FOOL ~ FIRST STEP 👣

1
0
Deskripsi

“45% nggak bisa diganggu gugat!” Skakmat Dean. 

“What? Bisa habis aku dicoret dari Kartu Keluarga kalau begini ceritanya! Hisss, yaudah lah! Apa boleh buat! Pungut tuh PA jadi-jadianmu!” Sungut Andrew mencak-mencak karena kehilangan 45% saham di Perusahaannya sendiri. 

Sementara Rena hanya bisa menatap cengo keduanya. “Ini ceritanya aku dijual oleh tunangan sahabatku sendiri?!” Pekiknya.

*** 

Hayoo siapa yang ngakak sendiri baca chapter ini? 🤣

Yuk kita kasih lihat visual orang...

Setelah melewati banyaknya cobaan yang menguji tekanan darah Rena selama perjalanan hanya untuk menuju Perusahaan yang akan menjadi tempat interviewnya. Akhirnya gadis itu pun kini bisa bernafas lega karena dirinya kini sudah berhasil sampai di gedung dengan nama WINATA GROUP yang jelas terpampang di atas gedung Perusahaan besar nomor wahid yang ada di kota itu. 

Dengan wajah tersenyum senang, dia pun melangkahkan kakinya dengan cepat untuk bertemu salah satu resepsionis yang ada disana dan mulai menyapanya dengan nada yang sopan. “Permisi mbak, saya Andrena Lucretia salah satu calon karyawati terbaik yang sebentar lagi akan bekerja di Perusahaan ini, dan saat ini saya ingin bertemu dengan pimpinan Perusahaan ini untuk melakukan sesi interview. Dimana saya bisa bertemu dengan beliau ya mbak?” Tanya Andrena dengan rasa percaya dirinya yang sangat tinggi itu. 

“Pardon?” Resepsionis itu kembali bertanya dengan menaikkan salah satu alis miliknya. Jujur, dia tak menyangka jika ada seorang pelamar yang sangat percaya dirinya mengatakan kalau dirinya adalah karyawan terbaik. Lagaknya seperti orang yang akan diterima bekerja disini saja. ‘Hello… Situ punya kaca nggak di rumah? Karyawati terbaik apanya kalau terlambat hadir sampai 1 jam pada sesi interview pertamanya?!’ Batinnya berteriak. Tapi karena dia seorang resepsionis, dia harus tetap professional menunjukkan senyum terbaiknya kepada siapa saja tamu yang hadir ke Perusahaan.

“Iss, si Mbak. Budeg apa ya? Mbak saya ini calon karyawati ter the best mau melakukan interview dengan bos Perusahaan ini. Dimana mbak ruangannya?” Ulang Rena yang kini tidak lagi tersenyum, melainkan menunjukkan wajah judesnya karena dirinya sangat malas jika ditanya berulang-ulang. 

“Maaf bu, tapi sesi interviewnya sudah berakhir sejak 1 jam yang lalu. Dan sekarang pimpinan kami sudah kembali melakukan pekerjaan dinasnya yang lain. Untuk itu, saya harap Anda tidak perlu kemari lagi, karena pantang bagi Perusahaan ini menerima karyawan yang tidak disiplin. Apalagi masih dalam tahap interview. Dengan kata lain, Anda sudah GAGAL. Jadi, silahkan Anda untuk kembali pulang…” Jawab resepsionis tersebut dengan wajah tersenyum, namun perkataannya cukup tajam dan lugas. 

What? Mbak saya datang di jam 07.45. Sementara sesi interview baru akan dimulai jam 08.00, telat darimananya coba? Saya masih punya waktu 15 menit lagi untuk bisa ikut interview. Situ jangan ngadi-ngadi deh! Jangan bawa-bawa lirik Kangen Band, 'kembali pulang' untuk ngusir saya! Sekarang kasih tahu saya dimana ruangan bos kalian?!!” Ketus Rena yang tak terima jika dirinya dinyatakan GAGAL sebelum berperang. Enak saja dia diusir begitu saja!

“Maaf bu, tapi sekarang sudah jam 09.15. Coba ibu pastikan lagi jam tangan yang ibu pakai saat ini. Jangan-jangan baterainya sudah habis, sama seperti urat malu ibu yang sudah habis!” Sinis resepsionis tersebut dengan menunjukkan wajahnya yang terlihat meremehkan gadis yang ada dihadapannya saat ini. 

“Ibu! Ibu! Saya ini masih berusia 26 tahun, single a.k.a belum menikah! Mendingan situ yang ngaca! Wajah penuh kerutan gitu kok, sok-sok an panggil saya ibu! Harusnya Anda yang saya panggil ibu! Masih syukur saya manggil mbak!” Nyolot Rena yang semakin tidak terima dengan perkataan resepsionis yang songong itu. 

“Loh? Kok Anda nyolot?! Denger ya bu. Anda dinyatakan sudah didiskualifikasi alias GAGAL. Mending sekarang Anda balik sebelum saya panggil pihak keamanan untuk mengusir Anda dari sini!” Desis resepsionis tersebut dengan mendelikkan bola matanya. 

“Denger ya bu Hann*chs 12 watt! Saya tuh kemari mau interview kerja, bukan berantem sama ngana! Anda nggak tahu kan gimana perjuangan saya bisa sampai kemari?! Saya tuh harus jemur kasur yang beratnya melebihi 2 karung beras 30 kg dulu sebelum berangkat, belum lagi tukang ojek langganan saya sakit kerumut jadi nggak bisa nganterin saya, terpaksa saya harus nyari tukang ojek yang lain. Malah ketemu sama tukang ojek yang setiap ngomong, ludahnya muncrat-muncrat ke belakang! Bayangkan sepanjang jalan saya harus bisa menghindar dari serangan brutal ludah-ludahnya itu! Tambah lagi untuk mencapai gedung kalian ini harus melewati 60 anak tangga untuk ke lobinya saja! 60 ANAK TANGGA! Bisa bayangin nggak capeknya saya menghadapi semua itu?! Sampai sini Anda bilang saya GAGAL! Situ waras?! Apa bu Hann*chs kurang daya wattnya jadi ngomongnya nggak pakai difilter dulu, hah?!” Rena yang kadar kesabarannya memang setipis kertas tisu toilet itu pun nggak bisa menahan diri untuk tidak mengamuk kepada resepsionis yang sejak tadi rasanya pengen dia jambak. 

Sementara resepsionis lain yang sedang mendengar perdebatan di antara mereka pun tak kuasa untuk tidak terkekeh mendengar penjelasan Rena dan panggilan Rena yang memanggil temannya yang bernama Hannah itu dengan sebutan salah satu merk produk lampu di Indonesia. 

“Kenapa kalian tertawa-tawa seperti itu? Kalian nggak punya kerjaan? Mau makan gaji buta begitu?” Suara tegas nan nyaring tiba-tiba terdengar dari arah pintu lift yang terbuka tak jauh dari sana. 

Mendengar suara tegas tersebut, buru-buru para resepsionis yang ketawa-ketiwi tadi merubah raut wajah dan gestur tubuh mereka kembali ke mode default, termasuk Hannah yang sebenarnya masih menyimpan kesal pada gadis yang seenaknya mengubah namanya itu, kini juga harus mengikuti jejak teman-temannya kembali ke dalam mode default. Dengan raut wajah ramah dan tersenyum, mereka membungkukkan tubuh mereka menyapa CEO Perusahaan Winata Group tersebut. 

“Selamat pagi, Pak…” Ucap mereka kompak. 

Rena yang masih tak mengerti dengan perubahan mendadak para resepsionis itu, mengernyitkan dahinya heran. Tapi tak mau ambil pusing, baginya dia hanya ingin menyelesaikan urusannya saja disini. “Bodo amat kalau saya nggak bisa ikut interview disini! Yang penting kalian sampaikan saja, kalau seorang Andrena Lucretia sudah meluangkan waktunya untuk datang kemari. Kalian pasti menyesal telah menolak karyawan terbaik sejagad raya seperti saya! Serahkan CV dan Resume saya ini ke atasan kalian yang songong itu!” Rena dengan gaya sombongnya itu mengibaskan dokumen miliknya itu dengan kencang ke belakang berniat ingin mencampakkannya ke hadapan resepsionis yang berdebat dengannya tadi. Sayangnya, saat dia mengibaskan berkas tersebut tanpa sengaja malah mengenai mata pria yang kini berdiri di belakangnya. 

“Aww… Aduh mataku! Sialan!” Umpat pria itu dan mengaduh kesakitan akibat ulah Rena yang kini membuat matanya terasa perih, karena terkena ujung map yang lancip milik perempuan itu.

“Eh, eh… Ma- maaf saya nggak sengaja! Aduh kenapa bisa begini sih? Anda tidak apa-apa?" Rena yang panik mendengar pengaduhan pria itu, berusaha untuk menghembus-hembuskan hawa nafas dari mulutnya bermaksud meringankan perih yang ada. Karena biasanya hal seperti itu kan yang kita lakukan kalau mata seseorang sedang kelilipan?

“Kau! Apa yang kau lakukan?! Kau ingin membunuhku dengan hawa nafasmu yang bau itu!” Desis pria itu dengan matanya yang masih memerah. Wajahnya penuh amarah melihat perempuan yang entah siapa dia, berani-beraninya mempermalukan dirinya di hadapan para karyawannya. 

Ya, dia sangat malu karena ulah perempuan ini berhasil membuat matanya perih dan merah, dan sekarang atensi orang-orang yang ada di lobi tersebut tertuju padanya. Karakter tegas dan berwibawa yang dibangun olehnya kini bisa saja hancur gara-gara si perempuan nggak jelas ini!

“Dean, are you okay?” Ungkap Andrew yang kini berada di sebelahnya. Sebelumnya, Andrew dan dirinya memang sama-sama turun ke lobi untuk pergi meeting ke Restoran yang ada di salah satu cabang hotel perusahaan mereka. Tapi karena dia lupa membawa berkas perjanjian kesepakatan yang akan dilakukan nanti, dia pun kembali ke ruangannya untuk mengambil berkas tersebut. Namun siapa sangka, baru saja dia tinggal sebentar atasannya ini, eh malah sudah ada insiden yang terjadi padanya. 

“Maaf, Pak. Saya beneran nggak sengaja tadi. Saya hanya ingin menyerahkan dokumen CV, resume, dan berkas-berkas lainnya untuk mengikuti interview kerja hari ini kepada resepsionis yang berada disini tadi. Tapi saat saya ingin menyerahkannya, tanpa sengaja mengenai mata Bapak ini. Saya benar-benar minta maaf, Pak…" Cicit Rena yang merasa bersalah melihat mata Dean yang sepertinya benar-benar sakit karena dirinya. Bahkan dia tidak tersinggung sama sekali jika dibilang hawa nafasnya bau. Dia benar-benar merasa bersalah. 

“Kau sengaja ingin mencelakakan aku kan?! Usir wanita ini, dan buang saja dokumen miliknya ke tong sampah. Saya sungguh tak sudi jika harus punya karyawan yang tidak memiliki etika seperti dirinya!" Hardik Dean dengan kasar yang berhasil menyentil perasaan perempuan tersebut. 

“Huh? Apa Anda bilang? Saya tak punya etika?! Oke, saya akan tunjukkan bagaimana orang yang tak beretika itu!” Rena yang tersinggung dengan perkataan pria itu pun dengan sangat sengaja menginjak kaki Dean dengan ujung heelsnya yang runcing dan menekannya dengan keras, membuat pria itu kembali meringis kesakitan. 

“Makan tuh heels! Saya juga tak sudi bekerja dengan orang yang kasar seperti Anda! Dan ingat satu hal, saya ini gosok gigi 4 kali sehari, bangun tidur, habis sarapan, habis makan malam, dan sebelum tidur! Jadi Anda jangan ngadi-ngadi kalau bilang hawa nafas saya bau! Plus, saya juga pakai pengharum mulut kalau habis makan siang! Huh, dasar pria lemah! Haaaahhhhh rasakan tuh nafas naga!" Rena dengan kekesalannya pun memilih pergi setelah berhasil memberi pelajaran pada Dean dan sengaja menambah kekesalan Dean dengan kembali menghembuskan hawa nafas mulutnya di hadapan wajah pria itu!

“Kau!!!! Asddgfghejrkslla!” Dean dengan segala umpatannya mengiringi kepergian Rena dari gedung Perusahaan yang membuatnya muak hari ini. 

Sementara Andrew, dia puas sekali menertawakan Dean karena baru kali ini ada orang yang bisa membuat Dean kalah telak. 

“Aku jadi penasaran siapa perempuan itu?” Ucap Andrew monolog. Tanpa sepengetahuan Dean, dia pun memungut kembali dokumen interview milik perempuan itu. ‘Siapa tahu kan berguna?’ Pikirnya.

***

“Huaaaaaa!! Tiff… Tolongin aku dong! Jangan diem aja kayak batu!” Rena yang terisak-isak, dengan ingusnya yang meler habis menangis karena kena mental di hari pertamanya interview kini curhat dengan sahabat karibnya Tiffany di salah satu cafe terdekat yang bergaya cozy di dekat perusahaan Winata Group tersebut. 

https://kulinerkota.com/wp-content/uploads/2021/12/hauserooftop_116250355_2757930934444560_7892414032370542202_n-1.jpg

Dia dan Tiffany sudah bersahabat sejak lama, bahkan bisa dibilang sejak mereka dalam kandungan. Karena ibu mereka juga bersahabat sejak mereka SMA. Jadi, bisa dibayangkan kan seberapa dekatnya mereka?

“Ya kamu sih! Bukannya datang baik-baik, malah ngajak ribut! Udah tahu mau jadi budak korporat, tapi malah cari masalah sama bosnya!” Cerca Tiffany yang gemes dengan kelakukan sahabatnya ini. Sebenarnya memang nggak salah sih apa yang dilakukan Rena, karena kalau ada di posisinya pun Tiffany juga akan melakukan hal yang sama. Mengingat mereka sama-sama punya karakter yang bar-bar, makanya persahabatan mereka bisa langgeng sampai sekarang. 

“Isss! Bukannya malah ngehibur malah mojokkin gua, lu! Jadi, gimana dong Tif? Impian punya apartement sendiri makin jauh dong kalau seperti ini ceritanya? Huaaaa!!!" Rena pun kembali menangis histeris mengingat impiannya nggak akan berhasil dia capai dalam waktu dekat ini. 

“Ya gimana? Kamu juga nggak mau kan kalau jadi model? Padahal kalau jadi model itu, pendapatannya gede. Tapi ngotot mau tetep jadi budak korporat. Emangnya apa enaknya sih, Ren?” Ujar Tiffany malas mendengar keluhan Rena. Padahal dia sudah sering sekali menawarkan Rena untuk ikut bekerja sama dengannya menjadi model di agensinya, tapi tetap saja Rena menolak. Salah siapa coba? 

“Kau ini! Kamu mau kalau aku digorok sama Bu Ratih yang terhormat kalau jadi model? Sedangkan pakai baju yang beginian saja, emak gua udah merepet janda! Gila lu!” Sungut Rena yang kesal mendengar saran dari Tiffany ini. ‘Aku nggak mau jadi model, karena aku takut kejadian yang sama menimpaku, Tiffany!’ Batinnya. 

“Yaudah, jadi sekarang maunya kamu apa, Ren? Emang kamu ngelamar kerja dimana sih sampai kena mental kayak gini?” Cecar Tiffany yang jadi penasaran sama Perusahaan yang berani-beraninya menolak sahabatnya yang qualified ini. 

“Noh! Perusahaan itu tuh yang menolak aku! Alasannya karena aku tidak disiplin! Padahal aku kan belum berperang, tapi udah dinyatakan GAGAL! Ngenes banget nasibku!” Keluh Rena lagi dan menunjuk ke arah Perusahaan yang gedungnya saja masih bisa dilihat dari tempat mereka duduk sekarang. 

“Kau serius melamar disana? Aduh, mending nggak usah deh! Aku bersyukur banget kalau kamu ditolak dari sana…” Tiffany menganga saat melihat gedung perusahaan yang ditunjuk sahabatnya itu. Jujur, dia benar-benar bersyukur sahabatnya itu tidak jadi bekerja di Perusahaan yang membabukan karyawannya. 

“Loh emangnya kenapa? Kok kau jadi mensyukurin nasib jelek ku sih Tiff? Nggak asyik banget sih jadi orang!” Rena pun mencebikkan mulutnya, kesal dengan sahabatnya yang seakan tak tahu perasaannya sekarang. Dia kan lagi kecewa banget, karena Perusahaan yang sudah dincarnya sejak lama ini akhirnya menghubunginya juga untuk interview. Tentu saja kesempatan itu tidak disia-siakan olehnya, tapi siapa sangka! Karena jam sialannya yang mati itu, dia malah nggak tahu kalau kesempatannya itu justru sudah habis terbakar bahkan sebelum dia berperang! 

“Bukan gitu, Ren. Kamu tahu sendiri kan? Kalau disana itu tempat kerjanya tunangan aku, si Andrew! Kau ingatkan kalau aku pernah cerita kalau tunangan aku itu seorang PA di salah satu perusahaan ternama di kota ini. Ya disana itu tempat kerjanya!” Sewot Tiffany. 

“Oh iya, aku baru ingat sekarang. Tapi apa hubungannya dengan aku yang bagus gagal kerja disana? Bukannya harusnya kau bisa tolongin aku, untuk masukkan aku kesana lewat jalur tunanganmu itu?" Sahut Rena dengan moodnya yang tiba-tiba berubah menjadi senang, karena ternyata masih ada kesempatan kedua baginya. Ya, walaupun harus dengan jalur orang dalam. 'Sayang kan, kalau nggak dimanfaatkan? Apalagi sahabat tunangannya ini seorang Personal Assistant yang notabenenya selalu dekat dengan pimpinan Perusahaan, pasti jauh lebih mudah dong baginya untuk menyelundupkan penumpang gelap seperti Rena?' Rena pun jadi cekikikan membayangkan dirinya bisa masuk kerja disana walau jadi penumpang gelap. 

“Jangan terkikik tiba-tiba gitu! Ngeri tahu! Kesurupan lu?!” Desis Tiffany yang bergidik ngeri melihat Rena yang tadinya nangis-nangis nggak jelas kini malah jadi terkikik sendirian seperti itu. 

“Yee, enak aja! Tiffany yang cantik jelita, mau ya bujukin tunanganmu untuk masukkan aku kerja disana? Nggak papa deh lewat jalur orang dalam, jadi penumpang gelap aku juga nggak masalah. Yang penting bisa kerja, jadi biar cepat dapat apartement sendiri dan bisa keluar negeri ketemu Mas Tom Cruise ku!” Ujar Rena bersemangat dengan mata yang kini berbinar-binar membayangkan impiannya yang tidak jadi gagal terwujud itu. 

“Nggak mau! Cukup tunanganku aja yang kerja jadi babu orang sampai-sampai dia sendiri nggak punya waktu untuk ku kenalin sama kamu! Bahkan untuk berjumpa denganku saja kami hanya punya waktu paling lama 2 jam padahal udah 2 minggu nggak ketemu. Dan kau bisa bayangin, karena si kampret Dean Dean itu, rencanaku nikah bulan ini jadi gagal… Jadi, aku nggak mau ya kalau harus ngorbanin kamu sahabatku untuk kerja sama orang gila kayak si Dean itu!” Dumel Tiffany yang nggak rela kalau sahabat satu-satunya itu nantinya juga akan dimonopoli sama si Dean kampret. 

“Loh emangnya kenapa bisa gagal? Bukannya kamu bilang kalau si Andrew mau resign dari sana? Eh, tapi sebelum resign masukin aku dulu dong kesana! Kalau perlu aku jadi penggantinya deh…” Tawar Rena dengan menaik turunkan alisnya lucu. 

“Ihh, aku nggak mau, Ren! Iya kali, aku harus numbalin kamu gantikan Andrew pe'ak itu untuk jadi asistennya si Dean kampret. Nggak! Nggak! Lagian kenapa mesti di perusahaan itu sih Ren? Kan banyak perusahaan-perusahaan lain yang mau memperkerjakan kamu, termasuk perusahaan si Andrew pe'ak itu. Kenapa ngebet banget sih mau masuk kesana?" Tanya Tiffany yang nggak habis pikir sama jalan pikirannya Rena. Lagian kenapa harus maksa kesana, kalau toh sebenarnya sahabatnya itu punya kualitas tinggi yang berhasil membuatnya jadi incaran perusahaan-perusahaan nasional maupun internasional di negeri ini. 

“Nggak asyik banget sih lu, Tif! Aku kan mau tetap disana karena ada urusan yang mau ku selesaikan! Please, Tiff… Ini demi masa depan aku. Mau ya bantuin aku? Janji deh nanti aku akan jadi bridesmaid yang paling cantik di pernikahanmu gratis tanpa dibayar… Ya… Ya… Mau ya?" Bujuk Rena dengan puppy eyes-nya yang dibuat-buat supaya sahabatnya ini mau menuruti permintaannya. 

“Emang udah kewajiban lu kali jadi bridesmaid gua free! Heran deh, sama sahabat tapi masih perhitungan… Ck! Yaudah nanti aku bantuin bilang sama si Andrew pe'ak. Tapi aku nggak mau ya, kamu jadi PA-nya dia. Jadi OG aja. Lebih jelas tugas dan jam kerjanya!” Sahut Tiffany yang sebenarnya mau ngakak membayangkan seorang Andrena jadi office girl, menenteng sapu dan kain lap di pundaknya. Pasti jadi trending topic nih kalau disebarkan di grup chat alumni mereka. 

“Ihh, elu mah ngadi-ngadi! Ya nggak jadi OG juga kali! Spek gua tinggi, Tiffany dablek! Lagian urusan aku nggak kelar-kelar kalau jadi OG disana, bukan dapat titik terang malah bumerang jadinya!” Ketus Rena yang tak percaya dengan usulan sahabat reseknya ini. “Niat bantuin nggak sih?!” Tambahnya lagi. 

“Emang gua nggak niat! Udah deh nyerah aja, Ren. Lagian urusan apa yang mau kamu selesaikan disana? Kasih tahu aku, supaya aku juga bisa bantu kamu. Tanpa kamu harus kerja disana. Percaya deh sama aku kalau mereka itu nggak baik!" Jelas Tiffany yang merasa jengah dengan permintaan sahabatnya ini. 

‘Ya karena mereka nggak baik itu, makanya aku mau disana, biar mereka dapat hukuman!’ Ucap Rena yang hanya bisa dia ungkapkan dalam hatinya saja. Saat ini, sahabatnya belum boleh tahu hal apa yang akan dia selesaikan di Perusahaan itu. Karena Rena sendiri takut kalau sahabatnya ini tahu, justru akan membahayakan dirinya juga. Cukup Rena saja yang berada dalam bahaya. 

“Ya, urusan mimpiku punya apartement sendiri sama mau ke Hollywood! Udah deh, jangan banyak tanya. Yang penting bantuin aku ya Tiffany. Please, kali ini aja. Demi aku sahabat fucekmu!” Pinta Rena memohon. 

“Plis, kili ini iji. Dimi iki!” Cibir Tiffany. 

“Tau ah! Tiffany pelit. Mending aku pulang aja! Ngomong sama kamu bukannya tambah senang, malah tambah susah! Dasar sahabat sesat!” Sungut Rena dan dia pun bangkit dari kursinya hendak keluar dari sana. Tapi sebelum itu, dia kembali berpesan sama sahabatnya “oh ya, pesananku tadi belum ku bayar. Berhubung aku masih nganggur, jadi mohon traktirannya ya sahabat fucekku! Hahaha…" Rena pun terbahak-bahak meninggalkan sahabatnya yang terang-terangan mengumpatnya. 

“Dasar sahabat lucknut!!!” Umpat Tiffany sebal melihat tingkah jahil Rena. 

***

Setelah urusan meeting dengan klien dari Perancis selesai. Dean dan Andrew pun kembali ke kantor mereka lagi untuk mereview ulang pembahasan kesepakatan mereka yang telah mereka sepakati dengan klien Perancis tersebut.

“Andrew, pastikan proyek pembangunan Hotel Winata & JJ Group kali ini berjalan sukses seperti biasanya! Rencanakan konsep baru yang kekinian dalam pembangunannya dengan Dept. Perencanaan dan arsitek kita, pastikan para investor kita mendapat keuntungan dan tentunya pihak kita juga mendapatkan keuntungan yang lebih banyak juga. Atur jadwal saya untuk bisa bertemu dengan mereka! Pastikan para pekerja kita dapat menyelesaikan proyek pembangunan Hotel tersebut tepat waktu, ini juga aturkan jadwal saya untuk menemui mandor pembangunan Hotel kita. Periksa kembali kualitas bahan bangunan yang akan dipakai, saya nggak mau jika kita menggunakan bahan bangunan dengan kualitas rendah yang nantinya justru membahayakan para tamu Hotel maupun pekerja kita disana. Perjelas hal ini dengan para arsitek dan kontraktor, dan juga dengan para mandor!” Jelas Dean serius dalam diskusinya dengan Andrew. 

“Baik Pak, kalau begitu saya permisi kembali ke ruangan saya dulu…” Andrew pun pamit keluar dan dengan sigap melakukan apa yang diperintahkan Dean kepadanya. 

Saat perencanaan jadwalnya untuk Dean telah selesai, dia pun meregangkan kembali otot-otot pinggang dan pundaknya untuk sekedar merilekskan tubuhnya yang dia pakai bekerja hampir satu harian ini.

Diliriknya jam tangannya pukul 16.00 sore, artinya masih ada satu jam lagi baginya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang masih belum selesai. Namun karena sudah merasa jenuh, Andrew pun memilih untuk membaca dokumen CV dan resume milik perempuan bar-bar yang dipungutnya tadi. 

“Oke mari kita lihat apa istimewanya perempuan ini, hingga dia bisa mengalahkan seorang Dean…" Andrew bermonolog dan tersenyum-senyum sendiri saat membuka isi dokumen tersebut. 

“Wow, not bad. Dia lulusan cumlaude dari universitas ternama di Inggris. Bahkan dia juga mendapatkan beasiswa full dari kampus tersebut. Pernah bekerja di Perusahaan Hill Corp selama 3 tahun, itu pun saat dia masih dalam masa kuliah. Hebat juga nih anak, sudah direkrut di perusahaan ternama saat dia masih belum menamatkan studinya. Oke sekarang mari kita baca data dirinya…" Lanjutnya dan kembali serius membaca identitas diri seorang Rena. 

“Astaga. Kenapa bisa kebetulan sekali?” Ucapnya terkejut saat membaca identitas diri Rena yang ternyata sesuai dengan kriteria si CEO sinting. 

“Andrena Lucretia, lahir di Jakarta, 29 Februari 1997, anak ke-2 dari 2 bersaudara, tinggi 168 cm, berat badan 52 kg, hobi nonton film Tom Cruise berjilid-jilid, cita-cita menjadi istri Tom Cruise, motivasi mencari kerja karena ingin jadi jutawan supaya bisa ke Hollywood menjemput Tom Cruise untuk dijadikan pangeran berkudanya…" Andrew membacanya sambil terkikik geli karena ternyata perempuan itu sama gilanya dengan Bosnya itu. Suka terobsesi terhadap sesuatu, hingga tak sadar dirinya menjadi sinting. 

“Baiklah. Sepertinya seru nih kalau gadis gila bertemu pria gila setiap harinya. Lagian kan tugasku hanya mencarikan PA yang sesuai dengan kriteria pak Bos. Nah, orangnya sudah ada di depan mata. Tinggal ditelpon saja toh…” Andrew pun mengambil HP-nya dan mulai mendial kontak yang tertera di CV gadis tersebut. 

Cukup lama panggilannya belum juga diangkat, hingga deringan ke-7 baru panggilan itu tersambung. 

“Halo, Andrena's speaking!” Ucap perempuan itu dari seberang sana. 

“Halo dengan Ms. Andrena Lucretia. Saya Andrew Henston, dari Perusahaan Winata Group. Saya telah membaca dokumen yang Anda tinggalkan tadi, dan ternyata Anda termasuk ke dalam semua kriteria yang sedang kami cari untuk menempati posisi Personal Assistant di Perusahaan ini. Apakah tidak masalah bagi Anda jika Anda tidak bekerja dalam Dept. Periklanan, tapi bekerja sebagai PA?” Tanya Andrew dengan senyum sumringahnya. ‘Akhirnya dia tak perlu repot-repot lagi mencari penggantinya sampai keliling dunia.’ Pikirnya. Tapi senyuman itu seketika luntur saat gadis yang ditelponnya itu merespon kembali pertanyaannya. 

“Apa? Apa? Sorry nggak kedengaran. Suara kereta disini kenceng banget. Lagian nelpon kok suaranya gremeng sih, Pak. Pelan banget! Boleh diulangin lagi nggak perkataannya tadi dengan suara yang lebih keras!” Pinta Rena dengan polosnya. 

“ISSSS…. KUPENG BUDEG!! KAMU DITERIMA JADI PERSONAL ASSISTANT DI PERUSAHAAN WINATA GROUP! MENDAMPINGI BOS GILA YANG SAMA KAYAK ANDA GILANYA! SAMPAI SINI PAHAM?!” Teriak Andrew yang sangat kesal karena pernyataan gadis itu. Sudah capek-capek dia merangkai kata, eh malah nggak kedengaran. Kan nyebelin namanya!

“Oh. Ini Andrew ya? Pacarnya Tiffany?” Bukannya malah marah atau senang, tapi justru gadis itu merespon dengan pernyataan yang tak terduga. 

“Loh? Kok kamu tahu? Emang kamu siapanya Tiffany? Jangan bilang kamu sahabat fuceknya yang suka ngerusuhin dia setiap aku ada kencan sama Tiffany ya? Kamu ya yang suka minta Tiffany traktir kamu makan, terus ngehubungin dia sampai berjam-jam, yang buat aku kadang-kadang dianggurin dia?” Kini Andrew yang balik bertanya pada Rena, dengan menjelaskan keluhannya sedetail mungkin selama berpacaran sama Tiffany. Tiffany ini suka sekali menomor duakan dirinya kalau sudah menyangkut sahabatnya. Makanya Andrew kadang-kadang suka kesal, dan suka menghindar kalau diajak ketemuan sama sahabatnya. Saking kesalnya, dia takut kelepasan ngelempar sandal kalau ketemuan sama sahabat tunangannya itu!

“Hihihi… Hapal banget ya sama kelakuan saya. Iya, Pak Andrew yang terhormat. Saya sahabat tunangannya Anda. Tapi btw, makasih loh udah nerima saya jadi pengganti Bapak di kantor tersebut. Tenang aja deh, saya bersedia kok untuk mendukung penuh pernikahan Bapak sama sahabat saya. Asal, Bapak bisa minta gaji saya 35 juta/bulan lain dengan biaya akomodasi sama atasan Bapak selama saya menjadi PA-nya gimana?” Rena yang dijulidin malah terkekeh mendengar julidan Andrew. Pantas saja, Tiffany bucin banget sama nih orang, ternyata karakternya sama. Julid dan suka berterus terang. 

“Dasar gendeng! Sudah syukur keterima! Malah banyak maunya!” Ketus Andrew yang nggak mengira kalau Rena akan mengajukan syarat yang absurd untuknya. Ini saja dia nerima Rena untuk menggantikan posisinya, belum ada diskusi dengan si Dean. Eh malah minta gaji tinggi pula lagi nih orang! 

“Loh! Jangan ketus begitu dong, Pak. Bapak mau pernikahan Bapak batal lagi karena saya nggak mau gantikan Bapak, supaya bisa resign dari sana? Oh atau Bapak mau saya minta Tiffany supaya putus sama Bapak? Bapak mau gitu ya?” Kali ini Rena pura-pura mengancam tunangan sahabatnya itu. Seru juga pikirnya bisa mengganggu pasangan fucek ini. 

Andrew yang mendengarnya jadi gelagapan sendiri. Gila aja! Masa dia putus sih sama Tiffany hanya karena duo manusia gila ini. Satunya CEO sinting, yang satunya lagi sahabat lucknut tunangannya. Menyesal pun rasanya sudah terlambat. Tahu gitu dia lebih memilih cari penggantinya keliling dunia daripada diperas sama bocah gendeng ini!

“Saya usahakan! Jaga mulutmu itu dari tunangan saya. Awas saja kalau hubungan saya terganggu gara-gara kamu! Yaudah besok datang jam 10.00 pagi kesini. Bilang sama resepsionis sudah ada janji temu dengan saya, Andrew Henston. Jangan sampai terlambat!” Perintah Andrew tegas dan langsung memutuskan panggilannya begitu saja. 

Sesaat panggilan terputus, Rena langsung memekik kegirangan seperti orang gila. “Yeee…. Akhirnya mimpiku akan terwujud kembali! Tom Cruise I'm coming…"

***

Dengan takut-takut, Andrew mengetuk pintu ruangan bosnya. “Masuk!" Suara sahutan dari dalam ruangan terdengar. 

“Ada apa, Drew? Tumben kau masuk di jam 17.00 begini. Biasanya kau langsung ngacir karena jam kerjamu telah selesai!" Sindir Dean yang teringat akan kebiasaan PA sekaligus sahabatnya ini yang suka melarikan diri kalau jam pulang hampir tiba. Alasannya tentu saja supaya dia nggak disuruh-suruh lagi olehnya!

“Hehehe, kali ini aku mau ngomong sesuatu samamu. Urusan pekerjaan sekaligus pribadi. Boleh kan?" Ucapnya sedikit ragu, namun masih dengan gaya cengengesannya. 

“Hem…” Jawab Dean singkat. 

Tanpa diminta duduk, Andrew pun segera duduk dihadapan atasannya itu. 

“Begini, aku berjanji akan menikahi tunanganku pada bulan ini dan bermaksud untuk resign. Kau pun sudah tahu itu kan?” Ujar Andrew berbasa-basi. 

“Hem…” Kata Dean singkat lagi. 

“Syarat yang kau beri waktu itu, aku akan memenuhinya. Aku sudah menemukan penggantiku. Aku sudah menemukan PA yang sesuai dengan semua kriteriamu…” Lanjut Andrew lagi. 

“Hem…” Lagi-lagi Dean menjawabnya singkat. 

“Kau ini kenapa sih? Jawabnya ham hem ham hem terus. Ini serius loh! Ini menyangkut masa depan tititku kalau kau terus menahanku untuk keluar dari sini! Bisa-bisa aku dipecat jadi tunangan kalau begini ceritanya! Asem tenan, punya atasan kok gini amat!" Sungut Andrew yang terlanjur kesal dengan jawaban singkat Dean. 

“Jadi aku harus gimana? Ucapkan selamat gitu?! Silimit yi indriw, nggik jidi bitil nikih. Gitu?!” Cibir Dean yang sengaja memenyekan bibirnya saat berucap tadi. 

“Iss, geli banget dengarnya! Yaudah intinya aku mau bilang, PA yang baru akan datang besok jam 10.00. Dia sudah pasti pas dengan kriteriamu. Awas aja kalau sampai ditolak! Dia sudah langsung diseleksi olehku sendiri!” Jelas Andrew dengan nada ketusnya. 

“Kan aku belum bilang oke? Yang bosnya sekarang siapa? Kamu atau aku?” Jawab Dean enteng. 

“Untung aja kau sahabatku, Dean! Kalau nggak udah ku hancurkan juga perusahaanmu ini!” Desis Andrew. 

“Oh jadi ceritanya ngancam nih? Oke, kita lihat saja siapa yang akan menang nanti…" Sahut Dean santai dan merebahkan tubuhnya lebih merapat ke arah kursi, menyedekapkan tangannya menunjukkan kuasanya sebagai seorang bos. 

“Aku cuma becanda kali! Tapi tolonglah, kali ini aja! Kabulkan permintaanku… Terima perempuan itu untuk jadi PA mu, digaji 35 juta / bulan, lain dengan biaya akomodasi. Aku jamin dia adalah kandidat terbaik yang pernah aku pilih langsung selama bekerja disini. Kau tau sendiri kan gimana ketatnya seleksi dariku… Oke? Diamnya kau ini, ku anggap deal ya… Aku permisi!” Andrew sudah bersiap-siap ingin segera berlari keluar dari ruangan itu secepat mungkin sebelum Dean sempat berucap dan menolak permintaannya. 

“Heh!! Tunggu dulu! Jangan asal kabur kau!! Siapa perempuan itu?!” Teriak Dean yang menyadari kalau sahabatnya itu sekarang sudah berada tepat di ambang pintunya. 

“Besok kau akan tau sendiri! Oke… Aku pulang. Bye!” Andrew tertawa melihat raut wajah sahabatnya yang kini tertekuk ketat seketat sempak baru, langsung melambaikan tangannya berpamitan membiarkan Dean dalam kepenasarannya. 

***

Keesokan harinya, Rena segera berjibaku dengan segala persiapannya. Kali ini dia nggak boleh gagal lagi. Itu sebabnya, dia sengaja menyetel alarm lebih pagi lagi dari sebelumnya. Nggak tanggung-tanggung, bukan hanya alarm dari jam beker Cuckoonya saja yang dia setel, HP dan 3 jam beker baru yang dia beli semalam juga disetel untuk membangunkannya pada jam 04.00 pagi. 

Spontan seluruh keluarganya merepet-repet karena keganggu dengan suara alarm Rena yang berdering nyaring di pagi buta dimana ayam saja masih asyik bergelung tidur dengan telur-telurnya. Sementara yang direpetin, hanya bisa nyengir-nyengir nggak jelas. Yang penting baginya, dia akan datang lebih awal ke Perusahaan Winata Group itu. Kalau perlu, sebelum kantornya buka, sudah dia pantengin tuh kantor di depan pintu masuk lobinya. 

“Mak, kali ini doain aku berhasil ya…” Ujarnya pamitan dengan Bu Ratih yang masih ngantuk karena bangun kepagian. 

“Hemm, yaudah sana buruan pergi! Jangan terlambat lagi. Lain kali setel alarm jam 03.00 pagi saja sekalian ya nakku!” Sindir Bu Ratih dengan sinis. 

“Hahaha… Sip. Besok-besok akan ku setel seperti itu…” Jawab Rena santai. 

“Bocah gendeng. Udah sana pergi, entar terlambat lagi! Hati-hati di jalan. Kau pasti bisa. Emak yakin anak Mamak pasti berhasil…” Walau sempat diumpat dulu, tapi Bu Ratih juga tetap mendoakan anaknya agar berhasil. Memang jiwa Emak-Emak sekali. Merepet di bibir, tapi tetap sayang di hati. Rena yang mendengarnya pun terharu, dia langsung memeluk Ibunya yang sudah menjaga dan merawatnya selama ini. 

Dengan langkah tegak dan penuh percaya diri ditambah ridho Emaknya yang sudah dia kantongi, kali ini dia pasti berhasil. “Aku nggak akan kalah! Semangat Rena!!” Dia pun berseru pada dirinya sendiri dan langsung berangkat menuju ke tempat tujuannya.

Benar saja dugaannya. Perusahaan Winata Group memang belum buka. Karena jam official mereka buka itu sekitar pukul 07.00 pagi, sementara sekarang baru pukul 06.30. Tapi tak masalah bagi Rena, karena dia sudah bertekad untuk menang hari ini. 

Dalam proses penantiannya, tiba-tiba datanglah sebuah mobil Mercedez yang memunculkan dua orang pria yang keluar dari mobil tersebut. Dengan senyum ramah, Rena yang memang sedang menunggu di pintu masuk lobi segera membungkuk dan menyapa para pria tersebut. 

“Selamat pagi, Pak…” Sapanya ramah. 

“Siapa dia?” Tanya Dean menjengitkan alisnya sebelah. 

“Oh, dia PA mu yang baru… Tapi kok cepet banget datangnya? Kan aku bilang jam 10.00. Wah benar-benar karyawan teladan. Gimana? Nggak salah pilih aku kan?” Ucap Andrew pongah. 

“Hah? Coba tunjukkan wajahmu! Sepertinya aku kenal dengan postur tubuhmu…” Dean yang sepertinya kenal dengan ciri-ciri tubuh si gadis yang masih membungkuk hormat padanya ini, mulai curiga. Sepertinya Andrew punya niat licik padanya. 

“Selamat pagi, Pak…” Sapa Rena lagi kali ini dengan wajah yang terekspos dengan sempurna menampilkan deretan giginya yang rapi tersenyum cerah. 

“Kan benar dugaanku! Ngapain kau kesini lagi?! Bukankah semalam sudah jelas, kau tidak diterima disini! Pergi sana…” Usir Dean kasar yang kini tahu siapa wajah gadis yang akan menjadi PA-nya itu. 

“Eh… Eh… Jangan gitu dong! Aku yang memanggilnya kemari. Semalam kan kau sudah berjanji akan menerima dia dan nggak akan menolaknya! Gimana sih?!" Andrew yang mendengar pengusiran Dean, langsung melayangkan protesnya. 

“Kapan aku bilang akan menerimanya? Telingamu sepertinya perlu dikerok lagi! Lagian aku mau PA yang bisa salto 4 kali putaran tanpa henti! Memang dia bisa?" Desis Dean meremehkan. 

Rena pun langsung membuka outer kemeja yang dia pakai dan langsung menunjukkan aksinya tanpa banyak babibu lagi. 

https://instagram.com/elina_4_22?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

“Mana ada kriteria yang se- What??” Ucapan Andrew menggantung kala melihat Rena yang kini sedang beraksi salto 7 kali putaran tanpa henti. Bukan 4 kali lagi bahkan 7 kali!

“Gimana Bapak-Bapak sudah lihat kan kemampuan saya?” Ucap Rena dengan senyum kemenangannya. ‘Untung aku pakai celana hari ini, kalau nggak kan ngenakin mereka!’ Syukur Rena dalam hati.

Dean yang terperangah dengan kemampuan gadis itu, langsung tersadar saat mendengar tepukan tangan Andrew yang mengapresiasi kemampuan gadis itu. 

“Saya mintanya 4 kali! Angka genap. Bukan 7 kali! Pande-pandean kamu ini! Ulangi lagi, kali ini 10 kali putaran!” Perintah Dean yang tak mau kalah.

Rena dengan tersenyum walau hati mengumpat pun tetap menuruti calon Bosnya itu. Sengaja dia buat 12 kali putaran biar puas sekalian! 

“Oke not bad… Sekarang coba tari balet!" Perintah Dean lagi. 

“Ngadi-ngadi nih Bos!” Gerutu Rena tapi tetap dia menjalankan perintah Dean dengan sempurna. “Rena gitu loh! Karyawati terbaik multitalenan.” Puji dirinya sendiri. 

“Ck! Sekarang coba nyanyi lagu Ariana Grande 7 rings!” Kali ini Dean yakin gadis di depannya ini pasti tak akan bisa. Karena gimana ya? Lagunya mbak Ariana Grande itu nggak semua orang bisa. Kalau nggak pandai bernyanyi, bisa belibet tuh lidah!

“Hohoho… Itu mah gampang!” Rena pun percaya diri sekali dan langsung bernyanyi di pelataran lobi kantor tersebut. 

“……. Shoot, go from the store to the booth. Make it all back in one loop, give me the loot. Never mind, I got the juice. Nothing but net when we shoot. Look at my neck, look at my jet. Ain't got enough money to pay me respect. Ain't no budget when I'm on the set. If I like it, then that's what I get, yeah...”

“I want it, I got it, I want it, I got it (yeah)… I want it, I got it, I want it, I got it (oh yeah, yeah)… You like my hair? Gee, thanks, just bought it. I see it, I like it, I want it, I got it (yep)…” Nyanyian Rena dengan suaranya yang merdu dan kecepatan lidah dan pronounciationnya yang sangat bagus mengundang para karyawan-karyawati yang baru berdatangan di sekitar mereka berdecak kagum dan langsung memberikan tepuk tangan yang meriah pada Rena. 

Sontak saja hal itu membuat Dean semakin emosi mendengarnya. Dia sengaja buat syarat-syarat yang nggak jelas untuk perempuan ini! Eh tapi sekarang malah jadi bumerang untuknya. 

“Gimana Bos? Pilihanku tepat kan? Tepat dong masa nggak! Kalau gitu dia sudah bisa kerja ha- " Andrew yang merasa puas dengan keahlian Rena yang membuat Dean kalah telak pun segera menyombongkan diri atas pilihannya. Namun sayang, ucapannya terpotong begitu saja. 

“Hohoho… Tak semudah itu fergusso! Saya nggak mau nerima dia. Kau lupa atau emang sudah buta?! Bukannya saya sudah bilang kalau salah satu dari kriteria saya itu tidak boleh ada tahi lalat walau sekecil apa pun! Lihat di sudut bawah matanya, disana ada setitik hitam tahi lalatnya. Saya bisa melihatnya. Oh jangan lupa dia juga mempunyai tahi lalat yang bertengger di bahu kanannya…” Dean tersenyum licik. Dia yakin kalau kali ini Andrew nggak akan bisa memaksanya lagi untuk menerima perempuan pembuat onar ini untuk menjadi PA-nya. ‘Kalian kalah telak!' Batinnya senang. 

“Loh? Loh? Maksudnya apa ini? Apa yang salah dengan tahi lalat saya? Ini tuh tahi lalat bukan tahi kucing! Apaan sih? Kok jadi nggak jelas gini?!” Cecar Rena yang tak percaya kalau tahi lalatnya malah jadi alasan dia ditolak! “Maksudnya apa coba?!” Tambahnya lagi. 

“Iss mending kau diam dulu!” Sewot Andrew yang kini menahan langkah Dean yang sudah akan masuk ke dalam. 

“Tunggu dulu, Bos! Oke, aku tahu aku lalai karena tidak melihat tahi lalatnya. Jadi, gimana kalau aku buat penawaran saja sebagai gantinya?” Tawar Andrew yang sudah panik kalau rencananya bisa saja gagal untuk resign hari ini. 

“Hemm. Emangnya apa yang bisa kau tawarkan padaku Andrew?!” Sinis Dean yang mulai jengah pada PA sedengnya ini. Bisa-bisanya dia memilihkan perempuan gila itu untuk menggantikan posisi dirinya.

“Saham Perusahaanku 10%…” Ujar Andrew memulai penawaran. 

“20%…” Sahut Dean yang mulai tertarik dengan penawarannya. 

“15%…" Tawar Andrew lagi. 

“Pelit amat! 50%…” Jawab Dean cepat. 

“Oke 20%…” Ucap Andrew. 

“70%…” Dean semakin menaikkan persentase sahamnya. 

“Tunggu, tunggu! Ini kalian ngapain? Apa pula lagi 20% 50% 70%, memangnya harga diri ku bisa disamakan sama saham?” Ucap Rena yang mendengar perdebatan Andrew dan Dean. 

“Ck! Diam dulu wanita menyebalkan!” Bentak Andrew. 

“Oke, 37%… Gimana deal?” Tawar Andrew lagi pada Dean yang menatapnya jengah. 

“45% nggak bisa diganggu gugat!” Skakmat Dean. 

“What? Bisa habis aku dicoret dari Kartu Keluarga kalau begini ceritanya! Hisss, yaudah lah! Apa boleh buat! Pungut tuh PA jadi-jadianmu!” Sungut Andrew mencak-mencak karena kehilangan 45% saham di Perusahaannya sendiri. 

Sementara Rena hanya bisa menatap cengo keduanya. “Ini ceritanya aku dijual oleh tunangan sahabatku sendiri?!” Pekiknya. 

Andrew yang sudah sangat kesal, langsung mendelikkan matanya geram pada Rena. “Awas aja ya, kalau kau menggagalkan pernikahanku dengan Tiffany! Jangan pernah minta traktir dia lagi!” Desis Andrew. Dia pun langsung melangkahkan kakinya lebar-lebar meninggalkan duo manusia gila yang membuat tekanan darahnya naik. 

Dean yang akhirnya mendapatkan 45% saham kepemilikan atas Perusahaan Andrew secara cuma-cuma bukan main kegirangannya. Dia sampai tertawa kencang sekali saking senangnya dan Rena pun hanya bisa menatapnya malas. 

***

Hayoo siapa yang ngakak sendiri baca chapter ini? 🤣

Yuk kita kasih lihat visual orang yang terpaksa harus merelakan 45% sahamnya demi perempuan gila seperti Rena‼️ 🙉

Alessio Pozzi a.k.a Andrew Henston https://instagram.com/pozzialessio?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Nah kalau ini pasangan fuceknya. Gimana nggak bucin coba?! 😆

Charli Damelio a.k.a Tiffany Stuart https://instagram.com/charlidamelio?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

See you for the next chap 👋

Best Regards, 

E. Sasaki 💚

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya FOOL ~ CRAZY BOSS 🤬
1
0
 “Hey, chill out… whatcha yelling for? Lay back, it's all been done before…”  Jawab Andrew mulai santai. “Cih! Apanya yang sudah selesai? Tadi saja dia tak tahu bagaimana cara mengetuk pintu ruanganku!” Sindir Dean yang kini juga mulai melunakkan suaranya dan kembali mendudukkan dirinya di sofa.Andrew yang masih kesal dengan Dean, tak tahan untuk tidak mengomel pada Bosnya yang semakin gila sejak kehadiran Rena. “Ya gimana dia bisa tahu… Kalau setiap 5 menit sekali kau menghubunginya untuk menyuruhnya inilah itulah, membuat laporan tahunan dalam waktu 2 jam lah, pergi ambil pakaianmu di binatu, belum lagi memintanya untuk membeli makan siangmu di luar kota! Terus sekarang kau melemparkannya dengan gelas yang berisi air panas… Kau waras?!”*** Hari penyiksaan Rena sudah di mulai guys😬Kira-kira berapa lama Rena akan tahan kerja jadi asisten si asdgshshdkdj? 🙄Best Regard, E. Sasaki 💚 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan