
Gulf kini berjalan keluar dari dalam kamar sambil menggendong Anan di tangannya. Gulf berjalan menuju ke arah ruang tamu rumahnya. Sesampainya Gulf di sana, Gulf langsung tersenyum dan menyapa Baby Sitter baru itu.
"Maafkan aku, karena aku telah membuat bibi menunggu lama." Ucap Gulf
"Tidak apa-apa, Khun."
“Aku harus mengurus Anan tadi sebelum keluar dari dalam kamar.”
“Begitulah sibuknya orang tua yang memiliki anak kecil di pagi hari. Kita terkadang melupakan sesuatu yang akan kita lakukan dan lebih mendahulukan anak kita terlebih dahulu.”
E12
Author Point Of View On
Mew kini sedang menindih tubuh Gulf yang sedang tengkurap di atas kasur. Mereka berdua kini sedang berada di dalam kamar dan sedang dalam keadaan telanjang.
“Apakah tubuhku terasa berat?” Tanya Mew
“Apa perlu aku menjawabmu beruang besar?”
“Hehe..”
Mew menindih Gulf sambil terkadang memainkan salah satu telinga Gulf dengan bibirnya.
“Euhmm Mew...” Desah Gulf.
Mew tersenyum ketika melihat wajah Gulf yang seperti menikmati permainannya. Mew menciumi pipi Gulf berkali-kali dan berusaha merangsang Gulf.
Cupppp...
Cupppp..
“Hentikan, pipiku akan memerah nanti!” Ucap Gulf yang sedikit merasa kesal.
“Pipi dan juga telingamu sudah berwarna merah, sayang...” Ucap Mew
Mew melihat pipi dan juga telinga Gulf kini mulai memerah. Gulf langsung menyembunyikan wajahnya di bantal dan menutupi kedua telinganya dengan tangannya.
“Sayang...”
“Diam Mew! Kamu membuatku bertambah malu sekarang!”
“Ahahaha, kita menikah sudah hampir dua tahun, tapi kamu masih saja merasa malu.” Ucap Mew.
Gulf kini membalikkan kepalanya dan menatap ke arah Mew dengan tajam. Dia berusaha menutupi rasa malunya itu.
“Malam ini kamu pasti akan jatuh tertidur lebih dulu.” Ucap Mew sambil berbisik di telinga Gulf.
"Kamu yang lebih dulu akan jatuh tertidur karena kelelahan! Kamu masih berusia muda tapi tubuhmu sudah tua!!" Ucap Gulf yang sedikit menghina Mew.
"Apa kamu sedang menantang aku saat ini?"
"Hmm.." Ucap Gulf
Mew kini menegakkan tubuhnya lalu membalik tubuh Gulf dan mengungkungnya. Mew mencium pipi Gulf lalu turun ke ceruk leher Gulf.
“Ehmmppp....”
Mew mencium sudut bibir Gulf lalu mencium bibir Gulf serta melumatnya. Gulf yang baru saja menghina Mew kini terbawa ke dalam permainan itu. Gulf mengalungkan kedua tangannya ke leher Mew.
"Eungghhhh...." Lenguh Gulf
Mew lalu menciumi dada Gulf dan memberikan kissmark disana. Tangan kanan Mew memegang dada Gulf dan memainkan salah satu nipple Gulf sambil sesekali meremasnya. Nafas kedua orang itu saling bersaut-sautan menahan nafsu yang tak dapat terbendung lagi.
"Mew, ja-jangan dulu! AAH!!" Desah Gulf karena salah satu tangan Mew menyelusup masuk ke dalam celana Gulf dan mulai memegang juniornya.
“Kenapa sayang hm?”
“Aku be-belum siap!”
Mew yang paham menarik kembali tangannya. Mew kini menarik Gulf dan menegakkan tubuhnya lalu membawa Gulf ke dalam pangkuannya. Mew terus meraba tubuh Gulf sampai Gulf merasa panas. Mew juga meraba dan terkadang meremas kedua puting Gulf secara bergantian.
“Aku akan membuatmu bertambah panas lebih dari ini.” Ucap Mew
“Hmmm....”
Mew kini menidurkan Gulf kembali. Mew duduk di antara kedua kaki Gulf lalu membuka celana Gulf dengan kasar.
"Isshhhh pelan-pelan nanti celanaku robek!" Ucap Gulf dengan sedikit rasa kesal.
"Aku akan membelikannya yang baru, sayang! Tenanglah!"
"Jangan lupa pakai kondom!"
“Nggak usah!”
“Mew, Anan masih kecil!” Ucap Gulf
"Hmmm..."
Mew lalu mengambil kondom di laci yang berada di sebelah tempat tidur mereka berdua itu. Setelah itu Mew lalu menekuk kedua kaki Gulf dan melebarkannya. Mew menundukkan kepalanya dan melakukan blowjob pada junior milik Gulf dan melakukan perenggangan pada lubang anal Gulf dengan ketiga jarinya.
"SShh.. ti-tidak bisakah kamu melakukannya satu per satu? Ini sa-sangat Ahhhh.."
"Aku tidak sabar jika melakukannya satu per satu. Jadi mendesahlah dan nikmati saja!"
Mew terus melakukan blowjob dan juga perenggangan sampai Gulf mencapai klimaks. Setelah mencapai klimaks, Gulf malah merasa lemas sekarang.
"Aghh... Ahhh..." Gulf kini sedang merasa di awang-awang sekarang.
Mew langsung memakai kondom yang tadi dia ambil dari dalam laci lalu kemudian memakaikannya ke juniornya yang telah menegang. Junior milik Mew telah menegang hanya karena mendengar suara desahan dari Gulf. Setelah itu Mew memasukkan miliknya yang telah menegang itu ke dalam lubang anal Gulf.
"Mew.. Mew.. tunggu se- AHH!"
Mew hanya tersenyum ketika melihat Gulf terlihat sangat panik saat Mew memasukkan adiknya, lalu beberapa detik kemudian setelah adik Mew dimasukkan, Gulf kini memejamkan kedua matanya lalu menikmati gerakan adik Mew yang kini sudah berada di dalam tubuhnya.
“Eungh Mew...”
Mew mulai menggerakkan miliknya dengan perlahan-lahan, lalu setelah merasa Gulf mampu menyesuaikan diri, Mew lalu menggerakkan miliknya dengan cepat.
"Kamu! Empp.. benar-benar i-ingin membuatku hmmpp.. tidak bisa berjalan ya besok?”
"Kamu yang menantang aku terlebih dahulu, sayang!"
"Tcchhh..."
Entah berapa ronde yang mereka lakukan dan berapa lama durasi waktu yang mereka habiskan untuk saling memuaskan satu sama lain. Yang jelas mereka baru tertidur jam 4 subuh setelah membersihkan sisa-sisa hasil percintaan mereka yang menempel di badan mereka.
Keesokan Harinya...
06.00
Hari telah menjelang pagi dan sinar matahari kini telah masuk ke dalam kamar melalui sela-sela jendela. Gulf kini terbangun dari tidurnya karena mendengar Anan yang menangis. Gulf berjalan dengan tertatih-tatih sambil meringis menahan perih di pantat serta pinggangnya.
"Issshh, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi dengannya!! Pantat dan pinggangku rasanya sangat perih dan sakit karena ulah Mew Suppasit." Batin Gulf sambil memegang pinggangnya.
Gulf langsung menggendong Anan dan menenangkannya. Gulf meletakkan Anan di box kembali lalu mengganti popok Anan yang telah penuh. Gulf melihat jam di dinding dan waktu menunjukkan jam 6 pagi.
“Untung saja semalam kesayangan Papa ini cuma bangun sebentar lalu tidur kembali.” Ucap Gulf sambil mengelus kepala Anan
Tokkk... Tokkk.... Tokkk... (Seorang maid mengetuk kamar Mew dan Gulf)
"Ya, ada apa?" Ucap Gulf sambil berteriak di dalam kamarnya.
Dia tidak mungkin membukakan pintu untuk maidnya itu karena kondisinya sekarang sedang dalam keadaan setengah telanjang dengan kissmark di seluruh tubuhnya.
"Khun, baby sitter Khun Anan telah datang. Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Akhh baiklah, suruh tunggu di ruang tamu. Aku akan menemuinya sebentar lagi."
"Baiklah Khun." Ucap maid itu yang langsung beranjak dari depan pintu kamar Gulf itu.
Gulf kini membangunkan Mew dan meminta bantuannya untuk menjaga Anan sebentar sedangkan Gulf sekarang ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum menemui Baby Sitter baru itu.
30 Menit Kemudian...
Gulf kini berjalan keluar dari dalam kamar sambil menggendong Anan di tangannya. Gulf berjalan menuju ke arah ruang tamu rumahnya. Sesampainya Gulf di sana, Gulf langsung tersenyum dan menyapa Baby Sitter baru itu.
"Maafkan aku, karena aku telah membuat bibi menunggu lama." Ucap Gulf
"Tidak apa-apa, Khun."
“Aku harus mengurus Anan tadi sebelum keluar dari dalam kamar.”
“Begitulah sibuknya orang tua yang memiliki anak kecil di pagi hari. Kita terkadang melupakan sesuatu yang akan kita lakukan dan lebih mendahulukan anak kita terlebih dahulu.”
“Hmm, betul sekali. Aku sendiri terkadang sampai kelabakan.”
Gulf kini mengajak Baby Sitter baru itu untuk berkeliling dan memberitahukan letak kamar Anan.
"Mari bi, ikuti saya!" Kata Gulf yang mengajak bibi itu berjalan menuju ke dalam ruangan kosong yang ada di dekat ruang tamu.
"Baik Khun." Kata Bibi itu yang mulai mengikuti Gulf.
"Ini adalah kamar Anan ketika saya dan Mew tidak berada di rumah, jadi jika Anan ingin tidur siang tidurkan saja di box bayi itu. Lalu perlengkapan lain seperti susu dan popok sudah ada di sana." Kata Gulf sambil menunjuk ke arah meja dan kulkas kecil yang berada di sudut ruangan.
"Baik Khun."
"Jika membutuhkan sesuatu, bibi bisa bertanya atau meminta kepada kedua maid yang bekerja di sini." Ucap Gulf
"Baiklah Khun."
Setelah panjang lebar Gulf menjelaskan semuanya, Gulf menyuruh Baby Sitter itu pulang dan memulai pekerjaannya besok. Hari ini Gulf ingin menghabiskan waktunya bersama dengan keluarga kecilnya itu.
Dua Bulan Kemudian...
Selama dua bulan Gulf mengamati pekerjaan baby sitter itu melalui kamera CCTV rumahnya. Gulf merasa baby sitter itu melakukan pekerjaan dengan baik. Gulf kini bertanya pendapat Mew tentang Baby Sitter itu.
"Bagaimana?" Tanya Gulf kepada Mew.
“Apanya?”
“Baby Sitternya..”
"Aku setuju jika kamu setuju memperkerjakan orang itu. Kelihatannya juga orangnya sangat baik. Apalagi dia sangat teliti dan penuh dengan kelembutan ketika mengurus Anan."
"Baiklah kalau begitu."
“Terus awasi dia, jangan sampai kita lengah. Orang itu bisa kapan saja berubah, apalagi dia itu orang asing.”
“Hmmm....”
Hari ini adalah hari dimulainya semester baru dan juga tahun ajaran baru. Mew dan Gulf kini telah masuk kampus kembali dan melanjutkan kuliah mereka masing-masing. Gulf mengambil cuti kuliah satu tahun karena mengurus Anan sedangkan Mew mengambil cuti kuliah satu semester karena membantu mengurus perusahaan bersama Papanya.
"Kamu mau makan siang bersama atau tidak nanti?" Tanya Gulf sambil membuka seatbelt-nya.
"Tentu saja, aku ingin makan siang bersama denganmu."
"Aku akan menunggumu di kantin biasa tempat kita sering makan siang bersama. Aku nggak mau menunggu di parkiran karena panas."
"Hmm, baiklah.."
Cupppp...
Gulf langsung mencium pipi Mew setelah berhasil membuka seatbeltnya. Setelah itu, Gulf lalu keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju ke dalam kelasnya. Sesampainya di dalam kelas, Gulf sedikit merasa terkejut ketika melihat Mild ada di dalam kelas yang sama dengannya. Gulf memandang Mild dengan tatapan bingung. Gulf kini berjalan menghampiri Mild.
"Kenapa kamu berada di sini hm?" Kata Gulf
"Ahahaha apa kamu tidak merindukanku? Bagaimana keponakanku? Apakah dia baik-baik saja?"
"Jawab pertanyaan ku dulu, kenapa kamu bisa berada di kelas ini?"
"Aku juga ikut cuti bersamamu. Sehari setelah kamu mengajukan cuti, aku pun ikut mengajukan cuti."
"Huh? Untuk apa?"
"Karena aku malas di kampus jika tidak ada kamu di sini. Aku juga bekerja part time setelah mengajukan cuti."
"Apa Ibu dan Ayahmu tahu tentang hal ini?"
"Tentu saja tahu, mereka berdua hanya diam ketika mendengarkan alasanku." Ucap Mild sambil tertawa.
Gulf tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan temannya itu. Dia kadang merasa kesal kepada temannya itu karena selalu memberikan video porno kepada suaminya, namun Mild adalah satu-satunya orang yang akrab dengannya dan juga suaminya.
Author Point Of View Off
E13
Author Point Of View On
Gulf kini menatap ke arah Mild dengan tatapan penuh curiga. Gulf tahu bahwa kedua orang tua Mild itu adalah orang tua yang sangat tegas dan galak kepada anaknya.
“Mild..” Panggil Gulf sambil berbisik.
“Ada apa hm?”
"Memangnya apa alasanmu sampai kedua orang tuamu mau mengizinkanmu?"
"Aku mengatakan kepada mereka berdua bahwa ada seorang kakak kelas yang penguntitku selama di kampus dan orang itu sangat berbahaya. Lalu aku juga mengatakan bahwa orang itu akan segera lulus, tapi aku ketakutan karena dia sering mengancam ingin menculik ku lalu memperkosaku selama berhari-hari."
"Gila!!! Kamu sangat Gila, Mild..."
“Hehe...”
“Memangnya ada senior yang mengancammu seperti itu?”
“Tidak ada, aku hanya mengarang cerita saja.”
“Gila!!”
"Orang tuaku akhirnya mengizinkan aku untuk mengambil cuti selama dua semester. Mereka berdua bahkan menyuruhku mengambil cuti lebih lama lagi. Alhasil aku tetap menjadi temanmu sekarang dan sampai kita lulus nanti."
"Tch, aku lama-lama bosan karena melihatmu terus-terusan!" Ucap Gulf
"Jangan begitu, kehidupan seks mu lebih berwarna karena aku." Ucap Mild dengan penuh percaya diri
"Kamu masih sering mengiriminya video porno?"
"Hmm, tentu saja. Ada apa? Kenapa kamu bertanya?"
"Di-dia sudah jarang mengajakku melakukannya. Kemarin aku yang berinisiatif lebih dulu untuk melakukannya."
"Baguslah jika kamu yang berinisiatif lebih dulu."
“Ta-tapi rasanya aneh..”
“Aneh bagaimana?”
“Aneh saja...”
“Kamu yang aneh...” Ucap Mild yang sedikit merasa kesal
Seorang Dosen kini berjalan masuk ke dalam ruangan kelas itu lalu menutup serta mengunci pintu ruangan itu. Sang Dosen segera memulai pelajaran yang akan beliau ajarkan kepada mahasiswa dan mahasiswi yang ada di dalam kelas itu.
Beberapa Jam Kemudian....
Kelas telah berakhir, Gulf kini melihat ke arah jam tangannya dan menunggu seseorang yang tadi pagi berjanji akan menemuinya untuk makan siang bersama. Mild telah duduk di samping Gulf dengan membawa sepiring makanan untuk dirinya sendiri.
"Apa kamu tidak akan makan siang hm?" Tanya Mild kepada Gulf
"Sebentar, aku sedang menunggu Mew sekarang."
"Tapi sebentar lagi kita masuk, Gulf."
"Isshhh, dia ke mana sih?" Kata Gulf yang kini mulai kesal kepada Mew.
"Apa dia belum memberimu kabar?"
"Belum."
"Mungkin saja dia masih memiliki kelas atau mungkin dia sibuk mengurus sesuatu yang lain." Ucap Mild
"Mungkin saja..."
"Kenapa kamu tidak mencoba untuk menghubunginya hm?"
"Aku takut dia masih di dalam kelas."
"Sebaiknya kamu segera makan sekarang, kalau tidak kamu tidak akan sempat makan nanti! Aku tidak mau melihat temanku ini lemas di dalam kelas."
"Aku sudah tidak lapar.." Ucap Gulf dengan nada yang lesu. Dia kini beranjak dari tempat itu dan berjalan menuju kelas meninggalkan Mild di kantin.
Mild yang melihat Gulf kesal hanya menggelengkan kepalanya. Sejujurnya saja, ini pertama kalinya dia melihat Gulf terlihat sangat kesal, padahal biasanya Gulf selalu mencoba memahami Mew ketika Mew tidak bisa datang ke kampus.
*****
16.00
Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore, biasanya Mew telah menunggu Gulf di parkiran kampusnya namun Gulf tidak melihat mobil Mew di parkiran. Raut wajah Gulf kini terlihat cemberut karena kecewa kepada Mew.
"Apa yang terjadi dengannya? Mengapa perasaanku tidak enak sekarang?" Monolog Gulf
Kriiinnggg... Kriiingggg... (Hp Gulf kini berbunyi.)
Gulf langsung mengambil hpnya dari dalam sakunya. Dia melihat ke arah hpnya itu dan menghela nafasnya dengan kasar.
“Hallo...” Sapa Gulf yang kini sedang mencoba mengendalikan emosinya agar tidak langsung marah kepada seseorang yang sedang menelfonnya saat ini.
"Hallo Gulf..."
"MEW!!!" Kesabaran Gulf kini tidak tertahankan lagi.
"Bisakah kamu menjemput aku di Rumah Sakit kampusku?" Ucap Mew
"Huh? Ada apa denganmu?"
"Nanti saja aku ceritakan. Bisakah kamu datang ke sini?"
"Hmm, baiklah. Aku akan segera datang ke sana."
Gulf segera mematikan telfon itu dan langsung mencari taksi. Gulf berjalan keluar dari lingkungan kampusnya untuk mencari taksi. Setelah mendapatkan taksi, Gulf akhirnya masuk dan duduk di dalam taksi itu. Sepanjang perjalanan ke Rumah Sakit, Gulf terus menggerakkan kakinya dan menggigit kuku tangannya.
"Pak, bisakah lebih cepat lagi menyetirnya?"
"Ba-baiklah Khun."
“Isshhh, bagaimana keadaan Mew sekarang ya? Apakah dia baik-baik saja?” Batin Gulf
Sesampainya di Rumah Sakit Universitas itu, Gulf langsung berlari ke IGD dan mencari Mew. Setelah menemukan Mew, Gulf kini berjalan menghampiri Mew dengan perlahan-lahan. Mew kini sedang tertidur di atas kasur dengan tangan kanan yang telah di gif.
"Hiks... Hiks..." Suara tangisan Gulf ketika melihat Mew.
“.....”
“Hiks.. Hiks...”
Mew terbangun karena mendengar suara tangisan Gulf. Ketika melihat Gulf berjalan mendekatinya, Mew berusaha duduk dan menyandarkan badannya di kepala kasur.
"Apa kamu baru saja datang?" Tanya Mew
"Hiks.. hiks.. kenapa kamu bisa seperti ini hm? Apa yang terjadi kepadamu?" Kata Gulf yang langsung duduk tepat di samping Mew dan membelai tangan kanan Mew dengan lembut.
"Aku tidak apa-apa sayang. Jangan menangis ya.." Kata Mew sambil mengusap pipi Gulf.
"Hiks.. Hiks... sudah aku katakan untuk selalu berhati-hati ‘kan?! Kenapa kamu hiks... melukai hiks.. tanganmu sendiri huh?" Kata Gulf.
"Sayang, aku tidak sengaja melakukannya."
“Tapi tetap saja kamu terluka! Ini ulah siapa?”
Seorang pria kini sedang berdiri dan terdiam sejauh 3 meter dari tempat Mew dan Gulf berada. Ketika melihat Gulf menangis di hadapan Mew, dia menatap ke arah Gulf dengan tatapan tajam. Orang itu datang sambil membawakan makanan dan juga minuman untuk Mew.
"Apa kamu hiks.. tahu arti tangan untuk seorang dokter hiks..?"
"....."
"Kedua tangan ini sangat berharga! Cita-citamu bisa saja terhambat karena cidera ini!"
"Gulf, jika aku tidak bisa menjadi dokter, maka aku bisa menjadi pengusaha."
"Ta-tapi menjadi seorang dokter adalah impianmu sejak lama.." Ucap Gulf
"Khun Mew akan sembuh Khun. Tenanglah!" Kata seorang dokter yang baru saja datang dan menghampiri mereka berdua.
"Art, kemarilah! Kenapa kamu hanya diam di situ?" Kata Mew yang kini melihat ke arah Art.
"Art?" Kata Gulf
“Si-siapa Art itu?” Batin Gulf
"Perkenalkan sayang, dia Art. Art adalah juniorku di kampus." Ucap Mew yang memperkenalkan Art kepada Gulf.
“Dan Art, ini Gulf, dia adalah temanku dan juga ....” Ucap Mew yang memperkenalkan Gulf kepada Art.
“Gulf..” Ucap Gulf yang langsung memotong kata-kata Mew sambil mengulurkan tangannya.
“Art...” Ucap Art sambil mengulurkan tangannya.
"Akh, bagaimana kalian berdua bisa berkenalan?" Tanya Gulf kepada Mew.
"Akh itu, tanganku keseleo karena menolongnya tadi. Dia tidak sengaja terpeleset di tangga kampus karena ada salah satu mahasiswa yang tidak sengaja menjatuhkan minumannya di tangga itu tadi." Ucap Mew
"Akh begitu rupanya, aku kira...”
“Jangan berpikiran buruk kepadaku!” Ucap Mew
“Tetap saja kamu harus tetap berhati-hati!!" Ucap Gulf kepada Mew.
"Maafkan aku ya, Phi. Karena aku, tangan Phi Mew jadi keseleo." Ucap Art kepada Gulf sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, Art. Ini bukan sepenuhnya salahmu. Aku juga salah karena tidak berhati-hati." Kata Mew.
"Tetap saja ini salah ku, Phi. Maafkan aku ya.." Ucap Art
"Hmm, sebaiknya kamu pulang sekarang, karena sudah ada Gulf yang akan menemaniku di sini." Kata Mew sambil menatap ke arah Gulf.
"Ba-baik Phi.." Kata Art yang langsung membalikkan tubuhnya dan memulai langkahnya namun tiba-tiba dia terhenti.
"...."
"Akh, hampir saja aku lupa sesuatu. Aku mau memberikan ini kepada Phi Mew, karena Phi Mew tidak sempat makan siang tadi." Kata Art yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Mew dan Gulf lagi.
Art langsung menyerahkan makanan dan minuman yang tadi dia beli itu kepada Gulf.
"Terima kasih." Ucap Gulf
"Sama-sama Phi, aku pulang duluan ya..."
"Hmmm..." Ucap Mew dan juga Gulf secara bersamaan.
Gulf kini kembali fokus merawat Mew. Mew merasa bersalah karena membuat Gulf merasa khawatir kepadanya.
*****
Art akhirnya pulang ke rumahnya dengan menggunakan taksi. Di sepanjang perjalanan Art memikirkan Mew dan juga mengkhawatirkannya.
"Ada hubungan apa sebenarnya di antara mereka berdua? Mengapa dia menangis sampai seperti itu?" Monolog Art.
Author Point Of View Off
E14
Author Point Of View On
Ruang IGD
"Gulf, apakah kamu marah kepadaku?" Tanya Mew kepada Gulf.
"Bertanyalah kepada tanganku!" Kata Gulf sambil menunjukkan telapak tangannya ke wajah Mew.
“Gulf, aku sedang serius!”
“Aku juga sedang serius sekarang!”
"Aku minta maaf ya, karena tidak memberimu kabar. Aku tidak mau membuat kamu merasa khawatir dan mengganggu kuliahmu." Ucap Mew
"Lalu, jika kamu tidak mengabari aku, kamu pikir itu akan membuat aku tenang?"
“Maaf...”
“Kamu selalu saja hanya memikirkan dirimu sendiri. Kamu tidak tahu bagaimana khawatirnya aku, karena kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya.”
“Sayang...”
“Kamu tidak akan mengerti betapa menderitanya aku sekarang karena melihat suamiku sedang terluka!”
"Maafkan aku, karena aku mengingkari janjiku kepadamu. Ak-aku tidak jadi makan siang bersama denganmu tadi.”
“Ini bukan masalah karena kamu mengingkari janjimu, Mew!” Ucap Gulf
“Apa kamu sudah makan siang tadi?"
Mew tidak peduli kalau Gulf sedang marah kepadanya sekarang. Sekarang Mew malah merasa khawatir kepada Gulf, karena kemungkinan Gulf belum makan siang.
"Karena kamu, aku tidak jadi makan siang tadi!" Ucap Gulf dengan kesal.
“Kenapa? Apakah kamu tidak memiliki teman untuk makan siang bersama?”
“Karena kamu, tidak ada yang mau berteman denganku!” Ucap Gulf yang asal berbicara saking kesalnya dengan Mew.
"Awh, kenapa kamu malah menyalahkan aku?"
"Isshhh! Karena kamu, aku merasa sangat khawatir hingga nafsu makan ku hilang. Apa kamu merasa puas sekarang karena membuat aku khawatir?"
“Maafkan aku ya...”
“Kalau kamu ingin aku maafkan, cepatlah sembuh!”
“Hmmm....”
Mew dan Gulf kini kembali hening. Gulf diam sambil terus mengelus tangan Mew yang sakit. Mew kini mulai berbicara lagi kepada Gulf dan mengajaknya pulang.
"Ayo kita pulang sekarang!!”
“Bagaimana dengan tanganmu?”
“Kata dokter tidak apa-apa jika aku pulang sekarang.”
“Mew, apa tidak sebaiknya kamu menginap selama semalam di sini. Aku merasa sangat khawatir.”
“Aku tidak suka berada di sini. Aku merasa lapar sekarang.”
“Ada makanan dari Art, apa kamu makan di sini?”
“Kita berdua akan makan di rumah! Aku tiba-tiba sangat merindukan masakan rumah!" Ajak Mew yang segera turun dari kasur dan mengajak Gulf pulang.
"Dan bagaimana nasib makanan ini?" Tanya Gulf kepada Mew.
"Berikan saja pada dokter yang merawat aku tadi! Aku yakin dia belum makan malam."
"Ba-baiklah.." Ucap Gulf
Setelah Gulf memberikan makanan itu kepada dokter yang merawat Mew tadi, mereka berdua akhirnya pulang ke rumah. Gulf menyetir mobil Mew dengan sangat hati-hati, Gulf merasa gugup karena Gulf sudah lama tidak pernah menyetir mobil.
"Gulf, apakah kita akan selamat sampai rumah?" Tanya Mew kepada Gulf
"Isshh diamlah!! Ini semua gara-gara kamu yang tidak pernah mengizinkanku membawa mobil sendiri!!"
"Mulai sekarang aku akan mengizinkanmu!!"
"Benarkah?" Kata Gulf yang kini langsung membalikkan kepalanya lalu menatap Mew sambil tersenyum.
"Hmm, tapi sampai tanganku sembuh dan kembali pulih! Setelah itu, hanya aku yang boleh menyetir untukmu!"
"Saattttt, apa kamu tahu kalau kamu sekarang sedang membuatku terbang ke angkasa lalu tiba-tiba saja menghempaskan aku ke jurang?"
"...." Mew hanya tertawa terbahak-bahak setelah mendengar kata-kata Gulf.
Sesampainya di rumah mereka berdua, Mew dan Gulf langsung keluar dari mobil dan berjalan menuju kamar mereka berdua. Mereka berdua membersihkan diri mereka berdua bersama-sama, karena Mew tidak bisa menggunakan tangan kanannya.
Mew kini sedang duduk di atas toilet dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benang pun. Gulf mengusap lembut tubuh Mew dengan handuk basah yang telah di beri sedikit sabun cair.
“Sayang.. Ahh...” Ucap Mew dengan nada yang menggoda.
“Dasar mesum!” Ucap Gulf
"Gulf..." Panggil Mew dengan lembut.
"Huh? Ada apa?" Kata Gulf yang masih fokus mengusap tubuh Mew dengan handuk basah dan membilasnya dengan air.
"Apa kamu tidak menyadari sesuatu?"
"Apa?"
"Lihatlah juniorku telah menegang!!"
"Sattttt, kamu si mesum gila!!! Aku hanya ingin memandikan mu bukan bermain denganmu di sini, Mew!"
"Ayolah Gulf!! Lagi pula kamu juga kini sudah tidak memakai apapun di tubuhmu."
"Issshhhh mesum!!! Aku pikir kamu sudah sembuh dari sifat mesum mu itu, tapi ternyata malah semakin parah." Kata Gulf
"Kemarin aku hanya sedang banyak pikiran di kantor jadi tidak sempat menonton video porno yang Mild kirimkan. Aku juga terkejut ketika kamu menggoda aku kemarin"
"Lalu sekarang?"
"Aku baru saja menonton tentang seorang perawat yang menyetubuhi pasiennya. Dan aku membayangkan kamu sedang berteriak di atasku sambil memanggil namaku.."
"Mew, tidak bisakah kamu berpikiran normal? Fantasimu semakin hari semakin bertambah aneh!"
"Ohh ayolah Gulf...." Kata Mew.
Tangan kiri Mew kini mulai meraba dan memegang pipi pantat Gulf lalu meremasnya. Gulf kini menghela nafasnya dengan kasar karena harus menuruti kemauan Mew.
“Mew...”
“Sayang...”
“Menyebalkan!”
Gulf lalu naik ke atas pangkuan Mew dan memasukkan junior Mew ke dalam lubang analnya. Gulf tetap mengusap tubuh Mew dengan lembut sambil menggerakkan tubuhnya. Gulf berusaha mengikuti imajinasi Mew.
"Sshh.. Khun Phi...”
“Ada apa hm?”
“Sshhh... Pa-pasien, apakah lukamu masih terasa sakit?"
"Sudah tidak sakit lagi semenjak Khun perawat datang setiap malam untuk meminta jatah kepadaku ehmmpp.... Rasa sakit itu eughh... perlahan menghilang."
“Ahh.. Engghh...”
“Te-terus! Lebih cepat!”
"Khun Mew sangat mesum Ahhh.. bukankah Khun sendiri yang Nghh... menyuruh aku untuk datang hm?"
"Kamu sangat seksi.."
Mew tidak hanya tinggal diam ketika menyaksikan Gulf bertingkah seperti seorang jalang di hadapannya. Dia mulai menciumi ceruk leher Gulf dan memberikan beberapa kissmark di sana. Gulf mulai bergerak naik dan turun dengan cepat sesuai perintah Mew.
"Nghh... Nghh... Khun Phi emmhhh pasien ke-kenapa milikmu semakin membesar di dalam ku hm?"
"Ughh.. ughh.. kamu sangat ketat."
Mereka hanya melakukan sebentar, karena Gulf tidak mau cidera Mew bertambah semakin parah. Gulf lalu membersihkan Mew dan juga membersihkan dirinya sendiri setelah kegiatan panas itu. Setelah mandi bersama, Mew dan Gulf memakai pakaian mereka dan langsung pergi ke ruang makan untuk makan bersama. Gulf kini sedang menyuapi Mew.
"Besok aku akan datang ke kampusmu untuk makan siang bersama." Kata Gulf
"Hmmm...."
"Kalau kamu sudah pulang dari kampus, kamu bisa pulang duluan dengan menggunakan taksi. Jangan menungguku!"
"Hmm baiklah.." Kata Mew
Setelah selesai makan malam berdua, mereka berdua kini masuk ke dalam kamar mereka. Sebelum masuk ke dalam kamar, Mew dan Gulf pergi ke dalam kamar Anan dulu dan memberikan ciuman selamat malam untuk Anan.
Keesokan Harinya...
Mew dan Gulf kini sedang berjalan menuju ke parkiran rumah mereka sambil membawa tas mereka masing-masing. Gulf tersentak kaget ketika melihat seorang sopir keluarga Mew telah berdiri di depan mobilnya.
"Kenapa bapak berada di sini?" Tanya Gulf
"Khun Mew yang menyuruh saya datang kemari Khun."
“Mew...” Panggil Gulf dengan nada yang lembut.
“Apa? Kenapa?”
Gulf menatap kedua mata Mew dengan tajam sekarang. Gulf akhirnya senang bisa kembali mengendarai mobil namun rasa senangnya kini berubah menjadi kecewa ketika suami posesifnya itu memberikannya seorang sopir.
"Tidak bisakah aku menyetir selama seminggu?"
"Tidak.."
"Ohh ayolah Mew..."Kata Gulf sambil menatap Mew dengan penuh harapan.
"Aku tidak akan termakan bujuk rayumu! Jadi, jangan pernah lakukan hal itu lagi!"
"Tccchhh..."
Gulf akhirnya menyerahkan kunci mobil itu kepada sopir keluarga Mew itu. Gulf memanyunkan bibirnya sambil berjalan masuk ke dalam mobil itu. Mew menyuruh sopir itu untuk mengantar Gulf terlebih dahulu karena Gulf memiliki kelas pagi. Selama perjalanan Gulf hanya diam, karena menahan kesal kepada Mew. Sesampainya di kampus Gulf, Gulf langsung keluar dari mobil namun tiba-tiba di tahan oleh Mew.
"Kamu melupakan sesuatu!!!"
"Huh? Apa?"
"Kiss... Kiss.." Kata Mew sambil menunjuk bibirnya.
Cupppp...
Gulf menghela nafasnya dengan kasar dan langsung mencium bibir Mew tanpa merasa malu sedikit pun ketika sopir Mew melihat hal itu.
"Puas?" Tanya Gulf
"Hmm...." Kata Mew sambil tersenyum.
Setelah itu, sang sopir langsung mengantar Mew ke kampusnya. Sesampainya Mew di kampus, dia langsung keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju ke dalam kelas. Saat Mew sedang berjalan menuju kelas, Art sudah menunggu tepat di depan kelas Mew. Art yang melihat Mew datang langsung menghampiri Mew.
"Syukurlah Phi datang hari ini." Kata Art sambil tersenyum.
"Ada apa memangnya?"
"Jika Phi tidak datang hari ini, aku berencana akan datang ke rumah Phi dan merawat Phi."
"Tidak perlu, suamiku telah mengurusku dengan baik."
"Suami?"
"Aku telah menikah." Kata Mew sambil menunjukkan sebuah cincin di jari manisnya.
"Jadi, pria yang kemarin?"
"Iya dia suamiku. Bukankah dia sangat imut?"
"Akhhh iya..." Kata Art yang langsung membalikkan tubuhnya dan pergi menjauh dari Mew.
Art kini berjalan ke dalam kelas dengan langkah yang gontai, tidak ada semangat untuk kuliah hari ini. Hatinya hancur dan juga kecewa ketika mengetahui seseorang yang dia cintai pada pandangan pertama telah memiliki suami.
"Haruskah aku serakah dan mendapatkan seseorang yang menjadi sumber kebahagiaan ku saat ini?" Batin Art
Author Point Of View Off
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
