Chapter 14. Sakura Embun Di Padang Tandus

4
0
Deskripsi

 

Malam pernikahan Naruto menjadi yang malam bahagia untuk semua orang, malah berubah menjadi kekacauan bagi Sakura ketika besok paginya ia terbangun dengan tubuh tanpa busana bersama Gaara yang memeluknya.

Meski bersama-sama memutuskan untuk melupakan insiden itu, kehidupan Sakura menjadi labirin ketika ia menemukan dirinya hamil anak dari sang Kazekage, sementara hatinya masih terpaut pada Sasuke.

Mampukah Sakura dihadapkan pada pilihan rumit nanti, memilih bersama pemuda yang ia cintai atau bersama ayah dari janinnya?
 

Di jalanan desa Suna yang ramai, tiga kakak beradik berjalan santai. Gaara berjalan paling depan sedangkan di belakangnya ada Temari dan Kankuro. Dibawah panas pagi yang terik, beberapa penduduk menyapa ketika berpapasan dengan mereka.

"Gaara, kau yakin Sakura mau menikah denganmu?" tanya Kankuro tak yakin.

"Nah, aku tahu kau menyukai Sakura. Tapi Sakura menyukai Uchiha Sasuke, apalagi sekarang ada Sasuke di sampingnya," tambah Temari.

Gaara menatap lurus ke jalanan, tanpa diberi tahu pun ia tahu hal itu. Sakura menyukai Uchiha Sasuke. "Bagaimanapun dia mengandung anakku, dia pasti akan menerimanya. Anak itu tetap butuh seorang ayah dan aku akan melakukan tanggungjawabku."

Kemudian ia melirik ke kakak perempuannya. "Sakura adalah gadis baik, tak mungkin ia akan memisahkanku dari anakku sendiri. Sekarang mungkin ia bimbang, tapi aku hanya butuh meyakinkannya."

Anak itu menjadi penghubung kami. Batin Gaara.

Mendengar ucapan percaya diri dari Gaara, Temari tak dapat menahan senyumnya. "Hee, kau percaya diri sekali." Kemudian Temari berdehem. "Jadi, malam itu kau benar-benar mabuk dan berakhir melakukannya bersama Sakura, ya? Aku masih tak menyangka adikku bisa melakukan itu."

Mata Gaara berpaling dari Temari ke jalanan, ingatannya memutar kejadian malam itu.

~

Malam itu ....
Gaara tiba di penginapan bersama Sakura yang ada di gendongnya, ketika masuk ke ruang utama Gaara menaruh tubuh Sakura yang tak sadarkan diri di atas sofa panjang.

"Ck, aku butuh bantuan Temari." Gaara bergumam seraya berjalan ke pintu kamar Temari, mengetuknya tapi tak ada jawaban.

"Temari! Kau ada di dalam?" Gaara memanggil tapi tak ada jawaban. "Ke mana dia? Ini sudah larut."

Kemudian Gaara berjalan ke arah kamar Kankuro, melakukan hal yang sama seperti mengetuk pintu kamar dan memanggil nama kakak laki-lakinya itu. "Kau ada di dalam?" Nihil, tak ada jawaban.

"Ck, kemana mereka?"  Gaara berdecak.

"Ugh, kepalaku pusing. Busuk, bau apa ini?!"

Gaara menoleh ke arah sofa ruang tamu, di sana Sakura terus saja mengeluh sambil menutup matanya. Melihat itu Gaara segera menghampirinya. "Sakura, bangunlah!" Gaara menepuk pipi Sakura, tapi Sakura masih setia menutup matanya.

"Bajuku basah, tidak nyaman." Sakura menarik-narik gaun bagian depannya yang terkena muntahannya.

Melihat itu Gaara hanya bisa menghela nafas, ia tahu pasti tidak nyaman memakai baju yang basah terkena muntahan, belum lagi bau yang menyengat. Ia juga merasa begitu. Kemudian Gaara memalingkan pandangannya, menatap ke sekitar ruang tamu. Tidak ada tanda-tanda Temari akan pulang. "Jika tidur seperti itu tidak akan nyaman."

"Ck, tidak ada cara lain."

Setelah berkutat dengan pikirannya, Gaara pun memutuskan untuk mengangkat Sakura menuju kamarnya. Di dalam kamarnya, Gaara menidurkan Sakura di atas ranjangnya.

"Baiklah, hanya perlu membuka baju luarnya. Setelah itu biarkan dia tidur sendirian di kamar ini."  Gaara berdiri bertolak pinggang melihat Sakura yang masih tak sadarkan diri.

Dengan segala pertimbangan yang ada, Gaara pun perlahan menarik ujung pakaian Sakura dan dengan hati-hati ia membukanya. Detak jantungnya semakin keras, menggetarkan seluruh tubuhnya saat ia meloloskan gaun merah muda itu dari tubuh Sakura.

Berhasil. Sekarang tubuh Sakura hanya memakai pakaian dalam, dengan cepat Gaara menarik selimut dan menutupi tubuh sakura.

Helaan nafas lega terdengar nyaring dari mulut Gaara. Ia tak percaya melakukan ini.

"Sudahlah." Gaara melihat dirinya yang juga sama mengenaskanya. Bajunya basah dan berbau menyengat, perlahan Gaara melangkah menuju lemari tempat ia menyimpan bajunya.

Ia harus mengganti pakaian juga.

Gaara melirik Sakura sekali lagi, tidak ada tanda-tanda ia akan bangun. Kemudian Gaara melepaskan pakaiannya dan menyisakan celana pendek yang ia pakai. "Aku harus segera mandi."

Tangan Gaara mencoba meraih handuk yang tak jauh dari darinya, namun, ketika jari-jarinya menyentuh kain lembut handuk itu, sebuah bayangan tiba-tiba muncul dari balik kegelapan malam. Tubuhnya disergap oleh pelukan yang erat dari belakang, membuatnya terdiam dalam kekagetan dan kebingungan.

"Di-dingin!"

"Sakura?!" Dalam sekejap, Gaara menyadari siapa yang berada di balik pelukan itu. Tubuhnya tegang, dan detak jantungnya berdegup semakin kencang. Kesadarannya melayang di antara kebingungan dan keinginan yang tak terucapkan.

Tubuh Sakura, yang hanya mengenakan pakaian dalam, melingkari Gaara yang telanjang, dan Gaara merasakan sensasi yang belum pernah ia alami sebelumnya. Darahnya berdesir di pembuluh darahnya, dan hatinya berdegup kencang dalam ketegangan yang tidak terungkapkan.

"Sakura, jangan menyentuhku!" Serunya. Tapi Sakura yang mabuk tak mengindahkan, ia malah menempelkan pipinya pada punggung telanjang Gaara dan mengusapkan tubuhnya.

"Ini hangaatt." Sakura mendesah senang ketika merasakan hangat, ia semakin mengeratkan pelukannya tanpa mengetahui jika ia telah membangkitkan sesuatu dalam diri Gaara.

"Sakura aku ... Ahh!"

Gaara tersentak ketika ia merasakan kecupan-kecupan kecil di punggungnya, matanya membulat, tubuhnya gemetar, dan sesuatu yang selama ini ia tak pedulikan mulai bangkit.

Mata Gaara perlahan berkabut, dirinya terhanyut dalam godaan, dengan sekali sentak ia membalikkan tubuhnya menghadap Sakura.

"Sakura ...," desisnya dengan suara serak, setelah itu Gaara mendorong tubuh Sakura ke ranjang kemudian mengukungnya dalam tubuh besarnya.

Di bawah cahaya rembulan yang memancar, Gaara mengukung Sakura dengan kehangatan yang melampaui batas waktu dan ruang. Mereka terjebak dalam dunia mereka sendiri, saling menghangatkan di atas ranjang yang besar.

~

"Itu kecelakaan," ujar Gaara menatap Temari.

Temari hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Oh, bukankah itu Naruto dan Sai?" Kankuro menunjuk sebuah kepala kuning yang menonjol di antara kerumunan orang-orang, berada di sebuah kedai Ramen bersama temannya.

Gaara mengikuti arah tunjuk Kankuro, benar di sana ada Naruto dan Sai. "Ya."

Kemudian mereka berjalan ke arah Naruto.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Gaara. Jika Naruto dan Sai ada di sini, artinya Sakura hanya berdua saja dengan Sasuke bukan? Meski Gaara menempatkan penjaga, tapi itu hanya di luar. Perasaan Gaara menjadi tidak enak.

"Oh, Gaara." Naruto menyapa. "Kami membeli ini untuk Sakura-chan, ia susah makan lagi." Naruto mengangkat sekantong ramen yang sudah ia beli.

"Kau membelinya untuk dirimu sendiri." Sai mencibir. "Sakura bilang ia tak mau makan," tambah Sai.

Naruto hanya menyengir, kemudian ia menatap Gaara lagi. "Kalian mau menemui sakura-chan, ya? Ya sudah bersama saja, kami akan kembali."

Sang Kazekage hanya mengangguk, setelah itu mereka berjalan beriringan menuju penginapan yang tidak terlalu jauh dari mereka. Seperti biasa, perjalanan menuju penginapan diisi oleh suara keras Naruto yang khas.

Ketika beberapa meter menuju penginapan, mata Gaara menatap sesuatu yang aneh. Penginapan tampak sepi, ia tak melihat penjaga yang ia tugaskan. "Dimana penjaga?" tanya Gaara.

Sontak mereka semua melihat, benar saja tak ada penjaga di sana. Ada sesuatu yang janggal!

Perlahan mata Gaara membulat, segera ia berlari tergesa-gesa menuju penginapan Sampai di depan pintu, Gaara tidak mengenal belas kasihan. Dengan satu pukulan yang kuat, ia mendobrak pintu masuk tanpa ragu. Serpihan kayu dan debu beterbangan di udara saat pintu itu terbuka dengan keras, mengungkapkan pemandangan yang mengejutkan di dalam.

Di ruang tamu yang gelap, para penjaga yang sebelumnya ia tugaskan kini terbaring tak berdaya di lantai. Mereka semua tidak sadarkan diri.

Rahang Gaara mengeras dalam ketegangan yang memuncak saat ia menyadari jika Sakura dan Sasuke tak ada di sini, sesuatu yang serius telah terjadi!

Saat Naruto dan yang lainnya tiba, ekspresi kaget melintas di wajah mereka saat mereka melihat Gaara berdiri di tengah ruang tamu yang sunyi. Mata mereka bertemu dalam kebingungan yang sama, menyadari bahwa situasi ini jauh dari apa yang mereka duga.

"Apa yang terjadi?" tanya Naruto.

"Sakura menghilang, Uchiha Sasuke pasti membawanya!"

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Chapter 21. Embun Di Padang Tandus 18+
5
0
Malam pernikahan Naruto menjadi yang malam bahagia untuk semua orang, malah berubah menjadi kekacauan bagi Sakura ketika besok paginya ia terbangun dengan tubuh tanpa busana bersama Gaara yang memeluknya.Meski bersama-sama memutuskan untuk melupakan insiden itu, kehidupan Sakura menjadi labirin ketika ia menemukan dirinya hamil anak dari sang Kazekage, sementara hatinya masih terpaut pada Sasuke.Mampukah Sakura dihadapkan pada pilihan rumit nanti, memilih bersama pemuda yang ia cintai atau bersama ayah dari janinnya?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan