Deskripsi
1
ALINA
Kala itu, aku masih sangat muda. Bahkan belum layak untuk sekedar merasakan bagaimana cinta monyet, atau cinta monyet kerdil sekalipun. Kelas 6 sekolah dasar. Mungkin untuk ukuran saat ini, hal itu wajar saja terjadi. Bahkan anak belum lepas dari tangis kepada ibunya pun sekarang sudah dijodoh-jodohkan. Walupun dalam kondisi yang tidak sebenarnya. Namun tetap saja, menurutku hal itu masih terlalu dini.
Alina adalah pacar pertamaku, walaupun bukan orang pertama yang aku suka. Orang yang...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Selanjutnya
14.2 Namira
0
1
2NAMIRA Elsa berlalu begitu saja. Mungkin karena kita tidak benar-benar tahu apa yang seharusnya kita lakukan saat itu. Dua orang anak muda yang menerjemahkan berpacaran hanya dengan bertukar pesan setiap hari, bukan bertukar perasaan. Maka, mungkin kita menjadi sama-sama bosan. Dan akhirnya kita sama-sama bersepakat untuk tidak bersama lagi. Entah kita bersepakat atau hanya aku yang beranggapan seperti itu, tapi aku yakin saat itu Elsa pun berpikiran demikian. Karena setelahnya tak ada masalah diantara kita atau perasaan-perasaan yang tertinggal diantara kita.Setelah Elsa berlalu, aku disibukan dengan beberapa kegiatan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang semakin aku dalami. Basket, karate dan kelompok ilmiah. Basket dan karate menjadi cerita lain yang akan aku ceritakan lain waktu, karena saat ini, kelompok ilmiahlah yang mempertemukan aku dengan Namira.Namira adalah seseorang yang aku kenal dalam kelompok ilmiah. Dahulu, guru sains kami mengumpulkan beberapa orang yang diikutsertakan untuk lomba karya tulis ilmiah. Kebanyakan dari orang yang dipanggil adalah orang yang mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Aku sebagai peringkat pertama di angkatan-ku menjadi orang yang otomatis terpilih oleh guru sains-ku. Kemudian Namira, menjadi salah satu orang yang terpilih pula karena dia adalah peringkat pertama dikelasnya. Singkat cerita, kita dibagi menjadi tiga kelompok karya tulis ilmiah. Aku bersama dua temanku, Firman dan Indra mengerjakan proyek tentang indikator alami. Kemudian Namira dan dua orang temannya, Anne dan Nur mengerjakan proyek tentang limbah pabrik yang diubah menjadi sabun cuci tangan dan sabun mandi. Sedangkan satu kelompok lagi, aku tak mengingatnya sama sekali. Proyek itu kami lakukan sepulang sekolah dan kami kerjakan dengan sangat intens, sehingga frekuensi aku untuk bertemu mereka, khususnya Namira, menjadi semakin sering. Dan mungkin darisana aku mulai berfikir bahwa perempuan yang memiliki kepintaran, keterampilan, dan ketekunan adalah perempuan yang mempesona. Karena sebenarnya, dia tidak memiliki kesamaan sama sekali dengan Fitri, yang menjadi prototipe wanita yang aku sukai. Sebagai tambahan, Lala juga sebenarnya memiliki perawakan yang cukup mirip dengan Fitri. Fitri dan Alina memiliki postur yang tidak terlalu tinggi dengan gigi gingsul yang tidak rapi tapi lucu, sedangkan Namira memiliki postur yang tinggi dengan gigi yang rapi dengan senyum yang menawan, dan tanda lahir berupa tahi lalat dibagian dagunya. Sehingga aku pikir, tipe perempuan cantik-ku saat itu menjadi seperti Namira jika itu menyangkut karakteristik.Di kelompoknya, ia menjadi seseorang yang sangat sentral dan paling tekun. Karena sejujurnya seingatku, Anne tidak termasuk kedalam peringkat pertama dikelasnya, sedangkan nur adalah teman yang paling dekat dengan Anne dan Namira. Lantas bagaimana bisa mereka menjadi satu tim dengan Namira? Bukankah guru sains tadi mengumpulkan orang-orang dengan peringkat pertama dikelasnya? Sedangkan, jumlah kelas dalam satu angkatan di sekolahku berjumlah 9 kelas, sehingga akan kecil kemungkinannya guru sains-ku memilih mereka berdua dibandingkan dengan peringkat pertama di kelas-kelas yang lain. Kecil kemungkinannya jika orang tersebut tidak memiliki relasi dengan orang yang memiliki pengaruh di sekolah itu. Kultur buruk yang terbawa, dari hal kecil seperti ini sampai hal besar seperti ketatanegaraan. Namun dengan demikian, aku bersyukur karena Namira menjadi semakin mempesona karena orang disekelilingnya tidak dapat mengimbanginya. Ditambah, Namira adalah sosok yang sangat bersahaja lagi lemah lembut. Salah satu hal yang aku ingat tentang kebaikan Namira adalah ketika dulu aku tersiram oleh bahan kimia dengan konsentrasi yang cukup tinggi dan membuat kulitku terbakar kemudian menjadi seperti plastik, Namira menjadi orang pertama yang membasuh lukaku. Ya, karena pertemuan yang sering serta sifat Namira yang demikian, aku mulai berfikir bahwa aku menyukainya. Dimulailah aku mendekatinya. Dari hanya bercakap-cakap basa-basi biasa sampai menanyakan nomor handphonenya. Dari hanya bercakap-cakap basa-basi biasa lewat handphonenya sampai saling menunggu selesainya pekerjaan laboratorium satu sama lain. Dan dari sana, bersepakatlah kita untuk menjadi sepasang kekasih.Hal yang berbeda dari sebelumnya ketika aku menjalani hubungan kali ini adalah banyaknya interaksi langsung yang kita lakukan. Bukan hanya melalui pesan singkat telefon selular. Dan kali ini, tanpa salam-salam radio. Selain karena lelah menunggu pesan kita disebutkan oleh penyiar radio, juga karena saat itu aku mulai sadar bahwa hal tersebut terlalu menggelikan untuk dilakukan.Setiap hari kita membicarakan banyak hal. Selain penelitian yang kita lakukan, kita juga membicarakan kegemaran-kegemaran kita. Dia menyukai berlari sebagaimana aku menyukai basket. Dia pun berprestasi dalam bidang itu. Pernah dia memenangkan lomba berlari antar kota ketika kita SMP, karena memang selain dia yang menyukainya, postur tubuh dan kekuatan tubuhnya pun luar biasa. Selain berolahraga, kita memiliki kegemaran yang sama, yaitu menonton anime. Salah satu anime yang kita gemari adalah bleach, sehingga kita bisa sama-sama membahas hal itu pada waktu luang kita. Kalau tidak salah, dia sangat menyukai karakter bernama Uryuu Ishida. Seorang quincy yang memiliki keahlian memanah, memakai kacamata, dan memiliki tubuh yang tinggi kurus. Yang pada saat itu dia sering merelasikannya denganku. Ishida juga memiliki sifat yang dingin seperti aku dulu. Ya, dulu aku memiliki sifat yang dingin dan tidak mudah berbicara kepada siapapun, berbeda dengan hari ini, yang ketika menaiki ojek online sekalipun akan merasa tidak nyaman jika kita tidak berbincang-bincang sepanjang perjalanan. Yang jelas, kita tidak pernah kehabisan topik untuk diperbincangkan.Kemudian hal yang paling berbeda dari sebelumnya ketika aku bersama dengan Namira adalah ketika pertama kalinya aku mengunjungi rumah kekasihku.Aku tidak habis pikir mengapa aku ingin mengunjungi rumahnya dan dia memperbolehkannya. Padahal pada saat itu kita masih dalam usia yang sangat muda. Sangat masuk akal mungkin jika kita memang teman semasa kecil dan rumah kita berdekatan, atau mungkin aku sudah diperbolehkan mengendarai kendaraan bermotor. Namun pada masa itu, para orang tua masih sangat selektif memberikan kebebasan pada anak-anaknya, apalagi bagi suatu hal yang melanggar hukum seperti berkendara tanpa surat izin. Sehingga, aku merasa hal ini aneh atau lebih tepatnya berlebihan, ketika mengunjungi rumah seseorang yang jaraknya cukup jauh di umur yang sangat muda dan dengan tujuan untuk mengenal keluarganya.Ya, hal itu tetap kulakukan pada waktu itu. Seingatku, waktu itu adalah hari sabtu sepulang sekolah. Disekolahku dulu, kegiatan belajar mengajar dilakukan pada hari senin sampai jumat, sedangkan sabtu digunakan untuk waktu pengembangan khusus ekstrakurikuler sehingga kita bisa pulang lebih awal. Pergilah aku dan Namira dari sekolah menuju ke rumah Namira dengan menggunakan angkutan umum. Kita harus menaiki dua angkutan umum untuk menuju kerumah Namira. Satu angkutan umum berwarna coklat (yang berarti angkutan umum itu untuk transportasi kota), dan satu angkutan umum berwarna kuning (yang berarti angkutan umum itu untuk transportasi pedesaan). Untuk durasi waktu perjalanan mungkin sekitar 30 menit. Waktu yang lama mengingat daerahku hanya kota kecil yang tidak memiliki kepadatan lalu lintas yang berarti. Setelah turun dari angkutan pedesaan, kita melewati suatu gang lalu sampailah kita dirumah Namira.Kita disambut oleh ibunya Namira yang menanyakan bahwa mengapa hanya satu orang yang datang. Mungkin sebelumnya Namira berkata kepada orang tuanya bahwa akan datang teman-temannya ke rumahnya, sehingga ibunya berkata demikian. Dan benar saja, ketika aku masuk kedalam rumahnya, terdapat banyak sekali makanan untuk disajikan. Mungkin itu sebanding dengan sajian untuk setidaknya delapan orang. Lalu kemudian aku duduk dan berbincang-bincang sedikit dengan Namira. Ketika Namira meminta izin kepadaku untuk masuk terlebih dahulu kekamarnya dan mempersilakan aku untuk menikmati sajian yang disiapkan, aku berjalan-jalan mengitari ruang tamunya yang cukup luas. Kemudian di dinding rumahnya aku melihat banyak sekali penghargaan untuk ayahnya Namira. Diantaranya adalah penghargaan karena beliau telah mendonorkan darahnya kepada PMI sebanyak 100 kali. Disana aku merasa takjub dan berfikir bahwa kebaikan Namira pastilah berasal dari ayah dan ibunya. Dari cara ibunya menyambut tamu dan dari ayahnya yang berkegiatan sosial. Lalu setelah Namira kembali lagi dari kamarnya, yang hanya menyimpan tasnya saja tanpa berganti pakaian, kita berbincang kembali.Setelah kami kehabisan bahan obrolan, akhirnya aku memutuskan untuk pamit kepada Namira. Belum sempat aku beranjak pulang, ayahnya Namira pulang. Beliau langsung duduk didepan teras rumahnya dan kita menghampirinya. Ternyata beliau pulang dari kebunnya dan digigit ular. Disana aku ingin tertawa sekaligus takut karena ini adalah kali pertama aku bertemu dengan ayah dari kekasihku. Ingin tertawa karena pada hari itu aku merasa hari itu adalah hari teraneh didalam hidupku. Random. Dari memaksakan datang kerumahnya yang jauh, bertemu ibu kekasihku untuk pertama kali, disambut dengan hidangan yang luar biasa, bertemu dengan ayah kekasihku untuk pertama kali, dan sekarang melihat ayah kekasihku sehabis digigit ular. Hari macam apa ini.Pada waktu itu aku tidak langsung pulang, karena aku rasa tidak sopan jika aku langsung pulang sedangkan ayah dari Namira baru datang. Jadi, aku melihat ayahnya Namira diobati dan berbincang sebentar terlebih dahulu baru kemudian aku pamit pulang kembali kepada ibu dan ayahnya. Dan ketika aku pulang, karena kebaikan hati mereka yang luar biasa, aku ditawari untuk membawa pulang hidangan yang telah mereka sajikan. Aku menolaknya karena aku merasa tidak enak untuk menerima semua itu. Tapi ibu Namira memaksa dan berkata setidaknya aku membawa oleh-oleh dari sana untuk orang tuaku, dan beliau sudah mengambil pisang yang ada diatas meja. Bukan hanya satu sisir, melainkan satu tandan. Hariku semakin aneh saja. Tapi aku bersikeras untuk tidak menerimanya dan langsung pulang.Akhirnya aku pulang diantar oleh namira ke tepi jalan. Lalu aku menaiki angkutan umum berwarna kuning itu. Dijalan, aku hanya berfikir bahwa apa yang dilakukan oleh keluarga Namira adalah sesuatu yang berlebihan. Padahal jika sekarang aku memikirkannya, mungkin pada saat itu aku hanya merasa tidak layak untuk menerima segala kebaikan dari mereka. Kebaikan yang tidak pernah aku dapatkan sebelumnya, sehingga aku merasa aku tidak cocok berada di lingkungan seperti itu.Dan pada akhirnya, setelah kunjunganku itu, aku mulai menjauhi Namira. Walaupun kita masih sering bertemu saat berada di sekolah khususnya ketika kegiatan ekstrakurikuler, semua hal terasa berbeda. Aku menjauhinya. Dan seperti biasa, ketika aku menjauhi seseorang, hubungan kita berakhir begitu saja. Sekali lagi aku tidak tahu bagaimana perasaan wanita yang aku tinggalkan. Setelah kita berpisah, aku tidak pernah berhubungan lagi dengan Namira. Mungkin hanya senyuman yang terlempar ketika kita berpapasan, tidak lebih dari itu. Dan lebih parahnya lagi, setelah masa aku dan Namira, aku tidak pernah membahas hubunganku dengannya kepada siapapun. Bahkan suatu waktu ketika aku diminta untuk membuat list mantan pasanganku, dia tidak aku masukan kedalam list itu.Namira bukan hanya satu SMP denganku, tapi kemudian dia menjadi satu SMA denganku. Ketika SMA pun tidak ada yang berubah dari sikap aku kepadanya. Begitupun dengan Namira. Entah karena dia mengerti apa yang aku pikirkan atau dia hanya tidak berani menyapaku terlebih dahulu. Entah karena dia melakukan hal yang sama kepadaku atau hanya aku yang tidak tahu bagaimana dan apa yang dia rasakan. Dan anehnya, teman-teman yang berada disekitarku yang mengetahui tentang kisahku ini, sama-sama diam dan tidak pernah membahas mengenai hubunganku dengan Namira.Aku mengakui, bahwa aku adalah orang yang jahat. Aku terlalu besar kepala. Yang menganggap Namira pada waktu itu adalah orang yang tidak sepadan denganku, sehingga untuk mengakui dia sabagai mantan kekasihku saja aku enggan. Egoku berfikiran bahwa aku terbukti bisa mendapatkan kekasih yang jauh lebih mempesona dibandingkan dengan Namira, sehingga aku tega mengabaikan keberadaan Namira yang pernah sebaik itu padaku. Padahal mungkin, aku hanya merasa tidak pantas dengan seseorang seperti Namira yang memiliki kebaikan yang luar biasa.Jika sekarang kamu membaca ini, percayalah bahwa aku menyesal telah berbuat hal yang menyedihkan seperti itu, dan aku sama sekali tidak ingin menghilangkan keberadaan kamu. Semakin lama jarak-ku dengan akhir kebersamaan kita, semakin aku mengingat bagaimana luar biasanya sifat yang kamu tunjukan. Semakin lama jarak-ku dengan akhir kebersamaan kita, semakin aku menyadari bahwa ternyata aku yang tidak pantas untuk bersama denganmu. Dan semakin lama jarak-ku dengan akhir kebersamaan kita, semakin aku menyadari bahwa ternyata, aku sangat bersyukur pernah mengenal, dan sedekat itu denganmu.Terimakasih Namira, terimakasih karena telah melalui satu bab kehidupan bersama denganku. Bab ini aku tuliskan untukmu, dan ayah ibumu, juga untuk keluargamu. Yang aku yakini, kamu bersama dengan orang yang sama baiknya denganmu sekarang, dan kemudian akan terus mengajarkan bagaimana kebaikan itu sampai dengan kebaikan itu dapat mengubah dunia menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Selamat menemukan kebahagiaan dari kebaikan yang selalu kamu tebar. Berbahagialah selamanya, Namira. Salam.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan