My Dream

0
0
Deskripsi

Impian Naruto berakhir indah di musim semi. 

MY DREAM
.
By : Vinarli_rizkyan47

NaruHina Fanfiction

Desclaimer : Mashasi Kishimoto

Spring Party - Romance

#NHFD2019

Rated T
.

Aku menatap puas hasil rancanganku. Di depan mata terulis kata “Anniversary”. Hanya dengan 1 kata saja sudah membuat hatiku sangat bahagia. Hari ini adalah hari perayaan Anniversary kami. Aku sudah merencanakan hal ini seminggu sebelum hari H meskipun awalnya kebingungan untuk memilih tempat acaranya. Akhirnya aku memutuskan memilih cafe karena di cafe ini adalah tempat pertama menjadi saksi biksu kami bertemu satu sama lain. Butuh waktu lama untuk memutuskannya setelah melalui banyak sekali pertimbangan. Di dalam pikiranku penuh sekali gambaran wajahnya, aku sangat penasaran bagaimana reaksinya ketika melihat kejutan yang ku buat ini? Aku berharap dia menyukainya. Seketika kedua pipiku langsung merona hebat ketika memikirkannya. Hatiku langsung berdebar, aku benar - benar tidak sabar menunggu kedatangannya. Seketika senyumku langsung pudar ketika mengingat di balik status kami yang sebenarnya. Sudah 10 bulan kami berpacaran akan tetapi, aku tidak pernah merasakan bahwa kami benar - benar berpacaran karena selama ini dia memperlakukanku bukan seperti pacar tetapi menganggapku seperti seorang teman. Aku menghela napas kecewa mengingat hal ini. Segera saja aku menepis pemikiran negatifku, tidak mungkin dia mau menghabiskan waktu 10 bulan bersamaku berbagi suka dan duka, saling support untuk mengejar impian masing - masing dan terakhir dia membelikan kalung untukku sebagai hadiah Anniversary kami. Meskipun banyak orang berspekulasi bahwa hubungan kami terlihat seperti pertemanan bukan hubungan percintaan seperti kisah - kisah roman. Aku tidak peduli dengan pendapat orang lain yang ku pedulikan adalah tindakan dia dalam memperlakukan aku dan keluargaku. Dia berusaha tetap menjaga kesopanan di hadapanku maupun ketika bersama keluargaku. Aku mempercayainya bahwa dia adalah pilihanku. 

Tiba -tiba suara dering ponselku berbunyi, aku segera membaca pesan masuk. Sebuah nana tertera di ponselku, aku tersenyum melihat nama tersebut. Jariku langsung membuka pesan itu seketika ekpresiku berubah dratis saat membaca isi pesan tersebut. Ingin rasanya aku menangis disini tetapi aku sadar sedang berada di cafe, tidak mungkin aku menangis sendirian disini. Tubuhku langsung tertunduk lesu, lagi - lagi dia sibuk dengan pekerjaannya. Bisakah kau meluangkan waktumu walaupun hanya sebentar? Jeritku dalam hati yang paling dalam. Aku ingin sekali menjadi egois padanya agar dia memperiotaskanku daripada pekerjaannya untuk hari ini saja. Disini aku menunggumu seorang diri, mataku melirik ke arah kaca di sampingku. Aku tersenyum miris melihat tampilanku, penampilanku sangat cantik dengan dres berwarna lavender yang ku beli kemarin dengan menguras semua tabunganku agad terlihat cantik di hadapanmu tetapi air mataku merusak riasan wajahku. Aku benar - benar terlihat menyedihkan. 

Rencana yang sudah ku susun sedemikan rupa, hancur seketika. Padahal aku menginginkan kehadiranmu disini untuk hari ini saja kau mengkosongkan jadwalmu untukku. Kau yang sudah berjanji padaku tetapi membatalkannya. Apa pekerjaanmu sesibuk itu sampai kau tidak bisa mengkosongkan jadwalmu 1 hari saja untukku? Berapa lama lagi aku menunggu waktu luangmu? Mataku terpenjam ketika mengingat jawabannya setiap aku bertanya hal ini selalu ada perdebatan karena sikapku yang egois dan meninggalkanku seorang diri karena hal ini, aku selalu berusaha mengalah padamu dan menekan keinginanku sedalam - dalam mungkin tapi sekarang tekadku sudah bulat. Aku membalas pesan itu, aku lelah terus berusaha mengertimu. Sekarang waktunya, kau mengertiku. Tanpa menunggu waktu lama, dering ponselku langsung berbunyi. Aku melirik sekilas nama yang tertera di ponselku
"Naruto Calling". Itulah nama yang tertera di ponselku. Aku menatap malas pada ponsel, tidak ada niatan untuk mengangkat telponnya. Ponselku terus berdering, taukah kau? Hatiku sedang sakit, kau membatalkannya lagi karena alasan pekerjaan. Alasannya terlihat sederhana tetapi ketika suasana hatimu sedang buruk, hal sederhana itu menjadi hal yang memuakkan. Tanganku segera mematikan teleponnya dan langsung mematikan ponselnya. Aku duduk sambil menikmati segelas cokelat panas yang telah ku pesan sejak tadi daripada harus mendengar alibinya yang sama. Setelah meminum coklat panas, kekesalanku langsung hilang seketika. Dapat ku dengar suara langkah kaki terburu - buru. Aku tersenyum ketika melihat entensi kedua sahabatku yaitu Sakura dan Ino berdiri di hadapanku.

"Maaf kami terlambat." Ujar mereka berdua sambil.

"Tidak masalah, duduklah." Balasku mempersilahkan mereka meskipun ada sedikit kekesalan karena keterlambatan mereka tapi aku memakluminya karena kesalahanku yang tiba - tiba saja meminta mereka hadir. Mereka berdua langsung duduk sambil matanya melihat ke sekitar cafe. 

Sakura menatap ke arahku dengan ekpresi bersalah,"Hinata-chan kau disini sendirian daritadi?" 

"Hentikan wajah bersalahmu Sakura-chan. Aku memang sendirian sejak awal, dan aku tidak menyalahkan keterlambatan kalian." Jawabku terlihat sangat santai. Dapat ku lihat, mereka menghela nafas lega mendengar jawabanku. Aku memang tidak menyukai keterlambatan. Aku melirik ke arah Ino, dia terlihat ragu melihatku. 

“Ada apa, Ino-chan?” Tanyaku

"Maaf, bukankah semalam kau memberitahu kami bahwa hari ini kalian merayakan anniversary bersama tetapi aku tidak melihat kehadirannya?" Ino benar - benar penasaran Hinata memanggil mereka. Dapat ia lihat bahwa acara anniversary sahabatnya sudah sempurna tetapi dia tidak menemukan keberadaan pacarnya Hinata.

"Di cancel, kau tau alasannya." Jawab Hinata singkat dan padat. Tatapannya tajam dan ekspresinya sangat dingin, hal ini membuat kedua sahabatnya ketakutan. 

"Maaf aku tidak bermaksud." Ino merasa bersalah karena telah membuat mood Hinata down. 

“Tidak masalah.” Eskpresi Hinata langsung berubah dratis, yang tadi terlihat dingin menjadi hangat kembali. 

"Girls aku punya ide. Daripada kita disini lebih baik kita bersenang - senang." Saran Sakura membuat mereka berdua langsung menoleh ke arahnya.

"Kemana?" Tanya mereka berdua. 

"Ku jamin kalian pasti akan menyukainya." Ekpresi Sakura terlihat menyakinkan bagi mereka.  

...

Di tempat gelap yang penuh dengan banyak orang sambil bersorak bahagia sambil menikmati suara musik menggema di tambah lampu berwarna kelap - kelip menghiasi tempat tersebut. Di salah satu meja terlihat 3 wanita cantik sedang menenguk wine dengan semangat. 

“Huwaa, ini adalah hari terindah untukku.” Teriak Hinata dengan ekpresi bahagianya. 

“Hinata-chan ceritakan masalahmu?” Sejujurnya Ino sangat penasaran, melihat reaksi Hinata hari ini membuatnya benar - benar khawatir. Hinata bukan tipe pemabuk tetapi hari ini, Hinata menghabiskan 3 botol dalam waktu cepat.

Hinata memandang ke arah Ino dengan pandangan sayu,"Kau tau, Naruto-kun kembali mencancelnya dengan alibi yang sama. Padahal aku sudah bersusah payah merencanakan hal ini. Setidaknya hargai usahaku, aku tidak pernah menuntutnya tetapi kenapa sulit sekali meminta waktu luang sehari saja?" Tangis Hinata pecah setelah menceritakannya. 

Sakura segera memeluk Hinata,"Nasib kita sama, Hime. Setidaknya, sedikitnya berusaha untuk mengerti." Sakura ikut menangis ketika mengingat percintaannya tidak jauh berbeda dengan Hinata. Ino langsung panik melihat kedua sahabat menangis sambil menenguk wine. 

"Ayolah berhenti minum Sakura-chan, Hinata-chan!" Perintah Ino mencoba berusaha menghentikan kedua sahabatnya. Sakura berhasil di hentikan tetapi Hinata sangat sulit sekali. Kepanikan Ino bertambah ketika melihat Hinata kembali menenguk winenya.

Matanya tanpa sengaja menangkap kehadiran seseorang sedang berdiri di hadapan mereka. Ino menghela nafas lega,"Syukurlah kau datang." 

"Apa yang terjadi dengannya?" Tanyanya dengan ekpresi khawatir melihat keadaan Sakura dan Hinata sudah mabuk total. 

“Sakura-chan mengajak kami kesini untuk menghibur Hinata-chan. Dia sangat kesal padamu karena kau membatalkannya lagi karena suasana hatinya sedang buruk, dia meminum banyak sekali dan berakhir seperti ini.” Ino mencoba menjelaskan keadaan yang sedang terjadi disini pada pria di hadapannya. Tangannya mencoba membopong Sakura-chan yang sudah mabuk berat. Pria itu menghembuskan napasnya sejenak setelah duduk di samping Hinata. Tangannya terulur menyingkirkan rambut Hinata yang menutupi wajah damai kekasihnya. Dia kaget saat tangannya merasakan air mata di sudut mata Hinata.

“Dia menangis?” Tatapan matanya berubah sendu, ekpresinya menjadi bersalah. 

“Ya tadi dia menangis sangat keras. Aku pamit dulu. Sakura-chan benar - benar sudah mabuk. Hinata-chan ku titipkan padamu.” Ujar Ino sebelum beranjak meninggalkan mereka. Setelah kepergian Ino, pria tersebut langsung menyusul kepergian Ino. Mengendong Hinata di punggungnya, kakinya segera beranjak dari tempat tersebut.

Selama di perjalanan menuju apertemen, dia mendengar semua rancauan Hinata yang memaki dirinya. Hatinya benar - benar merasa bersalah pada kekasihnya. 

“Hik .., Naruto-kun sungguh jahat .., hik .., dia selalu memprioritaskan kerjaannya di bandingkanku .., hik ..., aku benci dia.” Racau Hinata tanpa menyadari bahwa orang yang di bicarakannya sedang mengendongnya yang tidak lain adalah Naruto Uzumaki, kekasih Hinata. 

Naruto semakin menyesal, dia tidak tau bahwa Hinata telah mempersiapkan kejutan perayaan anniversary. Sebelum Ino menelponnya, Naruto menyusul Hinata ke cafe terlebih dahulu tetapi salah satu pelayan cafe mengatakan bahwa Hinata sudah meninggalkan tempat itu. Pemilik cafe memanggilnya dan menyuruhku masuk ke dalam, dia memperlihatkan kejutan yang Hinata buat padaku.  

“Sebenarnya aku tidak ingin ikut campur dalam masalah pelanggan tetapi aku merasa kasihan dengan pacarmu. Dia telah mempersiapkan ini seorang diri, kami sudah mencoba menawarkan bantuan tetapi dia menolaknya. Dia ingin memberikan kejutan untukmu dengan usahanya sendiri. Maaf jika saya lancang tetapi bisakah anda memahami dan mengerti perasannya. Saya dapat melihat dia begitu mencintai Anda. Saya harap kejadian ini tidak terulang lagi padanya.” Ujar salah satu pemilik cafe. 

Pemilik cafe benar, selama ini dia berusaha mencapai impiannya tetapi dia melupakan orang di sekitarnya terutama kekasihnya yang selalu ada untuknya. Langkah kakinya terhenti sejenak untuk membenarkan posisi Hinata. Jika saja, dia tidak membatalkan kencan. Hinata tidak akan berakhir memilih ke tempat itu.

Tangannya mencoba menekan password apertemen. Pintu apertemen terbuka, segera saja kakinya melangkah masuk ke dalam. Dia benar - benar tidak peduli menjadi pusat perhatian orang - orang sejak keluar dari bar. Yang dirinya pikirkan adalah Hinata. 

Kakinya melangkah masuk ke kamarnya. Menidurkan Hinata dengan hati - hati lalu menyelimuti kekasihnya. Naruto tersenyum ketika melihat wajah damai kekasihnya, sangat cantik. Tangannya terulur berusaha menyingkirkan beberapa anak rambut yang menghalangi wajah cantik kekasihnya. Meskipun mereka telah menjalani hubungan selama 10 bulan tapi Naruto masih merasakan hatinya selalu berdebar - debar jika dekat dengan Hinata. Pikirannya langsung tersadar dari lamunannya, berusaha mengenyahkan pikiran kotornya. Kakinya segera beranjak meninggalkan kamarnya untuk mengambil makanan, dan obat pereda mabuk untuk kekasihnya. Setelah selesai mengambil makanan dan obat, dirinya langsung menuju ke kamar. Dia terdiam sejenak, bagaimana jika Hinata mengetahui bahwa dirinya melupakan hari anniversary mereka. Tiba - tiba saja pikirannya kalut, dia takut melihat reaksi Hinata jika mengetahui hal ini. 

“Bodoh, kenapa kau melupakan hari penting?” Gumam Naruto memaki dirinya sendiri. Dia terlalu senang atas keberhasilan projek besar yang di tangganinya. Dia berhasil menunjukkan hasil kinerjanya ke orang tuanya. Salah satu perusahaan miliki kedua orang tuanya yang hampir gulung tikar akibat investor menolak kerjasama dengan mereka. Naruto berhasil menanggani masalah tersebut sehingga investor menerima kerjasama. Dia juga memperbaiki manajemen perusahaan supaya hal buruk tidak terjadi lagi. Rencananya Naruto ingin merayakan keberhasilannya bersama Hinata tetapi dia lupa bahwa hari ini adalah anniversary mereka. Dia semakin bersalah ketika mengingat wajah antusias Hinata yang memintanya mengkosongkan jadwalnya hari ini. Naruto mengiyakan permintaan Hinata tetapi di hari yang sama sekretarisnya memberitahunya bahwa agenda rapat di ganti tanpa pikir panjang Naruto menerimanya. Dia langsung memberitahu Hinata, dia yakin Hinata akan mengerti. Naruto segera mempersiapkan rapat dan berusaha menarik minat investor. Ketika rapat sudah berakhir, dia mencoba mengecheck ponselnya tetapi tidak ada balasan apapun dari Hinata. Matanya melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan waktu makan siang. Naruto mengingat perkataan Hinata kalau hari ini kosong dan biasanya di waktu luang Hinata akan segera membalas pesannya tetapi sudah 2 jam tidak ada balasan. Rasa khawatir muncul, dan lebih khawatir ketika membaca balasan pesan dari Hinata. 

To : Naruto-kun

Form : Hinata

Ya, silahkan lakukan yang terbaik untuk pekerjaanmu. Sekarang aku mengerti kehadiranku di matamu tetapi maaf Naruto-kun untuk hari ini aku tidak bisa memaafkanmu. Terimakasih untuk waktu 10 bulan ini. Kehadiranmu membuatku bahagia.

Mataku terbelak kaget ketika membaca isi pesan Hinata segera saja aku menyusulnya, pikiranku semakin kalut ketika Hinata mematikan teleponku dan langsung mematikan ponselnya. Aku mencarinya ke cafe setelah dari cafe, aku berusaha mencari ke tempat yang biasa Hinata singgahi sampai Ino menelponku dan memberitahuku bahwa Hinata ada di bar. Hatiku langsung resah, Hinata bukan tipe orang yang suka ke tempat itu. Tiba - tiba ada Ino mengirim pesan, tanganku segera membukanya. Mataku semakin terbelak kaget ketika Ino menvideo Hinata yang sudah mabuk total. Segera saja aku menambahkan kecepatan laju mobil dengan perasaan khawatir dan kalut.

Mataku terpenjam sejenak mencoba menyadarkan lamunanku dan fokus kembali ke tujuan awal yaitu memberikan makanan dan obat pereda mabuk untuk Hinata. Kakiku melangkah menuju kamar, aku tersenyum ketika melihat Hinata sudah bangun dan sedang duduk di kasur. 

“Hime, apa kepalamu masih pusing? Aku membawa makan dan obat pereda mabuk untukmu.” Naruto segera meletakkan nampan berisi makan dan obat pereda di atas meja. 

Naruto mencoba mendekati Hinata dengan duduk di tepi ranjang,"Hime?" Panggilnya lagi tetapi Hinata masih tidak menyahutinya. Tangannya terulur menyentuh kening Hinata, mengecek suhu tubuh kekasihnya. Dirinya takut jika Hinata demam. Helaan nafas lega keluar dari mulut Naruto, dia bersyukur suhu tubuh Hinata normal.

“Hinata-chan.” Panggil Naruto sekali lagi, dan sukses membuat Hinata menoleh ke arahnya.

“Kau baik - baik sajakan?” Naruto sangat khawatir Hinata mendiamkannya meskipun sifat Hinata memang pendiam akan tetapi Hinata tidak pernah sekalipun mengabaikannya. 

Grep

Naruto terbelak ketika Hinata tiba - tiba saja langsung memeluknya.

“Aku .., hik .., mencintaimu Naruto-kun.” Ujar Hinata di dalam pelukannya. Naruto tersenyum mendengar perkataan Hinata. Kedua tangannya terulur, membalas pelukan Hinata. Ketika Naruto mencoba membalas ucapan Hinata. 

Hinata berkata,"Aku membencimu, sangat membencimu." Kalimat yang Hinata katakan sukses membuat Naruto terbelak kaget, dan langsung melepaskan pelukannya. 

“Hinata katakan kalau itu bohong.” Naruto mencoba mencari kebohongan dari tatapan Hinata akan tetapi tidak ada kebohongan sama sekali yang dia dapatkan. Hati Naruto seketika sakit, tatapannya berubah sendu. 

"Aku memang pantas di benci olehmu, karenaku telah membatalkan janji kita. Aku berjanji tidak akan mengulangi lagi dan lebih memprioritaskanmu daripada pekerjaanku." Naruto sadar atas kesalahannya, dia menyesali perbuatannya. Dia berharap Hinata memarahinya bukan mendengar hal itu. Dia tidak ingin Hinata meninggalkannya, hanya Hinata yang melihatnya ketika semua orang meragukannya. 

Naruto mengadahkan wajahnya ketika merasakan tangan putih Hinata mengelus rahangnya,"Kau tidak perlu berjanji padaku. Aku hanya ingin kau meluangkan waktu untukku. Aku merindukanmu Naruto-kun." Ujar Hinata dengan nada sensualnya membuat Naruto panik di tambah jarak wajah mereka sangat dekat.

"Hime lebih baik kau tidur ya." Naruto berusaha menghentikan Hinata. Dia takut dirinya terbawa suasana, dia sudah berjanji teguh pada prinsipnya demi Hinata. Tanpa di duga Naruto, Hinata menarik lengannya.

Brukh 

Suara mengema dari dalam kamar, Naruto berusaha menenguk ludahnya ketika melihat Hinata berada di bawah kunkungannya. Keringat bercucuran dari keningnya,"Se-sebaiknya kau makan. Ah ya, kau harus makan." Naruto berusaha menyingkirkan dirinya, detak jantungnya berdetak dengan kencang apalagi posisi mereka yang sangat intim. 10 bulan pacaran, Naruto tidak pernah seintim ini. Ketika dia hendak menyingkirkan badannya, tangan lentik Hinata mengalung di lehernya. Hal ini membuat Naruto tidak bisa bergerak sama sekali.

Deg

Mata Naruto terbelak kaget ketika mendapatkan ciuman mendadak dari Hinata apalagi posisi mereka jauh dari kata aman. Naruto berusaha mati - matian menahan gejolak nafsunya akan tetapi ciuman tersebut membuatnya buta seketika sehingga dirinya tidak bisa menahannya dan mereka berakhir menikmati malam panjangnya.

...
Ke esokan harinya

Kelopak mata Hinata terbuka lebar ketika sinar matahari menganggu tidurnya. Merubah posisi tidurnya ke arah samping, matanya terbelak kaget melihat kekasihnya berada di ranjang yang sama dengannya. 

“Kyaa.” Teriakan Hinata sukses membuat Naruto terbangun dari tidurnya dan langsung berganti posisi menjadi duduk.

“Ada apa, Hinata?” Tanya Naruto dengan ekpresi khawatir menatap ke arah kekasihnya tetapi yang dia dapatkan Hinata sedang menutupi wajah.

“Selamat Pagi, Hinata.” Ujar Naruto mencoba mendekatinya. Tangannya menyentuh tangan Hinata. 

“Kyaa?! Jangan mendekat! Dimana pakaianmu?” Hinata berusaha menjauh dari jangkauannya. Awalnya Naruto kaget dengan reaksi Hinata tetapi otaknya langsung menyadari maksud perkataan Hinata. Senyum evil tercetak jelas di wajah Naruto. 

“Pakaianku rusak, kau tau semalam ada kucing nakal. Kucingnya sangat nakal sekali. Padahal aku sudah berusaha mencoba menghentikannya tetapi, yah dia terlalu kuat dan nakal. Kau tau? Aku sampai kaget dengan tindakannya. Tapi kucing itu keren, ini pertama kalinya menciumku duluan. Bukankah kucing itu benar - benar nakal?” Goda Naruto

 Perkataan Naruto membuat Hinata terdiam sejenak, memproses ingatannya. Tiba - tiba terekam dengan jelas kepingan memori ingatan kemarin malam seketika wajahnya langsung merona hebat. Melihat rona merah Hinata membuat Naruto mati - matian menahan tawanya. 

"I-itu karena mabuk." Elak Hinata dengan nada malu - malu. Kepalanya tertunduk sambil memainkan kedua terlunjuknya. Naruto tersenyum melihat reaksi Hinata, itu reaksi Hinata ketika dia sedang malu. 

"Aku tau, tapikan tidak seharusnya sampai nakal seperti itu. Kau tau? Dia benar - benar seksi." Bisik Naruto di telinganya. 

Blush 

“Maaf.” Hinata langsung mendorong tubuh Naruto dan segera pergi ke kamar mandi dengan tergesa - gesa. Tangannya berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut. 

"Kau mau kemana Hime?" Tanya Naruto basa - basi, dia tau arah yang Hinata tuju. 

Blam

Suara pintu tertutup dengan sangat keras. Hinata benar - benar malu, wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

“Wow Hinata, pintunya bisa rusak.” Ujar Naruto sambil terkikik geli.

“Diam!” Kesal Hinata di dalam kamar mandi. Naruto langsung tertawa keras, pagi - pagi mengoda pacarnya sangat menyenangkan. 

..

Setelah mandi, Hinata mengintip keadaan kamar. Dirinya takut Naruto masih berada di kamar. Ketika menyadari bahwa Naruto tidak berada di kamar. Pintu kamar mandi di buka sedekit. Matanya tidak sengaja menemukan paper bag di depan pintu kamar mandi. Tangannya langsung mengambil paper bag dan menutup kembali pintu kamar mandi. Dia membuka isi paper bag tersebut di dalam kamar mandi. Matanya terbelak kaget, melihat isi paper bag yang tidak lain adalah sebuah gaun berwarna biru. Di gaun itu ada kertas kecil. 

To : Hinata - My Himeku 

Pakailah gaun itu, aku akan mengajakmu ke sebuah tempat. Kita akan berkencan. Aku tau, kau pasti cape karena malam panjang kita. Terimakasih atas pengalaman luar biasa kemarin. Kau sangat keren dan seksi Hinata.

From : Naruto 

Blush

Wajah Hinata kembali merona ketika membaca tulisan di kertas itu. Hinata sibuk dengan aktivitasnya sedangkan Naruto menunggu kedatangan Hinata dengan tidak sabar di ruang tamu. 

Suara sepatu menuju ke arahnya dapat Naruto rasakan kehadiran Hinata. Naruto menoleh ke arah Hinata, matanya terbelak kaget ketika melihat tampilan Hinata. 

“Hi-Hinata.” Gumam Naruto memandang kagum melihat tampilan Hinata di hadapannya.

"Apa aku aneh?" Tanya Hinata takut Naruto tidak menyukainya. Apanya yang aneh? Hinata di depannya benar - benar cantik sekali seperti seorang dewi. 

Naruto berdiri di depan Hinata,"Kau sangat cantik." Pujian Naruto membuat Hinata merona. 

                                 ...
Selama perjalanan, mereka hanya saling terdiam. Pikiran Hinata bertanya - tanya, kemana kekasihnya ingin membawanya? Apalagi mereka berpakaian formal, melihat tampilan Naruto yang terlihat keren memakai taxedo membuatnya merona dan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. 

“Ada apa?” Tanya Naruto melirik ke arah Hinata. 

“Tidak ada apa - apa. Naruto-kun, kita mau kemana?”

"Rahasia." Jawab Naruto dengan singkat. Jawaban Naruto membuat Hinata berengut kesal sedangkan Naruto terkikik geli melihat reaksi Hinata. Setelah mengendari mobil dengan waktu yang cukup lama, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Naruto segera turun dari mobil terlebih dahulu, segera saja membuka pintu mobil untuk Hinata. Mereka berdua turun dari mobil. Naruto membawa Hinata ke halaman. Mata Hinata berbinar kagum ketika melihat pemandangan di depannya, banyak sekali aneka tanaman bunga di halaman ini. 

“Kawaaiii.” Puji Hinata 

“Kau suka?” Naruto berharap cemas dengan jawaban Hinata. Naruto membawa Hinata masuk ke rumah. 

"Ya, tapi Naruto-kun ini rumah siapa?" 

"Rumah kita."

“Eh?!” Pekik Hinata kaget mendengar jawaban Naruto.

“Ini rumah kita, Hinata.” 

“Kau yakin?”

“Sangat yakin.” Jawab Naruto sambil mengangguk dan menjawab dengan sangat yakin.

“Gomen, tapikan hubungan kita.” Hinata terlihat takut mengatakannya, dia tidak berani menatap ke arah Naruto. 

“Aku sudah memprediksi kau akan berkata seperti itu. Aku tidak bisa menyakinkanmu karena aku menyadari kesalahanku hari ini sangat besar padamu. Aku bersyukur memilikimu sebagai kekasihku. Kau yang selalu berusaha mengerti keadaanku. Tidak pernah mengeluh dengan sikapku dan selalu menyadarkanku, menuntunku dengan sabar sampai aku bisa meraih impianku sejak lama. Tetapi aku tidak mengerti ataupun mencoba memahami dirimu. Aku benar - benar menyesal, izinkan aku memperbaikinya." 

Hinata menoleh ke arah Naruto. Membaca semua ekpresi Naruto sambil mendengar perkataannya. Sorot mata yang memancarkan sinar penyesalan memandang ke arahnya.

"Selama ini aku selalu bekerja keras untuk impianku. Aku sibuk mengejar impianku sampai melupakan seseorang yang selalu setia disisiku. Aku minta maaf, selalu membatalkan kencan kita sampai akhirnya kau menyerah. Maaf, aku tidak bermaksud melakukannya, sekali lagi aku minta maaf."

"Naruto-kun." Tangan Hinata mencoba menghapus air mata dari pelupuk mata Naruto.

Naruto memengam tangan Hinata sambil menatap dalam - dalam mata Hinata,"Aku memang pantas di benci olehmu karena selama ini yang ku lakukan hanya membuatmu kecewa. Akan tetapi aku berjanji ini terakhir kalinya, aku membuatmu kecewa. Aku menyesal telah melupakan tanggal anniversary kita dan fokus pada performance kinerjaku untuk menunjukkan pada kedua orang tuaku. Meskipun pada akhirnya aku di lantik sebagai CEO oleh ayahku tetapi aku ingin orang - orang melihat hasil kerja kerasku bukan karena margaku. Hinata maaf aku telah menghancurkan anniversary kita sebagai menebus dosaku. Aku diam - diam berusaha mempersiapkan ini semua, aku ingin memberikan kado terindah untukmu dengan usahaku sendiri."

Hinata terbelak kaget mendengar pengakuan Naruto. Hatinya tersentuh melihat kesungguhan Naruto. 

“Hinata-chan selama 10 bulan kita berpacaran, aku selalu nyaman berada disisimu seperti ada sebuah tempat untukku pulang. Kau tidak pernah mengeluh padaku apalagi menuntut ini dan itu padaku. Kau selalu sabar dan mengertiku. Aku sangat beruntung mendapatkanmu tetapi aku akan lebih beruntung ketika kau menerimaku. Hinata, maukah kau menjadi pendamping hidupku hingga kita tua nanti? Membina rumah tangga bersamaku? Menjadikanku sebagai suamimu, dan membesarkan anak - anak kita kelak? Hinata, will you mary me?” Sebuah cincin berada di hadapan Hinata. Naruto berusaha mengutarakan keinginannya, impian yang sebenarnya ingin dia raih bersama Hinata. Mata shappirenya memancarkan keseriusan ke arah kekasihnya, dapa ia lihat binar air mata di sorat mata Hinata. Dalam diam, Naruto berdoa dengan penuh harap. Tangannya gemetar memengang kotak cincin. 

Hinata mengangguk dengan yakin dan berkata, “Yes, I will."
Jawaban Hinata membuat hati Naruto sangat bahagia dan segera Naruto langsung memasangkan cincin ke Hinata. Setelah itu Naruto memeluknya.

“Arigato.” Ujar Naruto dengan ekpresi bahagia. Dia benar - benar bersyukur Hinata menerimanya lamarannya.

“Kau suka?” Tanya Naruto dan di jawab anggukan Hinata. Meskipun dia kecewa tetapi kekecewaan itu langsung digantikan Naruto dengan kebahagian. Lagi - lagi perlakuan Naruto membuat hatinya senang. Mereka terlihat sangat bahagia sekali. 

Aku tau bahwa kisah percintaanku ini sangat klasik tetapi inilah kisah percintaanku bersama kekasihku, Hyuuga Hinata. Aku bersyukur di musim semi ini, impianku yang sebenarnya tercapai dengan sangat indah. Dengan latar belakang pohon sakura yang menghiasi pemadangan sehingga terlihat sangat indah. Wajah mereka semakin dekat sampai salah satu kelopak bunga terbang ke arah mereka, menutupi mulut Naruto. Mata mereka langsung terbuka, wajah Naruto terlihat kesal berbeda dengan Hinata yang tertawa geli. Melihat Hinata tertawa di hadapannya, rasa kesal itu terganti seketika dengan wajah bahagia. Mereka saling tertawa bersama sambil melihat pemandangan bunga sakura yang sedang berguguran. Musim semi yang indah untuk kisah cinta mereka. Setelah menjalani suka dan duka bersama akhirnya Naruto dapat mencapai impiannya bersama dengan Hinata. Naruto sangat yakin bahwa pilihannya adalah pilihan yang tepat begitupula dengan Hinata. Ini baru permulaan untuk mereka. Mereka masih terus menulis kisah mereka bersama dengan anak - anak mereka. Inilah mimpiku bersama dengan Hinata untuk selama - selamanya. 

END

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan