[Cerpen] Kisah Hantu di Seberang Jalan

3
4
Deskripsi

Penasaran dengan cerita orang-orang yang bilang melihat hantu di seberang jalan tempatmu biasa nongkrong?

Cerita ini juga dimuat di https://okeylah.com/cerita-horor-hantu-di-seberang-jalan/

KISAH HANTU DI SEBERANG JALAN
A-Sanusi

Kawasan Dago, Bandung, memang terkenal angker, bukan hanya karena merupakan bagian kota yang telah dibangun semenjak masa kolonial Belanda, juga karena pepohonan tinggi yang menjuntai di sisi-sisi jalan selalu berhasil menambah kesan seram. Tak ayal, banyak cerita-cerita mengerikan mengenai penampakan hantu yang muncul di malam hari, termasuk di salah satu tempat tongkronganku. Orang-orang menyebut kisahnya sebagai kisah hantu di seberang jalan.

Namun, bukannya aku tak percaya akan kisah hantu, tetapi selama aku bercengkerama bersama temanku di tempat itu, memang tak pernah sekalipun kutemukan sosok tak kasat mata di hadapanku. Urban legend yang baru muncul selama beberapa tahun dan telah mengudara ke seluruh penjuru Indonesia pun kini membuatku ragu. Benarkah ada hantu di tempatku biasa nongkrong?

Sebenarnya bukan hanya sekali dua kali secara sengaja kuundang hantu itu, berharap agar ia mau bersuka hati menampakkan wujudnya di hadapanku. Namun, semuanya selalu berakhir nihil tanpa adanya jawaban. Kalau tidak ketiduran, sudah pasti aku pulang duluan ketika matahari hampir menyingsing. Lagipula, tak ada hantu yang mau menampakkan wujudnya setelah matahari terbit, kan?

Sekarang, aku juga ingin membuktikan hal yang sama. Pun seperti biasa, sekarang aku mengajak rekan nongkrongku.

Namanya Yadi, berkepala botak dengan sentuhan kumis tipis yang sengaja dipelihara. Pekerjaan sebelumnya adalah satpam, tapi beberapa tahun belakangan ini ia menganggur tanpa pekerjaan. Setiap malam hanya ia habiskan untuk mengobrol berdua denganku, ditemani secangkir kopi yang kadang tak terasa pahitnya.

Sebagai seorang satpam, Yadi memang sudah sering mengalami kejadian-kejadian mistis di sela-sela pekerjaan. Menurut pengakuannya, benda-benda yang bergeser sendiri di hadapannya sudah seperti makanan sehari-hari. Suara gemertak, benda-benda jatuh, bahkan cipratan air yang entah datang dari mana selalu menemani pekerjaannya. Pada awalnya, Yadi memang sedikit ketakutan, tetapi semakin lama ia semakin terbiasa dan tak memikirkannya, dan itulah salah satu alasan mengapa aku memilih Yadi untuk menemaniku: kalau hantu itu benar-benar ada dan berhasil membuatku pingsan, setidaknya Yadi bisa menggotong tubuhku pulang.

Untuk ritualnya sendiri, sebenarnya tak ada ritual khusus. Cerita yang beredar mengatakan bahwa hantu itu muncul begitu saja tak diundang. Tak ada seserahan, tak ada komat-kamit mantra yang bisa kami layangkan. Mungkin, itu jugalah salah satu alasan kenapa sangat sulit untukku melihat sang hantu. Orang-orang yang mengaku pernah melihatnya mungkin melakukan sesuatu yang tak disadari sehingga memicu kemunculan sang hantu. Masalahnya, kalaupun memang ada, apa itu?

Aku dan Yadi sudah menggunakan berbagai macam cara, termasuk mengucapkan kata-kata sompral yang biasanya dilarang diucapkan untuk menghindari gangguan-gangguan mistis. Namun, seperti yang kukatakan sebelumnya, seberapa lama pun kami menunggu, bahkan hingga ampas kopi mengeras di dasar gelas, hantu itu tak kunjung muncul.

“Di, menurut kamu cerita itu bener nggak sih?”

Pertanyaan itu berulang kali kulemparkan pada Yadi, tak peduli seberapa bosan ia mendengarnya. Namun, seperti biasanya, Yadi tak pernah mau menjawab pertanyaan itu. Aku yakin, dia percaya tidak percaya. Yang jelas dia percaya hantu, tapi jika sudah sengaja mengundang hantu itu untuk muncul, tetapi ternyata tak muncul-muncul, sudah jelas Yadi akan ragu.

“Nan, jangan-jangan hantunya nggak mau muncul gara-gara kita ngarep dia muncul.” Yadi berceletuk, dan kurasa ada benarnya juga.

Selama masa perburuan, aku memang berharap, mungkin berharap secara berlebihan, agar sosok hantu itu muncul di hadapanku. Bahkan, rasanya setiap sepuluh menit sekali, di dalam hati, aku mengucapkan, “Hantu datanglah padaku!”

Dari cerita yang beredar, memang tidak pernah disebutkan jika orang-orang yang bertemu dengan hantu itu tidak mengharapkan kehadiran sang hantu, tetapi siapa juga yang ingin melihat sosok hantu dan ketakutan? Bagaimanapun, alasan Yadi cukup cerdas dan masuk akal.

“Terus gimana dong?” keluhku, “Kalau kita nunggu terus kayak gini, berarti tu hantu nggak akan muncul, kan?”

Sekarang, aku merasa kegiatan yang telah kami lakukan selama enam jam, hanya menunggu dan menunggu, berakhir sia-sia. Semak belukar yang menutupi tubuh kami dari jalanan seolah menjadi benteng tak berguna dan hanya diperuntukkan sebagai salah satu komoditas menghambur-hamburkan uang.

Sebenarnya alasan utama mengapa aku, yang juga mengajak Yadi, bersembunyi di balik semak belukar semata-mata untuk mengundang hantu itu. Aku pikir sang hantu akan tertarik dengan suasana yang lebih gelap. Jadi, meninggalkan warung yang sebenarnya masih ada di sebelah-sebelah juga merupakan pilihan terbaik. Namun, tampaknya aku salah.

Yadi mengangkat bahu, mulutnya mengerut, kumis tipisnya bergerak ke atas dan ke bawah.

Aku tidak tahu apakah dia merasakan hal yang sama atau tidak, tetapi gerakan kumisnya itu membuatku bergidik geli.

“Kalau emang kayak gitu, mau gimana lagi, Nan? Jelas dia nggak akan muncul.”

Aku menghela napas, menyemburnya bak naga yang mengeluarkan api. “Tapi kalau gitu, kita jadi nggak bisa ngebuktiin kalau hantu itu ada atau nggak, kan?”

“Iya, tapi kenapa ngebet banget ingin ngebuktiin hantu itu ada atau nggak sih, Nan? Maksudnya, kalau sial juga nanti bakal ketemu gitu aja, kan? Nggak usah sengaja nunggu-nunggu segala.”

“Habisnya ini kan tempat nongkrong kita, Di. Aneh aja kalau orang-orang bilang di deket warung tempat kita nongkrong ada hantunya, tapi kita nggak pernah nemu.”

Bener juga sih.” Yadi mengiyakan, kepalanya mangut-mangut. Sebenarnya, aku tidak mengerti kenapa dia memilih profesi satpam untuk menyambung kehidupannya. Padahal, aku rasa otaknya cukup encer untuk mengolah informasi dengan cepat. “Tapi gimana lagi, kan? Kita nggak bisa maksa tu setan buat keluar. Udah lah, kita balik ke meja aja. Haus nih.

Mau tidak mau aku mengikuti keinginan Yadi. Aku tak bisa menyanggah, menangkal, apalagi memohon Yadi untuk menunggu lebih lama. Apalagi, sekarang sudah pukul tiga pagi. Matahari hampir menyingsing, dan jelas kami harus kembali melaksanakan aktivitas masing-masing di tempat yang jauh dari tempat ini.

Yadi berdiri, begitupun dengan diriku. Kami melompati semak belukar, masuk ke dalam trotoar, dan benar-benar siap untuk kembali memesan minuman di warung pinggir jalan langganan kami, walaupun jaraknya sebenarnya hanya beberapa sentimeter.

Namun, begitu kami melompat keluar, seorang pria setengah baya kaget setengah mati. Dia menarik tubuhnya, mundur dan hampir terjatuh. Namun, ketika keseimbangannya berhasil dipertahankan, laki-laki itu segera berbalik dan lari.

Sama seperti Yadi, aku juga terkejut. Aku tak pernah bermaksud mengagetkan laki-laki itu, tetapi ia terlanjur kabur sebelum aku menjelaskan kondisi yang sebenarnya.

“Pasti dia pikir kita mau ngerampok, ya?” celetkku pada Yadi. Namun, jika sebelumnya aku memuji kecerdasannya, sekarang kupikirkan ulang seluruh tindakanku itu.

Yadi merengut dan alisnya menggantung karena kebingungan, membuatku ikut kebingungan juga.

Apa yang Yadi pikirkan?

Namun, beberapa menit setelahnya, Yadi malah menggetok kepalaku.

Aing karék inget! Pan manéh nu nabrak aing!”

Eh?

Sekarang, ganti aku yang memberikan mimik sama: merengut dengan alis menggantung karena kebingungan, menyambung lontaran bahasa Sunda yang Yadi lemparkan padaku. Dia bilang, aku yang menabraknya.

Aku yang menabraknya?

Oh, aku baru ingat! Tiga tahun lalu aku mengendarai motor di malam hari dan kehilangan kendali. Aku menabrak warung dan seorang pengunjung yang tengah asyik menyesap kopi.

Pantas saja aku dan Yadi tak pernah menemukan sosok hantu itu, karena sosok yang kami cari itu sebenarnya adalah kami sendiri!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya [Cerpen] Tahun Baru
2
0
Cerpen ini diikutsertakan pada event tahun baru yang dikeluarkan oleh Story World.Fun fact: jujur, sebenarnya saya tahu info lomba ini di hari yang sama di hari penutupan pengiriman cerpennya. Entah kekuatan apa, tiba-tiba bisa nemu ide cerita kurang dari 10 menit dan langsung diketik kurang dari 1 jam :DAnyway, selamat menikmati!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan