Jodoh di Pernikahan Mantan

0
0
Deskripsi

Siapa yang bisa yang menyangka bahwa kue itu untuk pernikahan mantannya. Pria itu akan bersanding dengan wanita lain dan ia yang mengantarkan kue pernikahannya. Sungguh naas nasibnya. Mika hanya bisa berharap ia tidak akan berjumpa dengan pria itu nanti saat mengantar wedding cake.

“Mika!!”


 

“Iya ma!”sahut gadis yang dipanggil segera berteriak dari novel yang sedang dibaca olehnya.


 

“Ayo turun! Mama butuh bantuan kamu!”


 

Mika mendesah. Ia memberi lipatan kecil pada halaman novel yang sedang ia baca. Menaruh di nakas dan berjalan keluar kamar. Kakinya menuruni tangga menimbulkan suara hentakan sandalnya bersentuhan lantai. Tercium aroma manis kue dari arah dapur. Ia pun langsung melangkah menuju area dapur. 


 

“Ada apa, ma? Mama mau aku bantu apa?”


 

Wanita paruh baya yang sedang membungkuk sambil memberi hiasan pada kue berwarna coklat pun mendongak. “Ah kamu sudah turun?! Tolong antar kue ya!”


 

Mika manyun. Mamanya memang selalu menerima pesanan kue dari banyak pelanggan. Kue bikinannya yang enak membuat orderan makin banyak yang masuk. Kue untuk ulang tahun, acara perayaan dan hingga menerima orderan wedding cake. 


 

“Kok bukan Rizal yang antar?”tanya Mika menanyakan kurir yang biasanya membantu mereka.


 

“Rizal sedang mengantar dua buah kue. Kue yang ini sudah waktunya diantar. Ayo cepatan! Nanti malah telat!”


 

Mika mendengus kesal. “Mika harus antar ke mana?”


 

“Alamatnya ada di labelnya ya. Lihat saja. Mama lupa.”


 

“Siap, ma!”sahut Mika. Gadis itu melangkah keluar dari dapur. Mengganti pakaian santai dengan yang lebig kasual namun tetap sopan. Lalu ia mengambil kunci mobil dan turun lagi ke lantai bawah. Berteriak pamit pada mamanya dan keluar rumah. Menuju mobil box yang biasanya dipakai untuk mengantar kue. 


 

Mika membuka pintu mobil box bagian belakang. Terlihat sebuah wedding cake dengan warna pink bercampur cream serta hiasan bunga dan miniatur sepasang pengantin. Ia melihat label pengiriman dan membacanya. Sontak matanya melebar.


 

“Sial! Kenapa gue harus antar kue ini ke Axel si brengsek itu?!!”makinya dengan suara keras.


 

Mika mengacak gemas rambutnya. Kenapa ia bisa menerima tugas seperti ini?! Kenapa Axel malah memesan kue pada mamanya? Apa tidak ada pembuat kue lain? Apa pria itu sengaja? Mika mendengus kesal. Ingin rasanya ia menghancurkan wedding cake di depannya ini. Tapi ia tidak bisa melakukannya karena bisa merusak reputasi dan nama baik mamanya.


 

“Kenapa pula mama suruh gue sih?! Masa iya sengaja?!”keluh Mika.


 

“Lo lagi sial!”desis Mika kesal. 


 

Mika menutup pintu mobil box dengan keras. Melampiaskan kekesalannya pada pintu itu. Lalu ia masuk dan duduk di bangku pengemudi. Dan mulai menjalankan mobil menuju tempat pesta pernikahan. 


 

Siapa yang bisa yang menyangka bahwa kue itu untuk pernikahan mantannya. Pria itu akan bersanding dengan wanita lain dan ia yang mengantarkan kue pernikahannya. Sungguh naas nasibnya. Mika hanya bisa berharap ia tidak akan berjumpa dengan pria itu nanti saat mengantar wedding cake.


 

Mika menyetir dengan gemas. Sesekali matanya menatap wedding cake dari kaca. Ingin sekali rasanya ia menghancurkan wedding cake milik mantannya. Kalau wedding cake itu bukan buatan mamanya, ia enggan mengantarnya. Malah ia akan membiarkannya tergilas ban mobil dan menjatuhkan ke dalam selokan. Membayangkan hal itu menyebabkan kekehan licik keluar dari mulutnya.


 

Axel memang mantan kekasih Mika. Hubungan mereka hanya berjalan tiga tahun. Hanya tiga tahun namun berkesan bagi Mika. Karena Axel adalah kekasih pertamanya. Cinta pertamanya. Tapi hubungan mereka tidak berlanjut karena Axel harus menempuh pendidikan kuliah di luar kota. Axel tidak ingin menjalani hubungan jarak jauh. Dengan mudahnya lelaki itu memutuskan hubungan dengan Mika. Di saat Mika sudah sayang pada kekasihnya, pemuda itu malah mengakhiri hubungan kasih mereka.


 

Sejak itu Mika tidak pernah kontak dengan Axel lagi. Mereka benar-benar putus hubungan. Perasaan Mika sangat perih. Pedih. Kecewa. Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar dari manik cantiknya. Ia harus menata hidup dan perasaan lagi. Dan sekarang, di saat Mika sudah mantap, kini kembali merasa perih karena harus mengantarkan wedding cake untuk mantannya.


 

Mika sudah sampai. Ia memarkir mobil box dengan pintu masuk. Memandangi gedung mewah yang akan menjadi tempat pesta pernikahan Axel, sang mantan. Ia bisa melihat papan bunga ucapan selamat terpasang di depan pintu.


 

Selamat menempuh hidup baru, Axel dan Vina.


 

Ah jadi calon istrinya bernama Vina, pikirnya. Pasti lelaki itu bertemu dan mengenalnya saat kuliah di luar kota. Mika tersenyum miris. Ia menarik napas berat. 


 

“Oke, lo bisa, Mika! Toh gue pasti tidak akan bertemu sama dia! Dia pasti sibuk!”kata Mika sembari keluar dari mobil box. Ia masuk ke dalam. Mencari pekerja yang bisa membantunya mengangkut wedding cake. 


 

“Bisa dibantu, non?”


 

Mika memalingkan wajah. Melihat seorang lelaki dengan pakaian serba hitam, pakaian khas pegawai gedung pesta dengan tulisan Glass House dalam warna emas. “Selamat siang, pak. Boleh minta bantuannya untuk mengangkut wedding cake di mobil?”


 

“Oh untuk pesta pernikahan Axel dan Vina ya?!”


 

Grrr...hati Mika serasa teriris perih. Namun ia tersenyum seraya menganggukkan kepala, “Betul pak.”


 

Mika melangkahkan kaki keluar gedung dan mengarah ke mobil box. Membuka pintu belakang. Lalu ia mengangkut wedding cake itu dibantu oleh pegawai berpakaian hitam. Mereka berdua melangkah perlahan seraya mengangkut kue. Masuk ke dalam hingga tiba di ballroom. 


 

Hawa dingin AC menyambut. Mika yang kepanasan pun langsung merasa sejuk. Ia meletakkan kue dekat panggung pelaminan. Pegawai tadi pamit undur diri sementara Mika membuka plastik mika yang membungkus kue. Merapikan dan memeriksa kue apakah ada yang rusak. 


 

Setelah itu ia baru memperhatikan tempat pesta pernikahan Axel. Ruangan luas itu penuh dengan dekorasi bunga warna warni dan nuansa warna pink putih. Terlihat cantik namun elegan. Beberapa pegawai terlihat sibuk berjalan mondar mandir. Memastikan dekorasi sudah rapi pada tempatnya. Merapikan hiasan bunga pada vas bunga. 


 

“Tidak diduga ya kita bertemu lagi?!”


 

Deg….Mika berdiri dengan badan tegang dan kaku. Suara itu, bisiknya dalam hati. Suara khas yang selalu ia rindukan serta menyakiti dirinya. Ia mengira sudah lupa dengan suara khas yang berat itu. Namun nyatanya tidak. Setelah sekian lama tidak mendengar, efeknya tetap seperti dahulu.


 

Mika menoleh. Melihat lelaki muda itu berdiri dengan tangan di dalam kantung celana. Tampak gagah dan tampan dalam balutan setelan jas berwarna hitam. Mika merasa jantungnya berdebar kencang. 


 

Seharusnya gue pakai baju yang lebih modis, sesalnya.


 

“Apa kabar?”


 

Mika mengeram kesal. “Baik.”


 

Axel tersenyum miring. “Lo masih sama saja…”


 

“Apa urusan lo?!”sahut Mika melengos.


 

“Mamamu masih membuat kue ya?!”


 

“Sudah tahu kenapa nanya? Jelas-jelas lo yang order!”


 

“Calon istri gue yang pesan. Gue tidak tahu dia pesan sama siapa, sampai gue lihat lo masuk sambil membawa kue ini tadi.”


 

Mata Mika membulat. “Oh oke.”sahutnya pendek. “Kalau begitu gue pulang.”sambungnya memilih segera pergi dari tempat ini.


 

“Hei apa lo tidak mau hadir dalam pesta gue nanti?!”


 

Mika berhenti melangkah. Menatap Axel dengan dahi berkerut. “Untuk apa?! Gue kan tidak diundang.”


 

“Gue undang lo sekarang.”


 

Mika mendengus. “Tidak perlu!”


 

“Kenapa?! Takut pacar lo cemburu ya?!”


 

“Gue belum punya pacar!”seru Mika yang langsung membekap mulut dan memaki dirinya yang kelepasan. Harusnya gue jangan bilang jujur, kesannya gue ngenes banget, batinnya. 


 

Axel melongo. Perlahan bibirnya tersenyum miring. “Jadi lo masih single sejak kita putus?!”serunya dengan nada tidak percaya.


 

“Axel sayang?!”


 

Terdengar suara lembut seorang wanita dari belakang Axel. Pemuda bersetelan jas hitam itu menoleh. Begitu pula dengan Mika. Mata Mika melebar melihat sosok wanita di belakang Axel. Ia seperti melihat seorang bidadari bergaun putih. Mika menduga wanita muda itu pastilah calon istri Axel. Begitu cantik dan sempurna. Mika merasa rendah diri dan malu. Dibanding wanita itu, memang ia tidak ada apa-apanya.


 

Wanita itu melihat Axel dan Mika bergantian. Lalu tersenyum kecil seraya mendekati Axel. Memeluk lengannya dengan manja. “Aku mencarimu.”


 

Suaranya saja merdu sekali, batin Mika mendesah. Ia ingin segera pergi dari tempat ini. Seharusnya tadi meminta pegawai gedung yang membawa kue sehingga ia tidak perlu masuk. “Aku….”


 

“Ini siapa? Kamu kenal?!”tanya wanita itu mengarahkan mata pada Mika yang berdiri canggung.


 

“Oh dia temanku. Namanya Mika.”sahut Axel berjalan mendekat sembari memegang tangan wanita itu. “Mika, ini calon istriku, Vina.”


 

Mika memaksa tersenyum. Dengan berat ia mengulurkan tangan dan menjabat tangan Vina. “Halo, selamat atas pernikahan kalian ya!”


 

“Terima kasih.”sahut Vina.


 

“Hmmm gue pulang duluan ya…”


 

“Loh kok sudah mau pulang? Pesta belum mulai. Dan bukankah kamu diundang Axel?!”tanya Vina.


 

Mika mengerang dalam hati. Merasa heran apa Vina tidak merasa aneh melihat dirinya datang ke pesta pernikahan dengan kaos dan jeans?! Jangan lupa sepatu sneakernya?! 


 

“Gue tidak diundang. Gue kemari untuk mengantar wedding cake kalian.”


 

“Oh kamu anak pemilik Yuri Cake?!”tanya Vina.


 

Mika mengangguk seraya meringis. 


 

“Wah dunia sempit sekali! Keluargaku sering memesan kue kalian loh!”ujar Vina.


 

Mika bergumam oh. Tidak menyangka dengan hal itu. Dan dari reaksi Vina, sepertinya wabita itu mengetahui sejarah hubungan Axel dengannya. “Syukurlah kalau kalian cocok dengan kue buatan mamaku.”ujarnya. 


 

“Axel, kenapa kamu tidak mengundangnya?”tanya Vina.


 

“Aku sudah lama tidak kontak dengannya. Kami juga baru bertemu hari ini.”jelas Axel.


 

“Hmmm gue pulang dulu ya! Kalian kan pasti banyak persiapan. Bye…”


 

“Tunggu! Biar Axel antar kamu sampai depan ya!”


 

“Eh tidak usah!”sahut Mika menggelengkan kepala.


 

“Oke!”ujar Axel.


 

“Heh?!”gumam Mika melongo. Ia mengira Axel akan menolak permintaan Vina. Kenapa dia malah menerima permintaan Vina?! “Gue bisa sendiri!”


 

Axel menyusul dan mengamit lengan Mika. Menyebabkan gadis itu berjengit jijik. “Masih saja keras kepala kaya dulu.”


 

“Sudah tahu keras kepala, kenapa lo masih maksa?! Gue sudah besar! Tidak perlu diantar!”tukas Mika menepis tangan Axel dan berjalan lebih jauh.


 

“Anggap kita reuni sebentar.”kata Axel seraya berjalan sejajar dengan Mika yang mendengus kesal. 


 

Mereka terus melangkah berdampingan. Mika merasa jengah. Ia ingin segera pergi dari hadapan pria itu. Meski sudah lama berlalu, tetap saja terasa aneh setelah bertemu dengan mantannya lagi.


 

“Jadi, lo masih sendiri?”


 

“Bukan urusan lo!”ketus Mika.


 

“Jangan-jangan lo masih belum bisa move on dari gue nih?!”tebak Axel menyeringai.


 

Mika mendelikkan mata padanya. “Jangan bicara ngawur! Urusan hati gue tidak ada hubungannya sama lo!”


 

Axel terkekeh. “Berarti benar kan?!”


 

“Terus apa masalahnya sama lo?!”sergah Mika kesal. Tangannya sudah gatal ingin mencakar wajah Axel yang pongah.


 

“Dia akan menikah denganku.”


 

Mika kaget dan menoleh ke belakang. Berdiri seorang lelaki berpakaian rapi dan tampan. Ia merasa seperti pernah melihat sosoknya tapi tidak bisa ingat di mana dan kapan.


 

“Mika bilang belum punya pacar.”ujar Axel tersenyum miring.


 

“Ya. Dia memang belum punya pacar. Tapi punya calon suami.”sahut pria itu melangkah seraya mengulas senyum.


 

Mika menatapnya dengan mata melebar. Halo….sejak kapan gue punya calon suami?! Kenal saja tidak sama lo, makinya dalam hati. Ia melihat pria tadi sudah berhadapan dengan Axel. Dan mereka saling berpandangan. Seakan sedang menilai lawan masing-masing.


 

“Hei kenapa kalian saling menatap kaya lagi jatuh cinta?!”ujar Mika meringis.


 

Perkataan gadis itu membuat ke dua orang lelaki itu sadar. Pria tadi malah membuang muka sembari memasang wajah hendak muntah.


 

“Jangan ngawur!”kata Axel.


 

“Ayo kita pulang, sayang! Urusanmu sudah beres bukan?!”kata lelaki tadi.


 

“Eh….”gumam Mika bingung. Ia tidak mengenal pemuda ini tapi kemunculannya bisa menyelamatkan dirinya. 


 

“Duluan ya!”ujar pria itu pamit undur diri sambil tersenyum puas.


 

Mika terkejut saat pria tadi memegang dan menarik tangannya. Melangkah menjauh dari Axel yang terdiam memandangi mereka.


 

“Hei lo mau bawa gue ke mana?!”tanya Mika setelah mereka berada di luar.


 

Pria tadi menoleh. “Memangnya lo tidak mau pulang?!”


 

“Oh iya ya…..”sahut Mika mengaruk kepala.


 

Pria itu terkekeh. “Semua ini sangat konyol ya?!”


 

Mika memandangi pria itu. “Apa maksudmu?”tanya Mika dengan lagak masa bodoh padahal hatinya sudah bergemuruh.


 

“Mantanmu dan mantanku akan menikah. Dan kita berdua harus bertemu mereka di sini. Kamu mengantarkan wedding cake. Dan aku mengantarkan bunga.”


 

Mika mengerutkan dahi. “Bagaimana kamu bisa tahu?!”


 

Pria itu menatap Mika dengan sorot mata lucu. “Tentu saja aku mengenalmu, Mika Tabitha!”


 

Mika melongo. “Kamu siapa?!”tanyanya penuh selidik. Ia tidak ingat memiliki teman atau kenalan yang memiliki toko bunga.


 

Pria itu menghela napas. Sorot matanya menatap ke atas kepala Mika. Seakan ia sedang menerawang jauh. Mengingat sesuatu. “Aku hanya seorang anak kecil yang penolakan dari seorang gadis kecil yang mengatai aku...aku tidak mau bermain dengan bocah ingusan seperti kamu.”


 

Mika menatapnya dengan dahi berkerut. Mengingat kapan kejadian seperti itu pernah terjadi dalam hidupnya. Beberapa detik kemudian matanya melebar dan melihat ke arah wajah pria itu sembari membekap mulut. “Kamu Matthew?!”


 

Pria itu mengangguk.


 

Mika meringis tidak enak. “Maaf….”


 

“Apa aku masih seperti bocah ingusan?!”tanyanya tersenyum.


 

“Eh….”gumam Mika gelagapan. Ia mengaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. “Yah...tidak...kamu sudah dewasa….dan tanpa ingus….”sambungnya nyengir. Pikirannya melayang ke masa kecilnya. Teringat dengan Matthew yang selalu mendekati dan mengikuti dirinya dì sekolah. Perbuatannya itu membuatnya terganggu. Apalagi saat itu Matthew sedang sakit flu. Mika jijik melihat wajah Matthew dengan ingus di hidungnya. Memakinya agar menjauh. Kemarahannya membuahkan hasil. Matthew memang menjauh darinya hingga mereka tidak bertemu lagi. Dan hari ini mereka berjumpa lagi. Sungguh tidak terduga.


 

Pria yang ternyata teman masa kecil dan bernama Matthew tertawa. “Aku mencintaimu, Mika. Apa kamu akan menerimaku?”


 

Mata Mika melotot. “Kamu gila?! Kita baru saja bertemu lagi. Dan kamu juga baru saja putus bukan?! Sekarang kamu malah mengajak gadis lain untuk pacaran?!”serunya tidak percaya.


 

Matthew terkekeh. “Lalu kenapa masalahnya? Kalau aku memang mencintai kamu, apa aku tidak bisa memintamu untuk menjadi kekasihku?! Lagipula aku sudah lama putus dengan Vina. Saatnya aku melanjutkan hidup. Kamu juga.”


 

“Kamu gila!”


 

“Ya, gila karena mencintaimu!”sahut Matthew menyeringai lebar. “Ucapanmu yang menyakitkan dulu justru membuat aku makin jatuh cinta padamu. Buktinya aku masih ingat padamu sekarang. Setelah sekian lama tidak bertemu. Tuhan memang ingin kita bertemu lagi dan bersama.”


 

“Aku tidak pernah jatuh cinta padamu.”


 

“Dan kamu menyakitiku lagi…”ujar Axel menyentuh dadanya dengan dramatis seakan ia merasakan sakit.


 

“Berbicara denganmu membuat aku kesal!”


 

Matthew tertawa. Lalu ia memasang ekspresi jahil. “Hei bagaimana jika kita masuk ke dalam sambil bergandengan tangan dengan mesra?! Memperlihatkan kepada ke dua orang itu agar mereka menyesal sudah mencampakkan kita?!”usulnya.


 

Mika mendengus. “Aku tidak merasa dicampakkan ya!”


 

“Ah kamu masih sama saja. Tapi tidak apa! Maksudku biar mereka menyesal karena sudah meninggalkan orang yang tepat.”


 

“Kamu saja masuk sendiri! Aku tidak berminat.”ujar Mika meneruskan langkah kakinya.


 

Axel menghela napas. Ia menyusul dan berjalan di samping Mika. “Oke, lupakan saja. Apa sekarang kamu masih harus mengantar kue?”


 

“Tidak. Kenapa? Kamu masih harus mengantar bunga ke pernikahan mantanmu ya?!”ujar Mika.


 

“Ada sih. Satu lagi. Tapi bukan untuk mantanku. Melainkan untuk calon istriku, Mika Tabitha.”


 

MIka melirik sekilas dengan wajah merona. Sosok yang dulu ia tidak suka justru malah asyik diajak berbincang. “Sinting…”gumamnya menyeringai lebar.


 

Matthew tersenyum. “Jadi bagaimana? Diterima ya?!”tanyanya penuh percaya diri. Sangat tidak romantis. Bagaimana ia bisa menyatakan cinta dengan cara dan kondisi seperti ini?!


 

Mika mendelikkan mata lalu tersenyum kecil yang diartikan oleh Matthew sebagai kesempatan untuknya. Ke dua orang itu pun tertawa pelan. Dengan berani Matthew mengandeng tangan Mika yang sempat dibalas dengan lirikan tajam.


 

Mika siap memulai hidup baru dengan Matthew. Ini akan menjadi awal baru bagi mereka berdua. 



 

Tamat
















 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya I Lay My Love on You bab 31 - 33
0
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan