.

Shen Wenlang & Gao Tu

.

Shen Wenlang memindahkan Gao Tu ke atas ranjang, melucuti semua pakaian Omeganya hingga setiap inci kulit pasangannya itu bisa dia sentuh dengan leluasa. Shen Wenlang berdiri memperhatikan Gao Tu yang merekah, Omeganya tampak cantik melenguh pelan memanggil namanya ditengah rasa panas yang menyelimuti tubuhnya.

Shen Wenlang mendadak merasa lapar, harum feromon manis melambai-lambai menggodanya, dan pemandangan Gao Tu yang kini memainkan jarinya menyapa lubang berkedut nan basah itu membuat kewarasan Shen Wenlang meninggalkan raganya. Pakaian yang membalut tubuhnya pun telah tanggal, Sheng Wenlang menggapai paha Gao Tu, menarik tubuh itu ke tepi ranjang.

Shen Wenlang menyelinap diantara paha yang terbuka lebar, kedua lengannya bertengger di bawah kedua paha Omeganya, membawa paha itu turut mengikuti tubuhnya mengukung sang Omega. Bibir Shen Wenlang menyapa daun telinga Gao Tu, membubuhkan kecupan-kecupan lembut di sana. Omega dibawahnya mengerang, aromanya kian terasa pekat menguar diperpotongan leher sang Omega.

Ciuman Shen Wenlang turun menyusuri leher jenjang Gao Tu, meninggalkan jejak merah jambu di sana, hingga puting kecoklatan yang tampak menegang itu menjadi sasarannya. Shen Wenlang tidak segan melumat, bahkan menyedot puting itu dengan penuh nafsu. Cairan hangat mengenai penisnya dibawah sana, Shen Wenlang menunduk, lubang itu semakin basah, aroma harum bunga freesia menguar dari sana.

Shen Wenlang bergerak turun, dua jarinya menelusup memasuki Gao Tu, kontan tubuh Gao Tu melengkung, alunan merdu keluar menyapa indera pendengarannya. Jarinya diremas setiap kali dia bergerak, pening menghantam kepala Shen Wenlang, Omega semenggoda ini, pantas saja banyak Alpha yang menggila jika berhadapan dengan Omega. Semakin dijamah maka dirinya semakin kehilangan kewarasan.

Shen Wenlang menarik jarinya, mengukung tubuh Omeganya kembali. Wajah mereka berdua sejajar, Gao Tu menatapnya dengan mata sayu, nafsu sepenuhnya menguasai Omega selama masa heat berlangsung, tidak ada rasa malu, yang mereka inginkan hanyalah kepuasan. Gao Tu mengejar bibir Shen Wenlang kala Alpha itu mengecup bibir Gao Tu sekilas, kedua tangan Gao Tu melingkar di leher Alphanya.

Keduanya saling membelit lidah dengan penuh nafsu. Sebelah tangan Shen Wenlang berpindah ke leher Omeganya, menekan kepala itu memperdalam ciuman mereka. Shen Wenlang lebih dulu menarik kepalanya menjauh, menidurkan kembali kepala Omeganya ke atas kasur, mencium kening Gao Tu beberapa saat, kemudian bisikan lembut menyapa Gao Tu, sebuah perkataan meminta ijin untuk menyapanya lebih jauh.

Gao Tu mengangguk pelan dengan melingkarkan kedua tangannya di punggung Shen Wenlang, menerima dengan senang hati kecupan di sudut bibirnya. Matanya refleks terpejam saat Alphanya mendorong masuk, hangat membelah tubuhnya menghantarkan sengatan nikmat yang membuatnya semakin kehilangan kendali. Tubuhnya bergerak seirama dengan gerakan pinggul sang Alpha, semua tampak tidak nyata, Shen Wenlang mengendalikan semua kegilaannya.

Bibir mereka berdua kembali bertemu, Shen Wenlang melumat bibir Gao Tu atas bawah secara bergantian, tidak memberikan cela kepada Gao Tu untuk membalas lumatannya. Sebelah tangannya menarik lengan Gao Tu yang tersampir di punggungnya, mempertemukan jari-jarinya mereka, meremat tangan itu menyalurkan hasrat semakin dalam menyelimuti mereka.

Gerakan pinggul Shen Wenlang semakin cepat, kepalanya menyelinap diperpotongan leher Gao Tu, mengecup beberapa kali, hingga taringnya menembus permukaan kulit Omeganya. Kesadaran Gao Tu seperti ditarik paksa, Omega itu membelalak kaget atas hadirnya rasa sakit yang menyerang bagian lehernya. Tautan tangan mereka mengerat, darah terasa mengalir memasuki tubuh dari taring yang masih terbenam di tubuhnya, begitupun dengan sebuah ikatan batin antara dirinya dengan Shen Wenlang, ikatan itu terbentuk sempurna menandakan mereka telah resmi menjadi pasangan.

Shen Wenlang menjilat luka gigitannya, menutup luka itu menyisakan bekas tanda permanen ikatan yang tidak akan pernah hilang. Shen Wenlang mengangkat kepalanya, menatap Omeganya yang telah berlinang air mata. Tangannya yang bebas dari genggaman erat Gao Tu menyeka air mata yang mengaburkan pandangan Omeganya.

“Maaf membuatmu kesakitan, Omega. Jangan menangis, sakitnya sudah mendingan kan?”

Gao Tu bergumam tidak jelas, dia menarik tubuh Alphanya lebih dekat, melumat rahang Alpha dengan sensual, dan ketika rangsangan yang terbenam di dalam tubuhnya kembali bergerak, yang mampu dia lakukan hanya mendesah dan mendesah.

“Omega, kamu sangat cantik.” Pujiannya itu langsung direspon oleh Gao Tu, Shen Wenlang terkekeh pelan merasakan penisnya diremas kuat. Shen Wenlang mencium bibir Gao Tu dengan lembut dan penuh kehati-hatian, berbanding terbalik dengan gerakan pinggulnya yang kian meningkat, tubuh di bawah kungkungannya terhentak-hentak hebat, mengejar pelepasan yang kian mendekat.

“Alpha~” Gao Tu memeluk erat tubuh Shen Wenlang, napasnya memburu diserang bertubi-tubi tanpa jeda, sesaat tubuhnya terasa melayang bersamaan dengan cairan dalam tubuhnya meluncur perlahan-lahan membawa kesadarannya sempat menghilang. Gerakan di bawah sana melamban, saat matanya terbuka, wajah Shen Wenlang begitu dekat dengan wajahnya, Alpha itu menatapnya tanpa berkedip, semburan panas hadir di kedua pipinya.

“Bagaimana suasana hatimu?”

“Baik,” timbal Gao Tu singkat. Dia terlalu malu untuk berinteraksi lebih dengan posisi seperti ini.

Shen Wenlang tersenyum, Alpha itu menyelinapkan lengan kanannya di bawah paha Gao Tu, mendorong sebelah paha itu, mencari akses leluasa untuk dia bergerak mencapai puncaknya. Basah yang melingkupi penis dan pahanya menghasilkan suara kotor nan panas semakin melingkupi keduanya. Tangan Omeganya memeluk sebelah lengannya yang berada di sisi tubuh sang Omega, si cantik membenamkan sebagian wajahnya di sana, memamerkan leher jenjang yang menaikkan libidonya.

Pijatan-pijatan kecil hadir menstimulasi dirinya untuk segera sampai. Omeganya begitu piawai dalam urusan memanjakan, mungkin para Omega punya pembelajaran sendiri cara memuaskan pasangan, dirinya tidak yakin akan tetapi ini sangat memuaskan, tentu.

Rasa kosong di bawah sana membuat Gao Tu menarik wajahnya dari persembunyian, matanya membola dengan pemandangan yang tersajikan di depan matanya. Hatinya mencelos seketika, kenapa Alphanya mengeluarkan di luar tubuhnya? Pandangan mereka bertemu, tanpa dikomando air matanya mengalir begitu saja, napasnya memburu akibat sesak yang melanda.

Melihat itu Shen Wenlang jelas panik, ditambah dia bisa merasakan apa yang Omeganya rasakan, dia tidak bermaksud membuat Omeganya merasa tidak diinginkan, dia hanya belum siap, resiko yang membelenggu mereka kedepan membuatnya butuh waktu untuk menaruh kepercayaan atas keselamatan Omeganya. Shen Wenlang membawa Goa Tu ke atas pangkuannya, mengelus punggung Omeganya menenangkan.

“Kita butuh persiapan, Sayang, aku tidak bermaksud apa pun, aku terlalu mencintaimu sampai aku takut menghadapi resiko yang belum aku ketahui, setidaknya aku tidak akan menyesal ketika keputusan itu diambil dengan persiapan yang matang.”

Gao Tu sesegukan menyandarkan kepalanya di bahu Shen Wenlang, mencoba mengerti ketakutan yang membelenggu Alphanya.

“Aku janji aku akan memberimu bayi serigala setelah aku siap, hm.”

“Nanti aku boleh main sama bayinya Wei Wei?”

“Tentu saja. Katakan setiap kamu ingin bertemu, jangan pergi sendiri ke Wilayah Selatan.”

Gao Tu menarik kepalanya menatap Alphanya. “Kita tinggal di mana?”

“Tentu saja kita akan tinggal di Wilayah Utara, Omega.”

“O-oh .... Kalau aku ingin bertemu dengan Jaemin bagaimana?”

“Jeno bilang dia akan membawa Jaemin tinggal di Utara juga, kamu tidak lupa kan mereka punya hubungan?”

“Jaemin tidak bilang kalau mereka sudah memutuskan melangkah lebih jauh, Jaemin bilang dia masih menjadi Omega liar yang sulit diatur.”

“Entahlah, mungkin Jaemin berubah pikiran karena melihatmu.”

Gao Tu mengangguk. “Baguslah kalau memang begitu, aku khawatir jika dia berkeliaran seorang diri.”

“Bisa kita membersihkan diri sekarang? Kamu butuh istirahat, Omega.”

“Bisa.”

Shen Wenlang melingkarkan kedua tangannya di bawah bokong Gao Tu, berniat membawa Omeganya masuk ke dalam kolam.

“Tunggu, aku mau berendam di sungai, Alpha.”

“Sungai?”

“Hm.” Gao Tu menepuk-nepuk lengan Wenlang minta diturunkan.

“Kamu yakin?”

“Yakin.” Gao Tu berjalan mengambil dua lembar kain, memberikan satunya kepada Shen Wenlang. “Ayo, Alpha.”

“Biar aku yang keluar lebih dulu, berdiri di belakang.”

Gao Tu mengangguk patuh, berdiri di belakang Shen Wenlang memegang lengan kanan Alphanya. Dia sadar betul sebagai mahkluk paling lemah berhadapan dengan feromon seorang Alpha, dan dirinya tengah diselimuti oleh feromon yang tentu bisa menggoda mereka. Siapa yang perduli ada bau feromon Alpha lain di tubuh Omega jika mereka sudah terbelenggu oleh nafsu.

Langkah Shen Wenlang terhenti, Gao Tu mengintip dari balik bahu Alphanya. Di sana, di dalam sungai, tampak seorang Alpha bertelanjang dada bersama sosok Enigma. Gao Tu mendadak merasa meluruh, sesuatu dalam tubuhnya meluncur begitu saja mengalir ke pahanya. Gao Tu menarik lengan Shen Wenlang membawanya kembali masuk, feromonnya bisa saja mempengaruhi Alpha dan Enigma di sana.

“Omega.” Shen Wenlang menggendong Gao Tu sebab Omeganya tampak kehilangan tenaga untuk berdiri dengan benar.

“Air.” Gao Tu menunjuk kolam, menolak kembali naik ke atas ranjang.

“Iya, iya, kita ke sana.”

Pelukan di leher Shen Wenlang mengerat, Gao Tu memejamkan matanya ketika tubuh mereka berdua terendam di dalam air.

Shen Wenlang mengecup sudut bibir Gao Tu, kemudian berbisik di telinga Omeganya, “buka matamu, waktu bercinta kita masih sangat panjang.”

Alis Gao Tu mengerut, jari panjang itu begitu mudah menelusup memasuki dirinya. Tubuhnya yang mengambang dia air dengan sedikit sanggahan pada kekutan tangan Shen Wenlang yang menelusup di tengah pangkal pahanya. Gao Tu menggerak-gerakkan kakinya ketika jari dalam tubuhnya bergerak, pelan namun tidak gagal menghantarkannya pada kenikmatan.

Shen Wenlang menurunkan tubuh Gao Tu, membalik tubuh itu jadi membelakanginya, kemudian menuntun kedua tangan Omeganya berpegangan pada pinggir kolam. “Kamu sudah cukup sadar kan, Omega? Kita bisa bermain sedikit cepat.”

Gao Tu tidak mengerti maksud dari bermain lebih cepat, fokusnya hanya tertuju pada jari-jari yang mengelus lubangnya. Tidak lama jari-jari itu terdorong memasuki tubuhnya, kepala Gao Tu mendongak, matanya terpejam erat diserang rasa penuh dan perih yang sebelumnya tidak terasa sedikitpun.

Shen Wenlang menciumi bahu Gao Tu, menunggu reaksi lebih dari Omeganya. Dia butuh diyakinkan meksipun caranya tidak cukup membuktikan Omeganya mampu. “Penisku akan membesar di dalammu, kemudian mengunci di rahimku, tingkatan rasa sakitnya aku tidak bisa memastikan, Omega, ini tidak seberapa, jariku jelas tidak mencapai rahimmu. Bagaimana?”

Gao Tu menggigit bibirnya menahan ringisan keluar dari mulutnya, dia merasa gugup di tes dadakan untuk mendapatkan izin mengandung. Harusnya Shen Wenlang melakukannya tadi, kewarasannya tengah meninggalkan raga, yang dia lakukan hanya membuka lebar pahanya dan mendesah. Gerakan keluar masuk dilakukan secara perlahan itu bisa dia tahan, ya, dia mau bayi dalam waktu dekat.

“Omega, jawab aku.”

“Hm?”

“Ini tidak apa-apa kan? Kamu licin, harusnya tidak apa-apa.”

“Ya,” timbal Gao Tu singkat.

Lagi dan lagi Shen Wenlang mengecup bahu Gao Tu, kemudian menyenderkan kepalanya dengan kepala Gao Tu, sebelah tangannya berada di sisi lengan Gao Tu sebagai tumpuan bobot tubuhnya sebab tangan kanannya sibuk di bawah sana. Frekuensi gerakan tangannya di bawah sana perlahan meningkat, sejujurnya dia tahu Gao Tu menahan sesuatu, desahan merdu sayangnya belum terdengar, seharusnya tidak perlu menahan kan?

Tangan kiri Gao Tu berpegangan pada lengan Shen Wenlang, jari-jari kakinya di bawah sana menekuk, Alpha ini secara tidak sengaja seperti menyiksanya, padahal dia hanya ingin bayi. Air kolam bergelombang seirama dengan pergerakan tangan Shen Wenlang, tidak, dia tidak suka ditekan seperti ini. Alhasil Gao Tu mendorong kuat tubuh Shen Wenlang menjauh darinya, otomatis jari-jari Shen Wenlang keluar dari tubuhnya. Mata Gao Tu menyipit menatap Shen Wenlang nyalang.

“Gao Tu, ada apa?” Sementara Shen Wenlang kaget dengan tindakan Gao Tu. Sepertinya dia memang telah menyakiti Omeganya, itu tanda tidak baik bukan?

Gao Tu beranjak hendak keluar dari kolam, dia melirik Shen Wenlang sekilas, berkata dengan tegas seraya melangkah ke atas permukaan kolam. “Pergi saja, aku terbiasa melewati heat sendiri. Toh hadirmu ada maksud lain, bukan hanya niat menemani masa heatku.”

“Begitu caramu berbicara pada Alphamu?”

“Sifat Alpha memang suka mendominasi pasangannya, egois, tidak heran Omega jadi memberontak. Meksipun kalian pemimpin, Omega memiliki hak atas keputusan dan tubuhnya sendiri.”

“Tahan emosimu, Jiang, Omega kita sendang dalam emosi yang tidak stabil.”

“Tetapi dia berbicara seperti itu dan menyepelekan rasa khawatir kita.”

“Omega memang tidak ditakdirkan berpikir sejauh itu, rasa khawatir kita lah yang menanggung, tugas kita memberikannya pengertian dengan lembut. Biar aku yang urus, kamu jangan ikut campur, Jiang, hanya akan ada penyesalan nantinya.”

Shen Wenlang melangkah keluar dari kolam, mendekati Omeganya yang sibuk menatap kasur dengan pakaiannya yang semula berserakan di atas karpet bulu. Ya, Omeganya tengah membuat sarang dengan menggunakan feromonnya yang tertinggal di pakaian untuk menyelesaikan masa heatnya seorang diri. Shen Wenlang tanpa ragu memeluk tubuh Gao Tu dari belakang, membisikkan kata-kata maaf dengan penuh kelembutan.

Katakan Omega mahkluk lemah dengan bujuk rayuan, meskipun kesal akhirnya dia luluh juga, dengan perjanjian tidak ada pembahasan yang menyinggung soal bayi, termasuk dirinya juga. Gao Tu bergelung di samping Shen Wenlang, menikmati elusan pada rambutnya. Mereka membutuhkan istrahat sementara waktu.

Entah bersama dirinya terlelap, Shen Wenlang terdiam tanpa berani membuka matanya. Aroma feromon Gao Tu tercium pekat, penisnya yang terasa basah dan hangat. Tidak ada pergerakan di penisnya, hanya sentuhan-sentuhan kecil di sekitaran paha, lalu menjalar ke atas perutnya. Shen Wenlang tidak tahan dibendung rasa penasaran, dia memutuskan membuka sedikit matanya, meskipun terlihat tidak jelas, sosok Omeganya terlihat sibuk dengan dunianya sendiri.

Saking sibuknya sampai Shen Wenlang membuka matanya dengan lebar pun Gao Tu masih belum sadar kalau dia tengah diperhatikan. Omega itu sesekali mengeluarkan penis yang dia kulum disamping pipinya, dan kegiatannya akhirnya terganggu kala hadirnya tangan yang mengusap usap permukaan bokongnya. Gao Tu kontan melepas penis Shen Wenlang dari mulutnya, pun menyingkirkan tangan Alphanya dari bokongnya.

“Sini naik.” Shen Wenlang menepuk-nepuk pangkal pahanya.

“Masa aku naik,” ujarnya enggan tidak berani melirik benda yang dia mainkan barusan.

“Aku bantu, jangan khawatir. Ayo, Omega.” Shen Wenlang mengulurkan tangannya.

Malu-malu Gao Tu menyambut uluran tangan Shen Wenlang. Dengan rasa canggung yang menyelimuti Gao Tu duduk di atas perut Shen Wenlang, penis yang berdiri tegang itu mengenai bokongnya.

“Angkat tubuhmu, masukkan sendiri.” Sebelah tangan Shen Wenlang memegang pinggang Gao Tu membantu menjaga keseimbangan Omeganya.

Gao Tu menunduk, tangan kanannya yang terbebas menggapai penis Alphanya, mengarahkan ke lubangnya. Dirasa pas dia menekan tubuhnya ke bawah, setelah kepala penis telah dia telan, Gao Tu melepas genggamannya, tangannya beralih tersampir di dada Shen Wenlang.

“Suka.” Tanya Shen Wenlang setelah dirinya telah dilahap habis.

Gao Tu mengangguk semangat. “Suka,” jawabnya dengan ekspresi yang berbinar-binar.

“Silakan gerak.”

“Aku mau pegang di sini,” ujarnya seraya menggoyang tangannya yang masih dipegang Shen Wenlang.

Shen Wenlang melepas genggamannya, tangan itu beralih memegang paha Gao Tu, mengelusnya perlahan.

“Kalau aku tidak kuat--ahh~ Tolong ....”

“Baru juga bergerak.”

“Lebih enak mengangkang tanpa sibuk bergerak ternyata.”

Tawa Shen Wenlang pecah mendengar jawaban frontal dengan ekspresi Gao Tu yang menikmati penis menumbuk kenikmatannya.

“Jadi?”

“Alpha, ayo ikut gerak~” Rengeknya tak terbendungkan.

Shen Wenlang masih tertawa meksipun telah mengabulkan keinginannya Omeganya. Pinggulnya bergerak menghentak tubuh Omeganya, desahan menyabut setiap pergerakannya, Shen Wenlang merasa dibuat gila dengan pemandangan panas yang tersaji di depan matanya. Omeganya selalu cantik dan manis.

“Kenapa kamu begitu ketat? Mau keluar?”

Gao Tu mengangguk dan dengan susah payah dia berkata ingin menunggu untuk keluar bersama. Shen Wenlang dilandan kebingungan apakah dia terharu atau merasa kasihan sebab dia belum ada tanda-tanda akan keluar.

“Yakin? Nanti perutmu nyeri.”

Gao Tu menggeleng ribut tidak ingin keputusannya diganggu gugat.

“Ganti posisi kalau begitu.”

“Kenapa?” Gao Tu berkata dengan tidak rela ketika dirinya lagi berada di bawah sang Alpha.

“Kamu harus dalam posisi rileks dan nyaman jika mau menunggu aku keluar.”

“Hm, jangan lama-lama.”

“Tidak janji, Sayang, kita lihat saja nanti.”

“Jangan membuat aku takut, Alpha.”

“Aku mengatakan sebuah fakta, Omega. Lihat, kamu begitu ketat.” Jari Shen Wenlang menusuk-nusuk pinggiran kulit yang menelan penisnya.

“Jangan begitu, nanti aku keluar.” Gao Tu menarik tangan Shen Wenlang menjauh.

“Iya, iya.” Shen Wenlang memindahkan kedua kaki Gao Tu ke bahunya, membuat Omeganya semakin mereka, dan tentu memberikan tekanan pada perut bagian bawah Gao Tu.

“Jangan begini, aku tertekan.” Gao Tu sibuk menepuk-nepuk lengan Shen Wenlang.

“Tidak sakit kan?” Gao Tu menggeleng. “Ya sudah. Aku hanya perduli kalau kamu merasa sakit. Aku gerak ya, siap-siap.”

Gao Tu menghela napas. Dia bukan mau mencari perkara dan menyiksa diri, dan jika dia keras kepala tidak ingin keluar lebih dulu, dia benar-benar akan tersiksa, lihat, Shen Wenlang baru bergerak pelan tapi perutnya sudah merasa kebas.

“Ayo Omega, tentukan keputusanmu,” goda Shen Wenlang mengelus-elus permukaan perut bawah Gao Tu. Shen Wenlang refleks menggeram penisnya di remas dengan kuat, senyum disudut bibirnya terbit, menatap Gao Tu dengan pandangan haus.

Gao Tu menelan ludahnya kasar, tatapan itu membuat nyalinya menciut. Tubuhnya gemetar terpaksa melepas cairannya keluar, gerakan pinggul Shen Wenlang terlalu kuat sampai dia takut terjadi sesuatu dengan lubangnya saking kasarnya gerakan ini.

“Nangis, Gao Tu, itu Jiang Heng yang mengambil alih. Kita terluka nanti.”

“Kenapa menangis? Aku kesakitan bukannya mau menangis.”

“Normalnya kalau kesakitan ya teriak, Gao.”

“Kamu pikir aku sedang bernyanyi?”

“Kurang kuat.”

Gao Tu mengusap wajahnya frustasi. Belum juga menitihkan air matanya, tubuhnya tiba-tiba dibalik, penis memutar di dalam tubuhnya membuatnya kembali keluar, Gao Tu sampai tercengang dengan respon tubuhnya yang tidak bisa dikendalikan nya.

“Jiang, pelan sedikit.” Gao Tu menepuk paha Alphanya.

“Kami mau sampai.”

Gao Tu gagal protes. Membiarkan bokongnya diremas-remas, menahan tubuhnya supaya tidak terjerembab ke depan, menahan lubangnya kebas dan sedikit perih padahal sudah sangat basah.

Jiang Heng menghentakkan pinggulnya kuat dengan menahan pinggul Gao Tu, saat itu juga cairannya menyembur ke dalam. Gao Tu sempat syok, Shen Wenlang langsung menyatakan kalau dia tidak akan hamil tanpa knotting. Pupus sudah kegembiraan Gao Tu, menyisakan sakit pada seluruh tubuhnya.

.

Hua Yong & Sheng Shaoyou

.

Diamnya Sheng Shaoyou adalah ketidaksukaan bagi Hua Yong, Enigma itu punya seribu satu cara untuk mendapatkan apa yang dia mau tanpa memikirkan keadaan lawannya, atau jeritan lawannya lah yang menjadi kesukaannya. Hua Yong berdalih itu adalah sebuah hukuman untuk menutupi salah satu sifat buruknya.

Gerakan pelan itu mengecoh Shaoyou, tubuh Alpha itu tersentak hebat seperti terjatuh dari ketinggian secara tiba-tiba. Kepala Shaoyou terangkat dari persembunyiannya di perpotongan leher Hua Yong, kemudian menyandarkan pipinya pada pipi Hua Yong, napasnya tersengal diserang rasa sakit seperti menyerang seluruh sistem sarafnya.

“Jangan bergerak seperti itu, Hua.” Sheng Shaoyou panik kala Hua Yong menarik penisnya nyaris keluar keseluruhan, Hua Yong pasti mau menghentak kan pinggulnya dengan kuat seperti barusan. Shaoyou mengangkat kepalanya beradu pandang dengan Hua Yong, membuang sedikit harga dirinya memelas meminta belas kasih.

“Kamu yang bergerak kalau begitu, setuju?”

Sheng Shaoyou mengangguk tanpa pikir panjang. Dalam pikirannya hanya karena dia bisa mengatur tempo gerakan, setidaknya mengurangi siksaan yang membelenggu dirinya.

“Punya mulut kan, ngomong, Alpha.”

Sheng Shaoyou menghela napas menghadapi sikap Hua Yong yang semena-mena. “Setuju--nghh!” Kepala Sheng Shaoyou seketika terkulai lemas, menyatukan kening mereka berdua tanpa disengaja. Hua Yong memang kurang ajar sengaja membuatnya berbicara untuk mendengar suaranya saat Enigma itu mendorong kembali penisnya memasuki dirinya.

“Suaramu indah sekali, Alpha. Saya suka,” bisik Hua Yong. Memanfaatkan jarak wajah mereka yang begitu dekat, lidah panasnya terjulur menyapa bibir Shaoyou. Saat Alpha itu hendak menjauhkan jarak wajahnya, tangan Hua Yong yang semula berada di pinggang Shaoyou dengan cepat berpindah ke tengkuk Shaoyou, menahannya untuk mengajak Shaoyou bercumbu saling membelit lidah. Dia tidak perduli meski dadanya menjadi tempat Shaoyou menahan bobot tubuh Alpha itu. Rasa sakitnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirinya bisa menikmati sesi bercumbu mereka.

Sheng Shaoyou tersengal meraup oksigen dengan rakus setelah berhasil lepas dari cengkraman Hua Yong, dengan itu dia buru-buru menjauhkan wajahnya, menekan dada Enigma itu sebab kedua tangannya yang masih terikat erat. Saking buru-buru Sheng Shaoyou lupa jika dirinya tidak lah sepenuhnya bebas meski tangan Enigma itu tidak menahan tengkuknya lagi, dengan kata lainnya dirinya telah menelan bagian tubuh sang Enigma, nyatanya dirinya tetap lah terbelenggu saat ini.

“Jangan terlalu tegang, Alpha.” Tangan Hua Yong menyusuri lekuk tubuh Sheng Shaoyou. Tubuhnya melengkung tidak memberikan tekanan lebih pada tubuh bagian belakang, membuat bokong sang Alpha lebih menonjol dan itu sangat menyenangkan untuk dia remas.

“Jangan asal menyentuh.” Sheng Shaoyou melototi Hua Yong.

“Ayo gerak biar saya tidak asal menyentuh.” Hua Yong membawa kedua tangannya tertekuk menjadi bantal tambahan di kepalanya.

“Bisakah berpikir sebelum berbicara, hah? Tangan saya saja terikat erat begini.”

“Memangnya apa yang akan Anda lakukan jika tangan Anda bebas? Mau mengurut penis Anda? Tidak perlu, saya bisa menggantikannya dengan tangan saya.”

Alis Sheng Shaoyou menungkik tajam, amarahnya mudah sekali terpancing setiap kali Enigma ini membuka mulutnya.“Jaga mulut Anda, Hua Yong!”

Hua Yong dengan cepat mengangguk sembari merapatkan bibirnya.

“Daripada banyak omong mending segera sembuhkan luka Anda, mengganggu sekali.”

“Tidak bisa secepat itu, ini bukti perjuangan saya.”

“Serigala gila.”

“Saya memang agak gila.” Hua Yong tidak menyangkal, malah ucapan itu memantik semangatnya untuk membawa Shaoyou kedalam gairah panas yang memabukkan. Pinggulnya menghentak kuat membawa tubuh Shaoyou kembali masuk dalam rengkuhannya. Tidak memberikan jeda kepada Shaoyou yang terkejut, Hua Yong terus mengerakkan pinggulnya membuat tubuh dalam rengkuhannya terhentak-hentak hebat.

“Hua! Hua! Pelan tolong--ahh! Ahh!” Sheng Shaoyou tidak mampu menahan suaranya lagi, ketidakberdayaan dan keterbatasan nya bergerak mau tidak mau egonya mengalah memohon sedikit pengampun.

Namun sayangnya manusia serigala gila ini seakan tuli, gerakan pinggul Enigma itu tidak sama sekali memelan, dengan ritme yang konsisten Hua Yong menarik tubuh Shaoyou sedikit ke atas, menelusup kan kepalanya diantara lengan Shaoyou, membuat Alpha itu menahan bobot tubuhnya dengan tumpuan lengannya sendiri, sekaligus tangan Shaoyou menjadi bantal kepalan Hua Yong sementara. Tidak perduli meskipun wajahnya terbenam di dada Shaoyou, selagi bisa bernapas Hua Yong tidak masalah, yang terpenting tujuannya tercapai.

Kedua tangan Hua Yong berpindah menggenggam erat bokong Sheng Shaoyou, menarik pipi bokong itu berlawanan arah sehingga membuat Shaoyou semakin merekah. Bunyi tamparan kulit terdengar nyaring bersahutan dengan teriakan Shaoyou memintanya berhenti. Suara serak dan permohonan itu menari-nari di telinga Hua Yong, sangat indah dan menggairahkan. Hingga Hua Yong merasa penisnya di remas kuat oleh Shaoyou, tidak lama tubuh Alpha itu gemetar dan rasa hangat hadir di atas perut mereka.

Hua Yong berhenti bergerak dan memutar posisi mereka, dia tertegun melihat mata cantik itu telah basah, puncak hidup yang merah, dan wajah yang bersemu kemerahan. Hua Yong mendekatkan wajahnya, mengecup pelan mata sembab yang setia terpejam.

“Hua.” Sheng Shaoyou memanggil Hua Yong dengan suara lirih.

“Hm?” Hua Yong mengangkat kepalanya menatap wajah Shaoyou.

“Sakit, Hua.”

Hua Yong tidak menimpali ucapan Sheng Shaoyou, sebelah tangannya terangkat menyentuh Rui meminta melepaskan belenggunya pada Shaoyou. Kedua lengan Sheng Shaoyou terkulai lemas di samping tubuh sang Alpha, mata Sheng Shaoyou perlahan terbuka, beradu pandang dengan Hua Yong yang menatapnya lekat.

“Bisakah kita sedikit lebih akrab, Alpha?”

“Akrab?”

Hua Yong mengangguk. “Panggilan kita terlalu asing untuk saling mengenal. Bisakah kita ganti menjadi aku kamu?”

“Apa itu sekarang penting?”

“Penting sekali.”

“Kalau begitu bisakah kamu mendengar perkataanku juga? Aku bilang sakit, Hua.”

“Tidak ada yang tidak sakit untuk pertama kali, Alpha. Cobalah untuk menerima.”

“Jangan gerak!” Sheng Shaoyou dengan cepat mencengkram bahu Hua Yong ketika Enigma itu hendak menarik dirinya menjauh dari jangkauan Shaoyou.

“Aku mau memeriksa tubuhmu, Alpha, tenang saja.”

Sheng Shaoyou melepaskan Hua Yong dengan rasa tidak percaya, tapi apa boleh buat, setidaknya Hua Yong sedikit melunak memberikannya waktu untuk bernapas dengan benar.

Hua Yong tersenyum kecil melihat wajah tegang Shaoyou, lucu sekali. Hua Yong memperhatikan penyatuan mereka, ada bercak merah yang familiar di sana.

“Kenapa wajahmu begitu? Aku robek?” Shaoyou menunggu jawaban Hua Yong dengan was-was.

Hua Yong mengangkat pandangannya, agak tidak terpercaya dengan pertanyaan yang Shaoyou lontarkan. “Penisku tidak sebesar kakiku, Alpha. Tenang saja, kamu tidak robek, hanya saja sedikit lecet mungkin.”

“Hua--

“Jangan ketatkan dirimu. Bahkan diam seperti ini pun kamu meremas dengan kuat.”

Sheng Shaoyou tidak menjawab, dia sendiri mana paham jangan ketat seperti kata Hua Yong.

“Alpha, kamu harus banyak belajar untuk merekah.” Hua Yong menggapai penis Sheng Shaoyou yang masih setengah menegang.

“Mau apa?” Shaoyou memegang lengan Hua Yong, takut semisal Enigma gila ini meremas kuat penisnya.

“Sudah, diam saja.” Hua Yong memegang sebelah tangan Shaoyou, tangan sebelahnya lagi mengurut penis Alpha itu.

Shaoyou meremas genggaman tangan Hua Yong pada tangannya, tubuhnya bergerak gelisah dengan sengatan-sengatan baru yang dia rasakan. Lain dengan Shaoyou yang kelimpungan, fokus Hua Yong terbagi antara melihat wajah Shaoyou dan melihat penyatuan mereka. Sheng Shaoyou sulit diarahkan dan Hua Yong memaklumi sebab Shaoyou memang tidak terlahir sebagai Omega yang bisa lebih mudah menerima. Hua Yong mengeluarkan feromonnya untuk memancing nafsu Shaoyou.

“Hua~”

“Mau keluar, Alpha?” Sheng Shaoyou mengangguk cepat. Hua Yong mempercepat gerakan tangannya mengejar pelepasan Shaoyou.

“Ngahhh~” Sheng Shaoyou mendesah keras menyemburkan putihnya. Hebatnya bukan hanya keluar dari penisnya, tetapi jalan lain yang terisi penis Hua Yong ikut menyemburkan cairan kental bening nan hangat.

Jari Hua Yong menyentuh kulit sekitar yang menelan penisnya, basah dan licin. Jari telunjuknya menekan diantara kulit dan penis untuk menyapa masuk ke dalam, Sheng Shaoyou merespon mengetatkan lubangnya dan pahanya yang hendak merapat langsung di tahan oleh Hua Yong.

“Apa itu, Hua?”

“Sini lihat sendiri.” Hua Yong memegang kedua lengan Sheng Shaoyou menarik Alpha itu jadi setengah duduk, kemudian sebelah tangannya beralih melingkar di pinggang Shaoyou sebab Alpha ini menolak terlalu dekat dengannya. Hua Yong memiringkan penis Shaoyou yang menutupi penyatuan mereka dari sudut pandang Shaoyou.

Sheng Shaoyou menelan ludahnya kasar melihat penyatuan mereka yang begitu basah. Dia tidak percaya dirinya bisa mengeluarkan cairan selain dari penisnya, sekali lagi, dia seorang Alpha. “Kenapa aku--kenapa bisa?”

Hua Yong menarik tubuh Shaoyou berpindah ke pangkuannya dalam sekali tarikan. Sheng Shaoyou melenguh pelan dirinya menelan Hua Yong, tidak ada rasa sakit, yang ada malah rasa ingin bergerak merasakan sensasi asing yang membuatnya penasaran.

“Hua, Hua~” Sheng Shaoyou mengusak kan wajahnya di leher Hua Yong, merengek pelan.

“Hm?” Hua Yong menyelinapkan tangannya di balik baju Shaoyou, mengelus punggung Alpha itu dengan sensual.

“Gerak, Hua.”

“Kamu yang gerak.”

Sheng Shaoyou menarik kepalanya menatap Hua Yong bingung.“Aku?”

“Iya, kamu.”

Sheng Shaoyou mengedip-ngedipkan matanya, pandangan buram sebab air mata tergenang di pelupuk, dan kepalanya pusing menahan gejolak aneh yang bersemayam di tubuhnya.

Hua Yong mencium bibir Shaoyou sekilas, gemas melihat ekspresi Shaoyou. Alpha nya sangat menawan saat nafsu menguasai dirinya. Tidak ingin berlama-lama Hua Yong memegang bokong Shaoyou mengangkat tubuh itu menaik turunkan dengan ritme sedang, disambut dengan desahan merdu Shaoyou, mulut Alpha itu sedikit menganga dengan desahan yang tidak henti mengalun.

“Ayo bergerak sendiri, gunakan kekuatan otot pahamu.”

Sheng Shaoyou sedikit gemetar menyamankan posisinya. Kedua tangannya berpegangan erat di bahu Hua Yong sebagian tumpuan untuk bergerak. Kepala Shaoyou mendongak merasakan urat-urat penis yang menggesek bagian terdalam nya, gerakannya acara tidak beraturan mengejar kenikmatan yang menjadi candu.

“Ahh~ Hua~” Dada Sheng Shaoyou membusung kala hangat nan basah lidah Hua Yong menyapa dadanya. Enigma itu menjilat, mengulum, bahkan menghisap nipple nya dengan kuat. Sheng Shaoyou kelimpungan diserang rasa nikmat yang bertubi-tubi.

Tidak berselang lama Hua Yong membaringkan Shaoyou kembali, dia mengambil alih gerakan lebih cepat, menghentak-hentakkan pinggulnya dengan kuat menghasilkan bunyi becek yang menambah gairah. Hua Yong melepaskan nipple Shaoyou beralih menarik dirinya dan mendorong kedua kaki Shaoyou ke depan hingga paha Alpha itu menempel di perut Shaoyou, memberikan akses Hua Yong untuk bergerak lebih leluasa.

Tangan Shaoyou meremas sprei dengan kuat mencari pelampiasan rasa nikmat yang terus-menerus menghantam dirinya. Feromon Hua Yong yang memabukkan dan sesuatu di dalam tubuhnya terus disodok tanpa ampun membuat sesuatu mendesak ingin segera keluar, dan hentakan beberapa kali kemudian Shaoyou menyemburkan putihnya, mengenai leher hingga mengotori pakaian Hua Yong.

Hua Yong memelankan gerakannya, jarinya menyentil kepala penis Shaoyou yang perlahan layu. Sheng Shaoyou merengek dengan suara parau nya, lelah terus teriak dan mendesah sejak tadi, tubuhnya pun lelah akan pelepasannya yang ke-empat kali, sedangkan Enigma ini belum ada tanda-tanda akan pelepasan.

“Haus.”

Hua Yong hendak menciumi paha Shaoyou jadi urung. Enigma itu menarik dirinya keluar, membuat sebagian cairan Shaoyou yang tertahan ikut mengalir keluar karena tidak ada lagi penghalang. Feromon Hua Yong yang melingkupi Sheng Shaoyou perlahan hilang, mengembalikan kewarasan Sheng Shaoyou.

Sheng Shaoyou menatap tajam punggung Hua Yong, matanya awas memperhatikan kamar ini, dan jika dia shifting kemungkinan besar dia bisa lolos dari Enigma gila itu. Sheng Shaoyou buru-buru bergerak menuruni ranjang, tidak perduli dengan keadaan tubuhnya. Saya seribu sayang hanya beberapa langkah dari ranjang, tubuhnya tertarik ke belakang terhempas ke atas ranjang. Feromon Hua Yong seakan mencekik dirinya, lagi-lagi membuatnya tidak bisa melawan.

Hua Yong melangkah mendekat ke ranjang, pupil matanya berkilau biru terang menatap Sheng Shaoyou tajam, membuat Alpha yang tidak berdaya itu gemetar ketakutan. Hua Yong menarik sebelah kaki Sheng Shaoyou hingga ke tepi ranjang, membalik tubuh Alpha itu jadi telungkup, lalu menarik pinggul sang Alpha menungging memamerkan lubang basahnya. Cengkraman pada pinggul Shaoyou mengerat, tangan kanan Hua Yong mengusap-usap basah diantara pipi bokong Shaoyou, sekali dorong keempat jarinya memasuki Shaoyou.

Tubuh Alpha itu menegang, jari-jari kakinya menekuk ke dalam dengan napas tersengal. Feromon Hua Yong tidak terlalu mencekiknya lagi, dan Enigma itu mengganti cara lain untuk menyiksanya. Sheng Shaoyou meremas kuat-kuat sprei, jari-jari dalam tubuhnya terlalu menyiksa dan membuatnya merekah lebar.

“Aku telah memanjakan mu, Alpha, dan ini balasan mu, ingin meninggalkan aku pergi padahal kita belum selesai.” Hua Yong menarik jarinya nyaris keluar, lalu menghentakan jari itu kembali masuk.

Sheng Shaoyou menggigit lengannya menahan suaranya. Lalu Hua Yong tetaplah Hua Yong, dia semakin gencar menyakiti sampai dia puas, dia menggerakkan tangannya dengan ritme sedang tapi menekan, tubuh Shaoyou terjerembab lepas dari genggaman Hua Yong. Enigma itu menjilat bibirnya melihat ketangguhan Shaoyou tidak membiarkan reaksi yang dia inginkan. Mulut itu tidak mungkin terkunci, kamar ini harus diisi oleh suara Sheng Shaoyou, dan dia akan mendapatkan itu.

Hua Yong duduk di tepi ranjang membawa tubuh Sheng Shaoyou telungkup di pahanya. Tangan kirinya mencekram dagu Shaoyou, sedangkan keempat jari tangan kanannya kembali memasuki Shaoyou. Ibu jarinya mengelus-elus tulang ekor Shaoyou, tidak lama kemudian tangannya bergerak cepat memaju mundurkan jarinya.

Tangan Sheng Shaoyou mencengkram erat lengan kiri Hua Yong, air matanya mengalir membasahi pipi tanpa disadarinya. “Su-dah, ahh!”

“Ngomong apa, Alpha? Katakan dengan jelas.”

Sheng Shaoyou menggeleng pelan. Hua Yong menggeram pelan, dia berhenti menggerakkan tangannya, keempat jarinya menekuk lalu menarik bokong itu ke atas.

“Akh! Sudah, Hua, sudah!" Sheng Shaoyou berteriak, sebagian kukunya menancap di lengan Hua Yong seolah mendeskripsikan rasa sakitnya. Sheng Shaoyou berbalik memanjat tubuh Hua Yong, memeluk leher Enigma itu dengan erat. Dia menangis kencang menumpahkan luka batin yang membelenggunya sejak tadi.

Kedua lengan Hua Yong terangkat memeluk tubuh Sheng Shaoyou. Kehangatan dan kelembutan sentuhan menenangkan Sheng Shaoyou terbanding terbalik dengan perasaan puasnya membuat Alpha ini menangis.

“Jangan membuat aku marah, Alpha.”

Sheng Shaoyou mengangguk masih terisak membasahi bahu Hua Yong. Cukup puas dengan respon Sheng Shaoyou, Hua Yong mencium sekilas leher Shaoyou. Tangannya mengusap kepala Shaoyou pelan sembari mengeluarkan feromonnya menenangkan untuk Sheng Shaoyou. Benar-benar terlihat seperti pelaku yang bertanggung jawab atas korbannya.

“Shaoyou, aku belum selesai.” Hua Yong berbisik pelan, tangan kanannya sudah menjalar ke bawah mengelus belahan bokong Shaoyou. Jari telunjuknya mengitari lubang berkedut itu, mungkin terangsang oleh sentuhan lembutnya.

"Hua Yong, bisa pelan-pelan? Aku rasa dia luka, perih sekali.”

“Tentu, aku akan pelan-pelan.”

Sheng Shaoyou menghela napas kembali terbaring di bawah Hua Yong. Selangkangannya teras kaku terlalu lama mengangkang, dan kini dia kembali mengangkang tidak tahu berapa lama akan selesai. Sheng Shaoyou mendesis pelan ketika Hua Yong kembali memasukinya. Enigma itu memang bergerak pelan, kedua pahanya terangkat bertumpu pada kedua lengan Hua Yong, pahanya nyaris bersentuhan dengan tubuhnya.

Posisi ini tidak sama sekali membuatnya rileks, belum terlalu lama pangkal pahanya sudah merasakan sedikit pegal, belum lagi rasa nikmat yang Hua Yong berikan sebelumnya tidak dia rasakan kembali, hanya ada rasa perih yang terasa kian intens tiap kali penis itu menerobos membelah tubuhnya. Sheng Shaoyou hanya memejamkan matanya, dan sesekali melenguh pelan, mengabaikan Hua Yong yang menatapnya lekat.

“Alpha, bisakah kamu mendesah untukku? Aku tidak bisa keluar jika kamu diam.”

Mendesah bagaimana? Aku kesakitan begini! Sheng Shaoyou merutuk dalam hati.

“Bagaimana aku mau mendesah, di bawah sana perih, Hua.”

“Oh.” Hua Yong mendorong lagi paha Sheng Shaoyou ke depan, bukan hanya menempelkan paha dengan tubuh Shaoyou, bokong Shaoyou ikut terangkat, tidak lagi menyentuh kasur. “Kalau begini?” Pinggul Hua Yong menghentak agak kuat.

“A-ahh!” Sheng Shaoyou menggelengkan kepalanya cepat. “Aku--ahh! Tidak nyaman.”

“Tapi kamu bersuara.” Lagi, Hua Yong menghentakkan pinggulnya.

“Akh!” Sheng Shaoyou meremas lengan Hua Yong, matanya terpejam erat frustasi sesi bercinta penuh paksaan ini tidak sampai-sampai ke penghujung.

“Alpha, aku benar-benar akan sampai.” Hua Yong menggerakkan pinggulnya agak cepat. “Mendesah, Alpha.”

Sheng Shaoyou yang merasakan penis di dalam tubuhnya berkedut dan sedikit membesar, mengejar pelepasan Hua Yong dia mengetatkan bawahnya meremas kuat penis itu, mengesampingkan sakit yang menderanya, Sheng Shaoyou mengikuti permintaan Hua Yong.

“Ahh! Nghhh~ Hua Yong~”

Beberapa kali hentak kan, hangat nyembur di dalam sana, begitupun Shaoyou kembali menyemburkan putihnya. Hua Yong menindih tubuh Sheng Shaoyou menikmati pelepasannya dengan napas memburu. Lain dengan Hua Yong, Sheng Shaoyou tidak punya waktu untuk menikmati pelepasannya, dia takut tidak lama dari ini ada yang hadir di dalam tubuhnya.

“Hua, aku tidak akan hamil, kan?”

“Hamil? Kamu Alpha tapi kamu tidak tahu apa yang membuat pasangan jadi hamil. Kita hanya seks biasa, knotting itu menyakitkan, Alpha.”

“Tapi kamu membesar.”

“Sudah, istirahat, Alpha.” Hua Yong menekan tengkuk Sheng Shaoyou membuat Alpha itu tidak sadarkan diri. Dia menarik penisnya keluar, sperma langsung meluber membasahi sprei. Hua Yong menyisir rambutnya ke belakang, memperhatikan kekacauan tubuh Sheng Shaoyou karena ulahnya.

.

.

Shen Wenlang x Gao Tu & Hua Yong x Sheng Shaoyou ✅

Alpha Cursed; Extra Chapter 3 (Hua x Sheng) & 11 (Shen x Gao)