
Hari pertama memberikan first impression yang jelek bagi Zora Darata, 16 tahun, atlit taekwondo perempuan sejak SMP, terhadap salah satu senior yang melatihnya di klub taekwondo di SMA barunya.
Senior itu bernama Dastan. Zora benci dengan imej sok cool dari senior tersebut.
Zora, kelas 1 SMA. Usia 16th. Sedari TK ia sudah mengikuti bela diri, yaitu taekwondo. Kelas 1 SMA merupakan masa transisi dari yang masih kekanak-kanakkan menjadi mulai dewasa. Dan di usia 17 nanti, adalah usia yang pas untuk mengukuhkan jati dirinya. Dia sudah sangat terbentuk karakter dan mindset akan kehidupan. Dialah, Zora Darata.
Hari ini, adalah hari terakhir Zora menyimak. Ia duduk di dalam gumulan para siswa baru di lapangan sekolah. Duduk sila ialah posisi terenak untuk bersantai di bawah terik matahari. Jam sekolah sudah menunjukkan pukul 10. Entah itu termasuk pagi atau siang, yang jelas, matahari sudah tak ramah baginya.
Zora, mengikuti kegiatan orientasi siswa baru, yang didampingi oleh para senior tingkat dua dan tiga. Hari terakhir yang cukup melegakan karena ia sudah tak sabar untuk segera mengakhirinya. Ia teramat sangat bosan dari hari pertama hingga akhir.
Sebelum kegiatan hari ini selesai, saatnya mereka mengisi formulir ekstrakurikuler. Dengan cermat mata Zora menelisik satu persatu yang tertulis di kertas itu. Taekwondo. Dengan segera ia mencentang pilihan itu. Kegiatan mana lagi yang ia sukai selain kegiatan itu. Taekwondo.
Zora mengisi dengan ceria. Mimik antusiasnya sangat terlihat di depan teman kelompoknya. Ya. Masa orientasi siswa adalah masa dimana para siswa baru dikumpulkan lalu dibagi menjadi beberapa kelompok.
"Kamu pilih apa, Zora?" tanya teman barunya itu, Tita.
"Jelas taekwondo," jawab Zora.
"Wajahmu seneng banget," timpal lainnya, Mina.
"Hehe... Kalian pilih apa?" Zora tanya balik.
"Aku ikut science club aja," jawab Mina.
"Sepertinya musik asik, nih," susul Tita. Zora cukup amaze dengan pilihan dua teman kelompoknya itu. Cukup keren didengar ketimbang kegiatan Zora, beladiri.
Setelahnya, mereka menjadi teman dekat di sekolah.
***
Kegiatan MOS sudah berakhir. Hari ini adalah hari pertama pelajaran dimulai. Rupanya, Zora dan dua teman kelompoknya, Tita dan Mina, beda kelas. Sejak hari pertama MOS hingga sekarang, kekompakan mereka sangat terlihat. Bahkan saat kompetisi antar kelompok, mereka berhasil menjadi pusat perhatian. Mereka dikenal sebagai trio ter-gercep dalam memenuhi semua target pada daftar kegiatan MOS. They did build a long term memory in a good phase.
Hari ini pula, saat jam pulang, setiap siswa baru akan digiring ke ekstrakurikuler masing-masing. Zora ke taekwondo, Tania ke klub musik, Mina ke klub science.
***
Zora memasuki area olahraga yang tergabung dengan berbagai klub cabang olahraga. Ada basket, voli, taekwondo, dan karate. Untuk kegiatan badminton, ada tempatnya sendiri.
Zora datang lalu duduk sila di sebelah teman satu klubnya. Ia belum kenal dengan teman-teman klubnya. Seorang senior sedang menjelaskan terkait peraturan dan jadwal kegiatan. Zora menyimak dengan baik. Lalu senior tersebut mengenalkan satu persatu yang akan turut mendamping saat akan latihan nanti. Dari semuanya nampak ramah, tersenyum menyambut juniornya, hanya satu yang terlihat tegas namun kaku. Seakan selalu merapatkan rahangnya agar setiap sisi tulang pipinya terlihat. First impression isn't nice, untuk Zora.
Rupanya, jumlah siswa baru yang memilih taekwondo tidaklah banyak. Dapat dikatakan banyak saat digabung dengan kelas 2. Di sesi ini, setiap siswa baru memperkenalkan diri. Kini giliran Zora. Saat Zora memperkenalkan diri, entah mengapa para senior memberikan ekspresi yang aneh. Ada yang sinis, takjub, terkejut, dan cuek. Tak sedikit dari satu-dua senior yang hanya tersenyum ramah. Zora menyadari aura itu, tapi ia tak peduli. Ia ikut dalam kegiatan ini hanya satu tujuan, memaksimalkan passion-nya.
***
Hari Jumat setelah jam sholat Ashar selesai, saatnya Zora berkegiatan ekstrakurikuler taekwondo. Ia mengenakan sabuk hitam. Teman sesama siswa baru sedikit terkejut, bahkan ada yang tak segan bertanya, "Kamu sudah sabuk hitam?" Zora hanya mengangguk dan tersenyum getir. Ia tak ingin terlalu mencolok di antara newbie tapi juga tidak bisa menutupi kebenaran akan dirinya.
Tiba-tiba salah satu senior bernama Rio memanggilnya, "Zora, maju ke depan." Rio adalah ketua klub tersebut. Ia dikenal ramah, dan ia salah satu yang menyambutnya dengan senyuman ramah saat hari perkenalan klub. Zora pun mengikuti arahan Rio. Ia berdiri di depan teman-teman satu klub.
"Zora sudah di level sekarang, berarti sudah lumayan fasih, ya?" tanya Rio. Zora menjawab iya. Tak disangka, di awal kegiatan, Rio meminta teman setingkatnya, Dastan, untuk tanding percobaan. Sabuknya sudah yang paling tinggi. Seketika Zora keberatan.
"Maaf, Mas. Ini kenapa saya disuruh tanding, ya?" tanya Zora kepada Rio. Selain keberatan karena ini adalah hari pertama kegiatan, tapi juga karena Zora sudah mendapatkan kesan pertama yang tidak baik terhadap Dastan. Zora tidak suka ekspresinya. Sangat menghindari karakter cowok seperti ini. Tapi sepertinya Rio memaksa untuk memulai pertunjukkan. Ia dengan lancang memasangkan headguard merah di kepala Zora. Sedangkan Dastan, dengan sadar memasangkan headguard-nya sendiri. Zora menolak, tapi sepertinya lawan di depan sudah siap untuk menyerang.
Shoot! Kaki kanan Dastan melayang ke arah Zora. Zora reflek menghindar. Teman-temannya yang menonton takjub dengan gerakan reflek Zora yang bagus. Para senior juga tak sedikit yang mulai bersorak melihat mereka berdua bertanding. Zora hanya terus melakukan pertahanan. Kini giliran ia menyerang Dastan. Zora tak sedikit pun mengenai Dastan. Gerakan reflek seniornya itu juga cukup bagus. Pertandingan permulaan berakhir, disambut dengan tepuk tangan yang meriah. Kening Zora diselimuti keringat. Ia melepas headguard-nya sembari menatap wajah Dastan. Wajah Dastan sama sekali tidak menunjukkan perubahan ekspresi yang signifikan. Monoton dan membosankan.
***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
