DEMI MASA

4
0
Deskripsi

Harga diri seorang suami adalah bagaimana caranya memberikan kebahagiaan untuk keluarganya. Maka dari itu, Doni Prastawa percaya bahwa kesuksesan dalam karir adalah hal penting baginya, dengan uang yang melimpah Doni bisa mendapatkan kebahagiaan yang dia dan keluarganya impikan. Demi mencapai kebahagiaan dalam hidup, Doni hanya fokus bagaimana mendapatkan uang lebih banyak. Bahkan sampai melupakan hal-hal penting lainnya dalam hidup.

Suasana pagi di sebuah rumah terlihat seluruh anggota keluarga sedang duduk di meja makan untuk sarapan. Doni turun dari kamarnya dengan setelan jas yang sepertinya bersiap untuk pergi bekerja.

“Kurang lebih proyeknya akan berjalan selama 2 tahun Pak. Sekarang kita sedang mempersiapkan rencana anggarannya setelah selesai kita akan komunikasikan dengan Bapak. Baik Pak terimakasih” ucap Doni pada seseorang di telfon sambil menuruni tangga.

Setelah selesai menelfon, Doni duduk bersama istri dan anak-anaknya untuk sarapan bersama. Rima, istri Doni langsung menyiapkan sarapan untuk suaminya.

“Ini Mas sarapannya” kata Rima

“Makasih ya sayang” balas Doni

Sambil menikmati sarapannya, Alvin anak pertama Doni berkata pada ayahnya.

“Ayah, minggu depan jadi kan kita jalan-jalan?” kata Alvin.

Doni yang duduk di sebelah Alvin berkata “Oiya pasti jadi dong, nanti kita jalan-jalan sepuasya oke” ucap Doni sambil mengelus kepala Alvin.

Setelah itu Alvin kembali berkata pada ayahnya “Oiya ayah nanti kita pergi ke...” belum sempat selesai bicara, tiba-tiba handphone Doni berdering dan dia mengangkatnya.

“Halo iya Pak, baik Pak saya akan segera ke sana” ucap Doni pada seseorang di telfon. Kemudian Doni berkata

“Aku harus pergi dulu, udah ditunggu sama orang di kantor. Rima aku berangkat ya. Alvin ayah pergi dulu ya” ucap Doni dengan terburu-buru.

“Tapi ini sarapan kamu?” ucap Rima.

“Nanti aja sarapan di kantor” jawab Doni singkat.

Alvin yang belum sempat melanjutkan perkataannya hanya terdiam dan melihat ayahnya pergi.

***

Sampai di kantor, Doni melakukan pekerjaannya seperti biasa. Doni bekerja sebagai konsultan IT di sebuah perusahaan startup di Ibu Kota. Pekerjaan yang mengharuskan Doni siap bekerja dalam target dan tekanan.

Pukul 12.00 siang, waktu istirahat kerja telah tiba. Namun, terlihat Doni yang sedang duduk di kursi kantornya masih terus bekerja. Rekan kerjanya bernama Egy melihat Doni yang terus bekerja kemudian berkata.

“Don, udah istirahat nih lu gak makan siang sama solat dzuhur?” kata Egy.

“Tanggung bentar lagi” jawab Doni singkat.

“Yaudah deh gua duluan ya” balas Egy.

Setelah Egy pergi Doni mengeluarkan makanan dari dalam tasnya, sepertinya itu adalah makanan yang dia beli ketika berangkat bekerja. Kemudian Doni kembali bekerja sambil memakan makanannya. Waktu berlalu sampai waktu istirahat kerja selesai, semua karyawan mulai berdatangan dan kembali bekerja. Namun, Doni masih belum beranjak dari mejanya sejak istirahat tadi.

Egy datang dan melihat Doni yang masih duduk di kursinya, kemudian Egy berkata pada Doni “Lu masih belum gerak dari tadi Don?” tanya Egy.

“Ini gua baru selesai makan, ini gerak bukan?” kata Doni sambil tertawa pada Egy.

“Gila emang Doni” balas Egy sambil geleng-geleng kepala.

***

Pukul 16.00 sore, waktu kerja telah usai dan semua karyawan satu persatu pergi meninggalkan kantor. Begitupun juga dengan Egy dan Doni yang bersiap-siap untuk pulang.

“Don, gua cabut duluan ya” kata Egy.

“Oke hati-hati gy” jawab Doni.

Doni keluar dari kantornya menuju parkiran untuk masuk ke mobil, Doni terlihat lelah karena bekerja seharian. Sampai di parkiran Doni disapa oleh seorang kakek memakai kopiah.

“Sore Pak, mari Pak solat ashar dulu” ucap kakek itu sambil tersenyum pada Doni.

“Iya pak, silahkan duluan” jawab Doni dengan membalas senyuman kakek itu.

Kemudian kakek itu pergi meninggalkan Doni. Doni sejenak melihat kakek itu yang perlahan menjauh, lalu Doni masuk ke mobilnya dan pulang.

Hari semakin gelap dan jalanan dalam kondisi macet, kemacetan pada sore menjelang malam sudah jadi hal biasa di Ibu Kota. Namun, tetap saja hal itu kadang-kadang membuat sebagian pengendara geram, termasuk Doni.

“Ya ampuun macet lagi, gak tau orang capek apa?!” kata Doni sambil menekan klakson mobilnya beberapa kali.

Terdengar suara adzan maghrib, dalam kondisi macet Doni masih terdiam di dalam mobilnya sambil mnelihat beberapa orang menyebrang jalan untuk solat maghrib berjamaah.

Waktu menunjukan pukul 19.15, kemacetan panjang membuat Doni harus pulang lebih malam dari biasanya. Doni sampai di rumahnya kemudian turun dari mobil untuk membuka gerbang rumahnya, tiba-tiba Mas Andi yang merupakan tetangganya menyapa.

“Pak Doni, baru pulang Pak?” ucap Mas Andi.

“Iya nih Mas, macet tadi di jalan” jawab Doni dengan ramah.

“Ayo Pak, solat isya dulu ke masjid” ajak Mas Andi pada Doni.

“Iya mas, duluan nanti saya menyusul. Saya mau ganti baju dulu” ucap Doni.

“Yasudah saya duluan ya Pak Doni” kata Mas Andi.

“Iya mas” jawab Doni singkat.

Doni kemudian memasukan mobilnya ke dalam rumah. Di dalam rumah, Rima istri Doni sedang menyiapkan makan malam. Tapi Doni yang terlihat lelah langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

“Sayang, kamu nggak makan dulu?” tanya Rima.

“Kamu aja sama anak-anak dulu, aku cape banget” jawab Doni.

Karena saking lelahnya Doni akhirnya langsung tertidur di atas kasur.

***

Pukul 06.00 pagi Doni terbangun dari tidurnya, dia melewati malam dengan tidur cukup pulas. Doni segera bersiap untuk berangkat kerja kemudian turun dari kamarnya untuk sarapan bersama istri dan anaknya.

“Pagi sayang, pagi Alvin” ucap Doni pada istri dan anaknya.

“Pagi ayah” ucap Alvin.

“Pagi juga sayang” ucap Rima.

Seperti biasa Rima menyiapkan sarapan untuk suaminya. Saat Rima sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya handphone Doni berdering, Doni yang melihat kemudian mengangkatnya.

“Halo selamat pagi Pak. Oh begitu Pak? Baik Pak saya segera ke sana” ucap Doni pada seseorang di telfon.

“Maaf sayang aku harus pergi, nanti aja sarapannya” ucap Doni pada istrinya.

“Mending sarapan dulu, lagian masih cukup kok waktunya buat sarapan” kata Rima pada Doni.

“Maaf sayang aku harus selesain kerjaan aku di kantor” balas Doni.

“Ayah sarapan dulu aja, kemaren ayah gak sarapan bareng” kata Alvin.

“Maaf ya nak ayah buru-buru” jawab Doni pada anaknya.

“Inget Mas, semua orang setiap hari dikasih waktu 24 jam itu harus dibagi. Enggak semuanya dikasih buat kerjaan, banyak hal yang gak kalah penting juga” ucap Rima lagi.

Doni kemudian melihat jam di tangannya dan berkata “Udah ah, aku berangkat dulu” sambil membawa tasnya Doni pergi meninggalkan meja makan, sedangkan Rima hanya menggeleng-geleng kepala.

“Ibu, ayah gak papa kan?” tanya Alvin pada Ibunya.

“Gak papa tenang aja, udah kamu sarapan aja sama Ibu” ucap Rima sambil tersenyum pada anaknya.

***

Dalam perjalanan menuju kantor, tiba-tiba mobil Doni terasa miring dan sulit dikendalikan. Doni yang bingung segera menepikan mobilnya kemudian turun dari mobil utnuk melihat, ternyata ban mobil Doni bocor.

“Aduh kenapa bocor di sini sih ah!” ucap Doni kesal.

Doni seketika panik karena melihat sekitarnya tidak ada bengkel mobil, akhirnya Doni memutuskan unntuk berjalan kaki mencari bengkel terdekat. Namun, Doni yang terburu-buru sampai lupa mengunci pintu mobilnya.

Saat Doni sedang mencari bengkel mobil, datang dua orang mengendarai motor menghampiri mobil Doni. Salah satu orang itu turun dari motor dan melihat ke dalam kaca mobil Doni. Melihat ada tas yang tertinggal di sana orang itu membuka pintu mobil yang tidak dikunci tadi untuk mengambil tas Doni dan kabur.

Doni yang tidak menemukan bengkel mobil memutuskan untuk kembali ke mobilnya. Namun, saat akan mengambil handphone di dalam mobil, Doni tersadar bahwa tas yang tadi dia tinggalkan sudah tidak ada dan Doni semakin panik.

“Ini tas gua tadi ke mana ya?” ucap Doni.

“Astaga gua lupa kunci pintu mobil tadi” ucap Doni lagi yang semakin panik karena dia sadar di dalam tas itu ada laptop dan berkas penting pekerjaan.

Kepanikan Doni semakin jadi karena dia sudah terlambat masuk kerja. Akhirnya Doni memutuskan untuk  segera mengunci pintu mobil dan menelfon bengkel resmi dekat kantornya untuk memperbaiki mobilnya. Setelah itu, Doni pergi ke kantor dengan naik ojek pangkalan yang tidak jauh dari tempatnya saat itu. Sampai di kantor, Pak Sandi selaku bos Doni yang dari tadi sudah menunggu berkata

“Pak Doni, Anda terlambat 20 menit. Mana berkas yang saya minta untuk rapat dengan klien penting kita nanti?” ucap Pak Sandi.

Dengan perasaan panik dan takut Doni berkata pada bosnya “Maaf Pak, saya belum bisa memberikan berkasnya” jawab Doni.

“Maksud Anda?” tanya Pak Sandi dengan ekspresi wajah yang seketika berubah.

“Berkasnya hilang Pak di mobil” jawab Doni dengan wajah tertunduk.

Pak Sandi yang tidak terima dengan jawaban Doni langsung memakinya.

“Apa? Hilang? Maksud anda apa Pak? Rapat dengan klien lima menit lagi anda bilang berkasnya hilang? Anda tau seberapa penting pertemuan nanti dengan klien, klien sedang dalam perjalanan dan sebentar lagi sampai. Mau taro di mana muka saya dan perusahaan ini kalau sampai mereka tau berkasnya belum siap. Mereka akan menganggap perusahaan ini tidak serius.” ucap Pak Sandi dengan marah.

Doni yang hanya bisa terdiam kemudian berkata “saya akan tanggung jawab Pak, saya akan buat lagi berkasnya” ucap Doni.

“Bahkan berkas itu belum saya lihat. Dengar ini Pak Doni, saya beri waktu 5 Menit lagi untuk Bapak kerjakan berkas itu sekarang dan tanpa kesalahan. Jika tidak, Bapak sudah mempermalukan perusahaan dan Bapak akan dikenakan pemotongan gaji” balas Pak Sandi.

Kemudian Pak Sandi meninggalkan Doni yang kembali terdiam. Hari itu menjadi hari yang berat untuk Doni, selain barangnya dicuri Doni juga terancam gajinya dipotong. Akhirnya Doni segera mengerjakan apa yang diperintahkan Pak Sandi kepadanya.

***

Pukul 16.00 sore, waktu bekerja telah selesai. Doni dengan perasaan yang masih kesal pergi dari kantor untuk mengambil mobilnya dan kembali pulang. Di luar kantor, Egy melihat Doni jalan sendirian kemudian menghampirinya.

“Eh Don, tumben lu jalan? mobil ke mana?” tanya Egy

“bengkel pecah bannya” jawab Doni dengan wajah lesu

“Lu masih kesel sama omelan Pak Sandi tadi?  udah gak usah terlalu dipikirin, kita solat ashar dulu mending biar tenang” kata Egy.

“berkasnya ilang itu gara-gara kemalingan di mobil gua, bukan cuma berkasnya, laptop gua juga. Udah ah gua mau ambil mobil gua dulu, mau balik aja gua pusing” kata Doni kemudian pergi meninggalkan Egy. Sedangkan Egy hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

Dalam perjalanan pulang Doni tidak bisa berhenti memikirkan apa yang sudah terjadi pada dirinya.

“Aaaaah sialan, kenapa sial bener sih hari ini. anjiiiing lah” ucap Doni sambil berteriak di dalam mobil.

Cara menyetir Doni sudah tidak terkendali lagi dan cenderung ugal-ugalan. Ketika mobilnya akan belok arah tiba-tiba Doni menabrak pengendara motor di depannya. Sontak Doni pun kaget, pengendara motor itupun terjatuh. Doni langsung keluar dari mobilnya.

“Gimana sih bang bawa mobilnya, ini kan tikungan masih aja ngebut” ucap pengendara motor itu memarahi Doni.

Tetapi karena Doni yang juga sedang emosi balik memarahi pengendara itu “saya udah ngerem, situ aja yang lambat jalannya” kata Doni.

“Loh, situ yang salah situ yang ngotot” ucap pengendara motor itu lagi.

Perkelahian pun tidak terhindarkan menyebabkan kemacetan di jalanan. Akhirnya keduanya dipisahkan oleh warga di lokasi tersebut.

Pukul 19.15 Doni sampai di rumah, dari arah dapur Rima datang membawa segelas air untuk suaminya.

“Ini Mas diminum dulu” ucap Rima.

Doni tidak membalas hanya menunduk sambil memegangi kepalanya. Kemudian Rima kembali berkata “Kamu kenapa sayang? kayaknya capek banget. Sini aku pijitin”.

“Udah gak usah lagi pengen sendiri aja” ucap Doni.

“Kamu kenapa sih Mas? udah dua hari ini kamu gak mau sarapan bareng lagi di rumah. Sekarang aku pijitin gak mau, aku curiga kamu selingkuh” ucap Rima sedikit kesal.

Mendengar perkataan Rima semakin membuat Doni emosi. “Kamu ngomong apa sih? aku bilang cuma pengen sendiri, kenapa tiba-tiba selingkuh?” jawab Doni sedikit membentak.

“Terus kamu kenapa tiba-tiba kayak gini? biasanya gak kayak gini!” jawab Rima.

“Alaaah jadi istri kok aneh, udah awas aku mau keluar!” ucap Doni yang semakin marah.

Doni pun pergi keluar membawa mobilnya, ketika membuka gerbang Mas Andi menyapa Doni

“Pak Doni, baru pulang Pak?” kata Mas Andi

Doni tidak menghiraukan dan hanya fokus membuka gerbang, lalu Mas Andi kembali berkata “Sudah adzan isya, mari Pak solat isya dulu Pak”.

Doni tetap tidak menghiraukan Mas Andi, kemudian Doni pergi menggunakan mobilnya.

***

Pukul 20.30 malam di sebuah rumah yang bukan merupakan rumah Doni, terlihat Doni duduk di kursi teras rumah tersebut. Tiba-tiba seorang wanita keluar dari dalam rumah membawa secangkir kopi “Silahkan Pak diminum kopinya” ucap wanita itu.

“Makasih mbak, oiya Egy masih lama ya?” ucap Doni.

“Pak Egy solat isya ke masjid, paling sebentar lagi pulang” ucap wanita itu.

Doni hanya mengangguk dan wanita itu masuk ke dalam rumah.

Tidak lama berselang terlihat dari arah depan rumah, Egy baru pulang dari masjid. Egy yang melihat Doni sedang duduk langsung menyapa.

“Eh ada Doni, apa kabar Don” ucap Egy basa basi.

“Lama bener lu, katanya lu di rumah jam setengah delapan” balas Doni.

“Solat isya dulu Don santai, lagian tumben lu malem-malem ke sini” ucap Egy sambil duduk di samping Doni.

“Gua mau cerita sama lu gy, banyak masalah gua” kata Doni.

Doni pun mulai bercerita tentang permasalahannya pada Egy.

“Jadi begitu gy, kenapa ya apes banget gua hari ini? gimana menurut lu?” kata Doni yang sudah selesai menceritakan semuanya pada Egy.

“Setiap orang punya masalah beda-beda, tapi kenapa kita harus punya masalah? menurut gua supaya kita gak lupa diri. Gua percaya kita ini hidup urusannya bukan cuma sama manusia aja Don, sama yang menciptakan manusia juga. Kalo kita coba renungi bersama dari 24 jam waktu yang dikasih sama Allah setiap hari, ada gak waktu yang dipake buat bersyukur, buat ibadah, buat sedekah? atau jangan-jangan semuanya dipake nyari duit?” ucap Egy.

“Tapi kita hidup perlu uang gy, kita bisa dapet kebahagiaan karena uang kan?” jawab Doni.

“Itu bener, tapi gak sepenuhnya bener.” kata Egy.

“Maksudnya?” tanya Doni.

“Kebahagiaan dan rezeki yang kita dapet itu ada yang ngasih, siapa? Allah Don. gini-gini gua juga pernah ngaji Don, Allah pasti ngasih rezeki sama mahluknya walaupun mahluk itu dalam tanah. Tapi alasan kita diciptakan itu untuk beribadah kepada-Nya Don. Mohon maaf nih, elu gua ajak solat ada aja alesannya. Mungkin karena itu elu dikasih banyak masalah di hidup lu.” kata Egy.

Mendengar ucapan Egy membuat Doni terdiam tanpa kata, lalu Doni melihat jam di tangannya sudah menunjukan pukul 21.30 malam.

“Udah malem gy, gua harus balik dulu” kata Doni

“Lah gitu doang?” jawab Egy.

“Udah malem gy, lu juga perlu istirahat” kata Doni.

“Yaudah hati-hati Don, salam sama Rima” kata Egy

Doni pun masuk ke mobilnya dan pergi dari rumah Egy. Sepanjang perjalanan pulang Doni terus teringat perkataan Egy tadi, perkataan itu seolah mengganggu pikirannya.

“Kayaknya bener deh yang dibilang Egy, gua yang salah. Kalo itu solusinya mulai besok gua bakal tobat dan solat.” ucap Doni.

Sementara itu Doni yang terus memikirkan perkataan Egy, tidak sadar mobilnya melaju sangat kencang dan menerobos lampu merah. Kemudian Doni dikagetkan dengan bunyi klakson mobil pickup yang melaju kencang juga dari arah sebelah kanan, Doni yang kaget hanya bisa berteriak “Aaaaaaaaaahhhhhhh”.kecelakaan pun tidak terhindarkan, mobil Doni terlempar cukup jauh dan terguling-guling. Terlihat Doni yang sudah berlumuran darah di dalam mobilnya kemudian pada akhirnya Doni meninggal di tempat. Bahkan tidak sampai besok Doni sudah dijemput oleh ajalnya.

Selesai.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya LOVE PROTOCOL
2
0
Sebagai anak dari seorang Presiden, Didi tidak bisa menjalani hidup normal lagi. Semenjak Ayahnya dilantik, setiap aktivitasnya selalu dikawal oleh paspampres. Tentu demi keamanan, tapi bagi Didi itu adalah cara paling menyebalkan. Untungnya Didi masih memiliki pacar yang dia cintai, namanya Dinda. Didi dan Dinda sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga tahun sebelum ayah Didi menjadi Presiden. Namun, kisah romantis antara Didi dan Dinda tidak berjalan seperti yang diharapkan Didi.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan