya memilih untuk hidup, tetapi yang paling penting dia memilih untuk bertarung. Karena Mikasa masih akan hidup meskipun tidak bertarung dan memilih untuk kabur. Pada saat itulah Mikasa tidak hanya mengalahkan si penculik, Mikasa juga mengalahkan Eren dengan membebaskan dirinya, dengan menentukan pilihannya dan tidak serta merta mengikuti segala ucapan maupun perintah Eren.
Mereka akan bilang bukannya Mikasa dalam posisi itu sedang mengikuti perkataan Eren? Tentu bukan, jangan memutar balik sebab-akibat. Mikasa memutuskan bertarung karena dia ingin hidup bukan karena Eren. Eren memaksa Mikasa untuk menentukan, namun Eren tidak punya kuasa dan pengaruh pilihan mana yang akan Mikasa ambil, karena sekali lagi, Mikasa masih bisa hidup tanpa harus bertarung yaitu dengan kabur dan meminta bantuan orang lain.
Eren-Freedom
Kemudian sasaran utama kritik terhadap AOT yaitu tentang Eren dan kebebasan. Banyak dari mereka mengatakan bahwa Eren tidak pernah bebas, dikendalikan kebencian dan semuanya hanya untuk balas dendam, sekalipun jika ada kebebasan, Eren bagi mereka telah diperbudak konsep kebebasan itu sendiri. Ujung-ujungnya mereka akan mengatakan “Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely.” Apakah tidak ada quote yang lain, lagipula kita tidak lagi hidup di dalam disciplinary society. Terlepas dari itu, kritik mereka terdengar dangkal dan malas untuk melihat persoalan lebih substansial tentang kebebasan. Lalu bagaimana Eren bisa dikatakan bebas dalam artian mampu membebaskan dirinya?
Terdapat banyak sekali contoh yang bisa dijelaskan mengenai Eren di dalam AOT sejak dia kecil sampai panel terakhir manga. Tapi salah satu yang berkesan adalah ketika Eren bertemu Zeke dan Ymir setelah kepalanya tertembak Gabbi. Pada keseluruhan panel cerita di situ, Eren menunjukkan bahwa dirinya tidak pernah dipengaruhi Ayahnya ataupun punya misi yang sama. Meskipun beredar teori tentang Eren yang mampu melihat masa lalu ataupun masa depan. Namun tetap saja teori tersebut tidak pernah bisa menjelaskan mengapa Eren memilih pilihannya dari pada kemungkinan lain yang ada. Singkatnya meskipun teori tersebut memperlihatkan semua pilihan yang tersedia, bukan berarti teori itu tahu isi atau konten utama mengapa salah satu dari pilihan yang tersedia lebih baik dari yang lain bagi sosok tertentu. Apa yang bisa mereka lakukan hanyalah mencocokkannya dengan tindakan selanjutnya karakter akan lakukan atau hasil akhir cerita.
Kembali ke cerita, Eren tidak bisa berbuat banyak sebab telah membohongi kakaknya dan Ymir lebih memilih Zeke karena dia keturunan kerajaan. Eren mencoba melepaskan diri menuju Ymir, dimana di saat yang sama Zeke menyuruh Ymir untuk membinasakan kaum Eldia dengan membuat mereka tidak lagi bisa berkembang biak. Pada saat itulah Eren memahami apa yang diinginkan Ymir daripada sekadar mengikuti perintah darah bangsawan, yaitu pembebasan. Sehingga langkah pertama untuk bebas adalah memutuskan pilihan seperti yang Eren katakan kepada Ymir,”Kamu bukanlah Tuhan, kamu juga bukan Iblis, kamu itu manusia, maka tentukanlah!” Eren tidak hanya membebaskan Ymir dari relasi dialektis Tuan-budak (Master-slave dialectic) di dalam dirinya untuk menjadi sosok yang menentukan untuk pertama kali, Eren juga membebaskan dirinya karena menurut pandangan masa depan yang sempat dia lihat tentang pembunuhan massal, dia tetap memilih melakukannya. Tentu saja pasti ada pilihan yang lain, akan tetapi Eren memilih yang satu itu.
Para kritikus kebebasan mungkin akan mengatakan, bukannya memang tidak ada pilihan yang lain karena memang sedari awal tujuannya untuk menghancurkan musuh? Tentu saja tidak. Dengan kekuatan sebesar itu pastinya banyak hal yang mampu dilakukan, tidak hanya soal membunuh atau berkuasa. Dia ingin terbebas dari relasi baik-buruk, benar-salah, korban-pembunuh, dan tentu saja tuan-budak. Sehingga dalam konteks ini mengapa Eren tidak mau mengikuti kakaknya karena Zeke berada di dalam hubungan tuan-budak, Zeke beranggapan sebagai korban karena telah dilahirkan sebagai Eldian berdarah titan sekaligus sebagai Tuan yang bertanggungjawab untuk mengakhiri semuanya. Sedangkan Eren merasa tidak pernah mempunyai hubungan dengan hal semacam itu, sebab dia bebas, sebab dia telah terlahir di dunia ini dan akan terus melangkah ke depan.
Kesimpulan
Dari sini bisa terlihat kalau kebanyakan orang menganggap AOT sebagai seri yang gagal khususnya dalam konteks ini tentang tema kebebasan adalah mereka yang tidak punya referensi bacaan tentang arti dari konsep tersebut (kebebasan), mereka hanya menganggap diri mereka memahami kebebasan berdasarkan apa yang mereka dengar setiap hari entah dari mana pun. Mereka juga terkesan hanya bergantung pada cocoklogi dan kurang dalam pendalaman serta penggunaan metodologi berpikir untuk menganalisis suatu persoalan. Akibatnya tidak ada narasi yang dibangun untuk menunjukkan posisi mereka serta menjustifikasi apa yang mereka yakini. Orang-orang seperti ini pada akhirnya hanya melempar satu-dua kalimat yang dia anggap benar tanpa ada argumentasi yang diandalkan di belakangnya. Di era dimana kebebasan tidak lagi dipertanyakan sebab sudah menjadi status dasar sejak lahir, di saat itulah waktu yang tepat untuk mempertanyakan lagi apa arti kebebasan yang sebenarnya.
Untuk AOT sendiri, anime ini memang membahas banyak hal tapi dalam pembahasan kali ini, gua meyakini konsep ‘kebebasan’ menjadi tema utama yang sejak awal sampai akhir serinya begitu kental digambarkan oleh pengarangnya. Lalu hal penting yang harus digaris bawahi di sini adalah kebebasan berdiri di dalam dirinya sendiri dan itu semua bukan lagi tentang baik dan buruk atau segala bentuk nilai lainnya. Jika seseorang mencoba memahami kebebasan dengan mencampurnya dengan moralitas maka sebenarnya kamu sejak awal sudah tidak bebas. Kebebasan adalah seni pembebasan (art of liberation) dan bukan tindakan untuk nilai moralitas seseorang.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰