Kesayangan Duda - part 1

1
0
Deskripsi

Iris tidak menyangka bahwa dirinya akan memiliki kekasih seorang duda yang memiliki satu orang anak menggemaskan, yang sosoknya tidak sengaja dirinya temui di sebuah taman, tengah menangis tergugu akibat di tinggal orang tuanya. Awal kisahnya bermula dengan sosok duda tampan nan mapan berusia tiga puluh tahun yang di tinggal mantan istri karena sebuah cita-cita.

Iris tidak mempermasalahkan status Agas yang duda karena hatinya terlanjur terjerat, bukan hanya karena pesona Agas, tapi juga sosok anak...

Bab 1

 

“Cowok kok nangis, lembek banget!” cibir seorang perempuan muda yang baru saja memasuki ruangan cukup luas bernuansa putih dengan aroma antiseptik. Mengalihkan semua orang yang ada di sana termasuk sosok tampan yang menjadi objek cibirannya.

“Tante Iris!” teriaknya antusias seraya merentangkan kedua tangan meminta sosok yang dipanggilnya mendekat dan memeluknya.

Perempuan dengan nama lengkap Iris Levana Ziva itu mengulas senyum dan melanjutkan langkah semakin masuk, menghampiri brangkar yang diisi bocah tampan berusia lima tahun yang kini wajahnya sembab akibat menangis entah sejak kapan. Karena begitu sadar kehadiran Iris, tangis bocah itu berhenti, diganti dengan binar ceria yang membuatnya semakin menggemaskan. Iris sampai tidak tahan untuk mencubitnya.

“Halo sayang,” sapa Iris begitu tiba di samping ranjang rawat bocah itu, lalu menariknya ke dalam pelukan. “Kenapa nangis?” lanjutnya, mengurai pelukan, dan jemari tangan Iris kemudian bergerak menghapus sisa air mata yang membasahi pipi bocah itu.

“Sakit Tante,” adunya menunjuk satu kakinya yang di balut perban.

“Makanya jangan pecicilan! Udah jatuh gini siapa coba yang sakit? Kamu ‘kan?”

“Maaf,” cicitnya dengan kepala menunduk.

Iris yang tidak tega melihat kesedihan bocah kesayangannya itu kembali memberi pelukan sambil melontarkan peringatan-peringatan agar kejadian seperti ini tidak lagi terulang. Iris sedih mendengar kabar kesayangannya terjatuh dari tangga.

“Lain kali lebih hati-hati, ya? Tante sedih loh liat Ethan seperti ini,” itu benar. Iris tidak berbohong bahwa dirinya sedih melihat bocah itu terbaring di ranjang rumah sakit. Meskipun lukanya tidak begitu serius tetap saja akibat dari jatuhnya membuat bocah lima tahun bernama lengkap Ethan Baizhan Fikram itu tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa untuk beberapa waktu ke depan akibat keretakan tulang kaki sebelah kirinya.

“Maaf udah buat Tante Iris sedih,” sesal bocah itu, membuat Iris menarik senyum dan melayangkan satu kecupan di pipi gembul Ethan.

“Tante maafin, tapi janji ya Ethan gak akan nangis lagi? Jelek tahu anak cowok nangis,”

“Ethan janji Tante!” ujarnya sungguh-sungguh, kembali menarik senyum di bibir tipis Iris. Dan tidak segan-segan satu lagi kecupan diberikannya di tempat yang sama sampai suara deheman cukup keras menyadarkan mereka bahwa masih ada orang lain di sana.

“Ethan doang nih yang di cium, Papa-nya enggak,” ucap jahil seorang pria dewasa berwajah tampan yang begitu mirip dengan bocah di samping Iris. Berhasil menghadirkan semburat kemerahan di pipi Iris yang kini terlihat salah tingkah karena bukan hanya Ethan yang mendengar tapi dua sosok paruh baya yang duduk di sofa pun menangkap godaan itu. Laki-laki itu benar-benar membuat Iris malu.

“Cium juga dong, Ris,” masih melayangkan godaannya, pria itu bahkan sampai mendekatkan pipinya ke arah Iris tanpa rasa malu. Namun bukan ciuman yang melayang melainkan cubitan di pinggangnya lah yang Iris berikan, membuat pria itu mengaduh dan kembali menjauhkan wajahnya dari Iris.

“Sakit sayang,” protesnya manja. Iris hanya memutar bola mata dengan bibir mencebik. Sedangkan dua paruh baya di sofa sana menggeleng-geleng pelan dengan senyum terukir.

Dua paruh baya itu adalah orang tua dari pria dewasa bernama Agasthya Chatur Fikram, pria yang merupakan ayah Ethan. Seorang duda anak satu yang entah mengapa bisa jadi kekasih dari seorang Iris yang usianya bahkan baru menginjak dua puluh empat tahun. Namun meski begitu Iris tidak menyesali keputusannya menerima pria dewasa itu di dalam hidupnya. Ia bahagia memiliki Agas, lebih bahagia lagi karena ada Ethan yang begitu menggemaskan.

Beruntung juga karena keluarga dari pria itu tidak menolak hubungan keduanya, terlebih Ethan pun terlihat begitu menyayangi Iris.

“Kamu dari kantor langsung ke sini, Ris?” tanya ibu Agas yang masih terlihat begitu cantik di usianya yang tidak lagi muda.

“Iya Ma, keburu panik waktu Mas Agas telepon dan bilang kondisi Ethan. Pengen banget aku marahin Mas Agas!” lirik Iris mendelik kesal pada sosok tampan yang duduk di tepi ranjang rawat Ethan. Pasalnya memang ketika bersama pria itulah Ethan terjatuh. Agas tidak begitu mengawasi Ethan ketika bocah aktif itu berlari menuruni tangga yang ada di luar lobi. Lantai yang licin alasan pertama bocah itu celaka. Tapi karena tingkah pecicilannya jugalah yang menambah masalah. Ethan itu hiperaktif membuatnya tak jarang mendapat luka akibat tingkahnya sendiri.

“Kok aku yang di salahin sih, Ris. Anaknya aja tuh yang gak mau kalem!”

“Salah Papa gak bisa jagain aku. Sibuknya sama kerjaan terus. Lagi jalan aja Papa masih sempat-sempatnya cek pekerjaan. Anaknya yang di tuntun Pa, bukan tab yang dipantengin,” balas bocah pintar itu membuat Agas tidak lagi bisa berkutik, karena itu memanglah kenyataannya. Agas terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai anak menjadi korban karena kecerobohannya.

Mampus!” ejek Iris tanpa suara. Dan hal itu membuat Agas mengeraskan rahangnya, kesal pada sang kekasih yang terlihat puas. Sementara itu dalam hati Agas merutuki kalimat pedas Ethan. Memiliki anak yang cerdas nyatanya tidak selalu menguntungkan.

“Kamu serius mau nginap?” Agas mengulang tanya ketika kembali setelah mengantarkan kedua orang tuanya pulang. Ethan sudah tidur dari satu jam lalu begitu dokter memberikan obat. Dan tinggal lah kini Agas dengan Iris hanya berdua, duduk di sofa yang tak begitu luas tapi tetap nyaman untuk mereka, menikmati nasi goreng yang Agas beli di perjalanan tadi mengingat mereka belum sempat makan malam.

“Kenapa memangnya, gak boleh?”

“Bukan begitu, Iris sayang. Mas cu—”

“Iya, iya aku paham. Udah, gak usah di lanjut,” sela Iris menyimpan telunjuknya di depan bibir Agas, meminta pria itu berhenti bicara. “Aku serius mau nginap, menemin kamu. Takut Ethan kenapa-kenapa lagi kalau ditinggal berdua sama Mas,” canda Iris dengan cengiran khasnya. Namun ternyata kalimat Iris barusan membuat Agas menunduk bersalah, bagaimanapun ia mengakui kesalahannya.

“Aku memang bukan Papa yang baik buat Ethan,” ucapnya terdengar sedih.

Iris yang mendengar itu memilih untuk menghentikan makannya yang masih tersisa banyak, melirik pada sosok tampan kesayangannya lalu meraih dagu Agas agar pria itu melihat ke arahnya.

“Mas baper?” gelengan Agas berikan, lalu satu kecupan ringan dijatuhkan pada bibir Iris yang lembut.

“Aku cuma sadar diri aja, selama ini aku memang belum benar-benar menjadi sosok Papa yang baik buat Ethan. Aku terlalu larut dalam kesibukan sampai Ethan berhasil aku telantarkan. Seharusnya aku bisa main-main sama Ethan, eh sekalinya ajak dia ke kantor malah berakhir dengan celaka. Aku emang gak becus jadi pelindung untuk anakku sendiri,”

Shutt, berhenti menyalahkan diri sendiri. Selama ini Mas sibuk demi masa depan Ethan juga ‘kan? Aku yakin lambat laun Ethan akan paham kesibukan Papanya. Tapi memang sebisa mungkin Mas harus meluangkan waktu untuk Ethan. Dan tolong berhenti melakukan apa pun yang berurusan dengan pekerjaan ketika sedang bersama Ethan. Dia pasti sedih karena merasa di abaikan. Kamu juga harus lebih perhatikan dia, Mas, terutama langkah aktifnya,” Iris menasihati dengan lembut sang kekasih yang terlihat amat bersalah dengan keadaan putranya sekarang ini.

Jujur saja Iris pun kadang merasa kesal pada pria itu. Bukan karena pengaduan Ethan saja, tapi tidak jarang Iris pun melihat Agas lebih mementingkan pekerjaannya. Bahkan pernah Agas meninggalkan anaknya di taman bermain hanya karena ada panggilan mendadak mengenai pekerjaan. Dari sana juga awal Iris mengenal bocah itu.

Saat itu, tepatnya satu tahun lalu, Iris yang tengah lelah mencari pekerjaan menemukan Ethan di sebuah kursi taman, menangis sambil memeluk lututnya yang bergetar. Bocah itu mengatakan bahwa dia ditinggalkan orang tuanya ketika bermain, hal yang membuat Iris geram karena bisa-bisanya ada orang tua setega itu, sampai dua jam kemudian sosok pria tampan dengan tampilan khas orang kantoran datang menghampiri bocah yang bersama Iris. Melontarkan maaf untuk kesalahannya yang lupa akan sang putra. Dan itu membuat kemarahan Iris memuncak sampai berani melontarkan makian pada pria berusia beberapa tahun di atasnya itu. Terkesan tak sopan memang, tapi Iris yang tidak bisa memaklumi alasan pria itu tidak sama sekali merasa sungkan walau mereka baru bertemu.

Sejak itulah kedekatan mereka di mulai, karena Ethan yang sudah mendengar keluhan Iris mengenai sulitnya mencari pekerjaan mengusulkan untuk Iris bekerja di kantor ayahnya. Hal yang tidak terduga terjadi setelahnya, dimana ketertarikan diantara Iris dan Agas menjadikan mereka sepasang kekasih tiga bulan terakhir ini. Tapi Iris tidak jadi bekerja di kantor milik Agas karena saat itu tidak ada bagian yang kosong, tapi karena ancaman sang putra yang enggan memaafkan kesalahan ayahnya, Agas memutuskan untuk menempatkan Iris di perusahaan sahabatnya. Dan sampai sekarang Iris bekerja di sana berkat Ethan dan Agas. Membuat Iris bekerja sungguh-sungguh sebab tidak ingin mengecewakan dua pria beda usia itu.

“Aku janji akan melakukannya. Terima kasih sudah sabar menghadapiku dan Ethan, Dan terima kasih juga selalu ada di samping kami,” ucap haru Agas seraya menarik gadisnya ke dalam pelukan.

“Sama-sama,” balas Iris dengan seulas senyum tulus. “Sekarang lepas pelukannya, ya, aku lapar banget. Siang tadi gak sempat makan karena terlalu sibuk,” bisik Iris menarik diri dari pelukan Agas yang sebenarnya sayang untuk di lepaskan. Tapi mau bagaimana lagi perutnya butuh asupan makanan bukan hanya pelukan.

“Jangan dibiasakan, Ris!” kesal Agas karena ini bukan untuk pertama kalinya Iris melewatkan makan siang dengan alasan kesibukan. Tidak sadar diri bahwa dirinya pun kadang melewatkan itu jika benar-benar banyak pekerjaan. Iris tak lagi menanggapi, memilih untuk melanjutkan makan malamnya yang tertunda pun dengan Agas yang sama laparnya.

***

See you next part!!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Kesayangan Duda
Selanjutnya Kesayangan Duda - Part 2
1
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan