
Galang menghela napas panjang sebelum menatap lekat cewek yang ada di depannya. "Maafin gue, Cil. Gue takut lo nyaman sama cowok lain dan enggak butuh gue lagi."
Lala ikut menghela napas sebelum berkata. "Galang jangan ngomong kayak gitu. Lala jadi ngerasa bersalah. Maafin Lala, ya?"
Galang menarik sudut bibirnya sebelum mengikis jarak dan memeluknya. "Lo tahu, kan, Cil. Seberapa sayang gue sama lo. Gue butuh lo buat jaga kewarasan gue."
Bab 1
Cemburu
"Kita Putus!"
Telepon terputus. Cowok yang tengah duduk di sofa butut di markas itu langsung melempar ponsel ke samping sebelum menyandarkan punggung dan menyugar rambutnya. Dia masih tenggelam dalam kegalauan saat seorang cowok lainnya mendekat dan langsung duduk di sampingnya.
"Putus lagi?" tanyanya sambil menepuk bahu cowok di sampingnya. "Genap selusin lo bilang putus sama Vita, gue kasih payung, Jo."
"Sue lo, Di! Bukannya prihatin sama nasib gue malah lo katain!"
"Lagi lo bosenan jadi orang. Yang setia kayak gue napa? Mau jalan hampir enam bulan sama Cantika."
"Sotoy lo, Di!"
"Eh, apa jangan-jangan lo masih belum bisa move on dari La ... heemmpphh."
Jojo langsung membekap mulut Didi sambil mengedarkan pandangan karena takut Galang mendengar ucapannya. Setelah merasa keadaan aman, dia menatap tajam Didi.
"Jangan sembarangan lo ngomong, Di! Gue bisa dikunyah Galang nanti!"
Jojo melepaskan tangan dan sedikit mendorong Didi. Setelahnya, dia membuang pandangan dan mendengkus kesal. Tepat saat itulah Galang datang bersama Raka dan Rama. Galang langsung duduk di samping Jojo dan menaikkan sebelah alisnya seolah-olah bertanya kenapa.
Bukannya mendapat jawaban, Jojo langsung bangkit dari duduk dan berlalu keluar markas. Galang mengedikkan bahu dan merangkul pundak Didi.
"Napa lagi, tuh, anak? Putus lagi sama Vita?"
"Ah, elah! Kayak enggak tahu aja lo, Lang. Biasalah kalau lagi kusut kayak baju belum disetrika, ya, begitu. Apa lagi yang bikin, tuh, anak uting-uringan kayak gitu. Lagi dia pengen cewek yang kayak La ... ups!"
Didi langsung membekap mulut setelah mendapat tendangan di tulang keringnya dari Raka. Dia menepuk pelan mulutnya sambil terus mengumpat.
"Sialan! Hampir aja kelepasan ini mulut! Kalau enggak butuh cipokan sama Cantika, gue sumpel lo!"
"Didi!" dengkus Rama sambil melotot.
Didi cengengesan sambil mengusap tengkuk sebelum menepuk bahu Galang. "Lo enggak ada acara sama Lala weekend ini, Lang?"
"Belum tahu. Abis bokapnya Bocil pensiun, jadi agak susah jalan. Bokapnya tipe yang kalau pacaran di rumah aja. Eh, bukannya ngobrol sama Bocil, gue malah diajakin main catur, main game, sampai nanem cabe."
Raka, Rama, dan Didi langsung tergelak mendengar ucapan Galang. Didi menggeleng sambil menepuk pundak Galang dan berkata.
"Sabar, Lang. Berarti lo udah dianggap mantu idaman sama bokapnya Lala. Jalanin aja, yang penting restu turun cepat."
"Kampret! Untung sayang sama Bocil, kalau enggak udah gue ...."
"Lo apain? Macem-macem udah didelete lo jadi Caman, Lang." Didi berkata sambil bangkit dari duduk. Dia bergeming sejenak sebelum menatap ketiga temannya. "Gue cari Jojo dulu, deh. Takutnya dia nyemilin aspal, kan, berabe nanti."
Sepeninggal Didi, Galang menyandarkan punggung dan mengambil joy stick sebelum bermain game bersama Raka. Namun, baru lima menit berlalu, ponsel Galang berdering nyaring. Dia segera merogoh saku celana dan menatap layar sebelum menempelkannya ke telinga.
"Galaaang!"
Galang langsung menjauhkan ponsel dari telinga begitu mendengar suara melengking di ujung telepon. Dia mendengkus kesal sebelum kembali menempelkan ponsel ke telinga.
"Cil, kalau ngo--"
"Galang ke mana? Katanya mau jemput Lala. Ini Lala udah selesai kuliah. Kalau Galang enggak bisa jemput, Lala pulang aja bareng Ka--"
"Gue OTW! Awas kalau lo pulang bareng orang lain!"
Telepon terputus. Galang segera melempar joy stick kepada Rama sebelum berlari keluar markas. Dia menuju motor dan segera menaikinya. Saat melihat Jojo dan Didi bermain basket, dia membunyikan klakson sebelum berlalu meninggalkan markas.
Galang melajukan motor menyusuri jalanan menuju kampus. Saat sampai di depan gedung tempat Lala kuliah, dia mengedarkan pandangan. Lalu, merogoh ponsel dan hendak menghubungi Lala. Namun, belum sempat melakukannya, seseorang menutup kedua matanya. Galang mendengkus kesal sebelum berkata.
"Enggak usah bercanda, deh, Cil. Gue ci ... heemmpphh."
Galang tidak mampu melanjutkan ucapannya karena Lala sudah lebih dulu membekap mulutnya. "Ih, Galang! Enggak bisa banget diajakin bercanda. Pura-pura kaget dulu napa, biar Lala seneng. Malah main ci-ci begitu, kesel!"
Galang terkekeh sebelum melepas tangan Lala, kemudian mencium telapak tangannya. Dia mencubit gemas kedua pipi Lala sambil tersenyum.
"Jangan ngambek lagi, Cil. Gimana kalau gue beliin es krim sama susu pisang?"
"Mauuu!"
Galang terkekeh sebelum mengambil helm dan memakaikannya kepada Lala. Dia bergeming sejenak saat Lala naik ke boncengan dengan beepegangan pada pundaknya. Lalu, perlahan melajukan motor meninggalkan kampus menuju kedai es krim. Usai melihat Lala turun, Galang membukakan helm dan menaruhnya di spion sebelum turun dari motor dan menggandeng Lala memasuki kedai es krim.
Saat mengantre, Lala tersenyum sambil menatap Galang. Lalu, mengedarkan pandangan dan menatap lekat kepada tiga orang cewek yang duduk di sudut kedai es krim sambil cekikikan melihat Galang. Lala menatap cowok di sebelahnya sambil mengerucutkan bibir, kemudian menariknya keluar.
"Cil, katanya mau es krim. Kenapa malah keluar lagi?"
"Enggak jadi! Kita cari tempat lain aja."
Lala mengentakkan kaki dan berlalu ke motor. Dia bergeming sambil bersedekap dan menekuk wajah. Melihat cewek itu sedang kesal, Galang berdiri di depannya. Lalu, meraih dagu Lala agar menatapnya lekat.
"Lo kenapa, Bocil? Tadi udah ketawa-tawa, kok, sekarang jadi bete."
"Lala enggak mau makan es krim di sini!"
"Alasannya?"
"Di dalem ada tiga cewek yang terus aja lihatin Galang sambil cekikikan. Lala enggak suka!"
Galang terkekeh sebelum mengacak-acak rambut Lala. Dia membungkuk dan menatap lekat manik mata sebening embun di depannya.
"Biarin aja mereka lihatin gue. Yang penting gue enggak nanggepin mereka, kan?"
"Tetep aja Lala enggak suka! Kita cari es krim di tempat lain atau pulang aja! Lala cemburu tahu! Masa cowoknya Lala yang ganteng dilihatin sampai segitunya."
Galang mengulum senyum sebelum menegakkan punggung. Dia membuang pandangan karena merasakan panas yang menjalari telinga hingga ke wajahnya. Setelahnya, dia mengambil helm dan memakaikan kepada Lala.
"Oke, kita cari es krim di tempat lain."
Senyum kembali menghiasi wajah Lala. Dia langsung naik ke boncengan dan memeluk erat perut Galang. Lalu, perlahan motor melaju menyusuri jalanan menuju kedai es krim yang lain. Saat sedang mengantre, seseorang menepuk pundak Lala. Cewek itu menoleh dan membeliak melihat orang yang ada di depannya.
"Nathan!"
"Hai, La. Apa kabarnya? Lama enggak ketemu, ya?"
"Gimana mau ketemu, Nathan aja ambil kuliahnya di Bandung. Kasihan Papa sama Mama sendirian di rumah."
"Sesekali, La. Gue mau cari lingkungan baru, siapa tahu bisa lupain cewek yang udah ambil hati gue sejak kecil."
Galang yang sejak tadi mendengar percakapan Lala dan Nathan langsung menggeram kesal. Dia menarik Lala mundur dan berdiri membusungkan dada di depan Nathan.
"Maksud lo apa ngomong begitu, hah!"
"Galang, jangan!" rengek Lala sambil menarik pergelangan tangan Galang. "Nathan, kita duluan, ya?"
Lala menarik Galang keluar kedai es krim. Dia terus menarik cowok itu hingga sampai di dekat motor. Lalu, berjinjit hanya untuk menjewernya.
"Aduh, sakit, Bocil!" seru Galang sambil menepis tangan Lala. Dia menatap tajam cewek itu sambil mendengkus kesal. "Apa mau lo, hah! Lo mau tebar pesona sama cowok lain, iya?"
"Siapa yang mau tebar pesona, Galang! Lala cuma nyapa Nathan aja."
"Alasan! Kita pulang!"
"Beli es krimnya enggak jadi lagi, ya?"
"Enggak! Cepetan naik atau gue tinggalin!"
Lala mencebik sebelum naik ke boncengan setelah menyambar helm. Dia memegang ujung jaket Galang bagian belakang dan bungkam selama perjalanan.
Setibanya di rumah, Lala langsung turun dan melengos berjalan melewati Galang. Namun, saat sampai di ujung tangga teratas, Galang menahan pergelangan tangannya. Dia menoleh sambil mengerucutkan bibirnya.
"Lo marah?"
"Menurut Galang? Kenapa, sih, Galang masih aja enggak berubah! Masih posesif sama Lala, padahal Lala juga pengen temenan sama banyak orang. Galang aja boleh temenan sama cewek lain, masa Lala enggak boleh. Lala kesel sama Galang!"
Galang menghela napas panjang sebelum menatap lekat cewek yang ada di depannya. "Maafin gue, Cil. Gue takut lo nyaman sama cowok lain dan enggak butuh gue lagi."
Lala ikut menghela napas sebelum berkata. "Galang jangan ngomong kayak gitu. Lala jadi ngerasa bersalah. Maafin Lala, ya?"
Galang menarik sudut bibirnya sebelum mengikis jarak dan memeluknya. "Lo tahu, kan, Cil. Seberapa sayang gue sama lo. Gue butuh lo buat jaga kewarasan gue."
"Ehem!"
Galang langsung melerai pelukan setelah mendengar suara dehaman seseorang. Dia menoleh dan tersenyum canggung.
"Eh, Ayah. Selamat sore." Galang mengikis jarak dan langsung mencium takzim punggung tangan Keenan.
"Hem. Siapa yang nyuruh kalian pelukan di sini?" tanya Keenan sambil menatap sinis Galang. Lalu, tatapannya beralih kepada Lala. "Lala, masuk! Ayah mau ngomong sebentar sama Galang."
Lala menurut. Dia berjalan menghampiri sang ayah dan mencium pipi kanannya sebelum masuk ke dalam. Sementara, Keenan menghampiri Galang dan merangkulnya.
"Kemarin kamu beli cinnamon Roll di mana, Galang?"
"Kenapa, Yah? Enak, ya?"
"Hem. Ayah mau beliin buat Bunda, soalnya kemarin ngambek karena cuma kebagian segigit aja. Ayah khilaf mau habisin sendirian saking enaknya."
Galang mengulum senyum sebelum kembali dingin karena mendapat tatapan sinis Keenan. Dia menelan ludah dengan susah payah sebelum kembali berkata.
"Besok Galang bawain lagi, Yah. Kebetulan belinya di toko langganan Mama."
"Ah, kamu memang calon mantu idaman. Peka banget, pantesan aja Lala betah pacaran sama kamu. Tapi, ingat, ya? Kalian jangan macem-macem! Macem-macemnya nanti aja kalau udah nikah."
"Siap, Yah. Kalau gitu Galang pamit, ya?"
"Wah, padahal Ayah mau ngajakin kamu main catur lagi."
Galang mengusap tengkuk dan tersenyum canggung, kemudian berkata. "Maaf, Yah. Galang ada tugas kuliah, besok wajib dikumpulin."
"Ya, udah. Pulang sana! Kerjain tugasnya yang bener, jangan keluyuran."
"Iya, Yah. Galang pamit."
Galang langsung mencium takzim punggung tangan Keenan sebelum berjalan mendekati motor. Dia memakai helm dan melajukan kuda besinya meninggalkan rumah Lala. Namun, saat sampai di rumah, dia mengernyit heran ketika mendapati mobil yang tak asing terparkir di depan rumah. Dia turun dari motor dan perlahan masuk ke rumah. Lalu, satu pemandangan yang tersaji di depan mata berhasil membuatnya membeku di tempat. Dia mengepalkan tangan, mengetatkan rahang, dan menahan amarah yang membuncah dalam dada. Lalu, satu kalimat penuh amarah terlontar dari mulut Galang.
"Apa yang kalian lakukan!"
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
