Tersadar

0
0
Deskripsi

“Anjing! Dasar anak nggak guna! Mati aja lo!”

Selalu ada perasaan lega, setiap kali gue mengumpat di akun anonim. Mungkin ini lah cara terbaik untuk melampiaskan segala emosi gue. Nggak ada efek sampingnya juga.

Perkenalkan, gue Raden. Gue eja, ya, R-A-D-E-N. Nama yang bagus kan? Katanya sih itu gelar bangsawan orang Jawa. Tapi gue sendiri nggak tahu, orang Jawa atau bukan.

Bokap-Nyokap? Siapa itu? Katanya gue tiba-tiba udah ada di depan pintu Panti Asuhan Sekar Jaya dalam keadaan penuh darah. Mirip...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori karya
Cerpen
Sebelumnya Terlambat
0
0
Gue tau kalo suka sama seseorang, harus cepat-cepat dikasih tau ke orang yang disuka. Tapi nggak untuk dia. Nggak kuat.Kak, lo tau nggak, cewek yang barusan tampil di panggung itu siapa? tanya gue sambil mengaduk es teh manis yang sepertinya terasa hambar.Kakak gue yang tadinya lagi sibuk memilih filter Instagram pun langsung terdiam, kemudian bertanya, Airen maksud lo, Dit?Oh, namanya Airen, Kak Put? dalam hati kecil gue pun bergembira.Lo suka, ya? Seumuran kok sama lo. Gue kenalin, ya.Kak Puput, atau yang biasa gue panggil Kak Put ini bukan kakak kandung gue. Senior gue di organisasi kampus. Bisa dibilang juga, kakak ketemu gede. Dan Kak Put ini menganggap gue sama seperti adiknya yang sudah meninggal 5 tahun yang lalu.Malam itu, gue kebetulan lagi bersama Kak Puput yang baru aja pulang dari kantornya di daerah Cijantung. Malam itu juga, hati gue kembali berdebar setelah berkenalan dengan Airen. Setelah 3 tahun lamanya, gue putus dengan Nisa yang diam-diam telah bersama orang lain.***Seperti biasanya, gue bangun pagi selalu sengaja dibangunkan lebih awal oleh nyokap untuk berangkat kuliah. Misal gue minta dibangunkan jam 6 pagi, tapi nyokap malah membangunkan gue jam 5 pagi, sambil berteriak, ARDIT, BANGUN! ITU UDAH JAM 7 PAGI! KAMU KAN MASUK JAM 8!Biasanya setelah itu, gue sontak terbangun dengan nyawa masih belum terkumpul, dan bergegas ke kamar mandi. Kemudian keluar kembali, karena lupa membawa handuk. Namanya juga nyawa belum terkumpul.Ma, sarapan Ardit yang mana, ya? tanya gue sambil jinjit melihat lemari makan yang tinggi. Sebenarnya bukan lemarinya yang tinggi, tapi karena emang gue pendek.Yang mangkok biru. Sesuai sama warna kesukaan kamu, kan..Pagi itu semangkok mie rebus menghangatkan organ dalam tubuh gue. Mie mengalir dari tenggorokan kemudian ke perut. Gue makan lahap, tanpa banyak mengunyah. Tentu dengan pikiran gue yang masih mengingat bagaimana Airen tampil semalam.Masih ingat dengan rambut Airen yang terlihat sangat terawat. Kulit putihnya. Aduh, gue susah banget mendeskripsikan dirinya. Terlalu sempurna untuk gue yang butek macam kobokan yang udah dipakai dua kali sama orang yang berbeda.***Airen ini ternyata orang kaya. Terlihat dari setiap kali dia selesai manggung, ada seorang bapak-bapak paruh baya membawakan barang-barangnya. Nggak mungkin bokapnya juga. Itu karena mukanya beda, bro. Nggak mirip. Jadi gue bilang supirnya. Udah gue validasi juga.Ma-maaf, Pak. Bapak siapanya Airen, ya?Supirnya yang lagi asik bengong sambil bersandar di pintu pun kaget. Mungkin di dalam hatinya sudah beristighfar kali, ya, Oh, Mbak Airen maksudnya, Mas? Saya supirnya, dek.Hmm.. Kesempatan yang bagus, nih. Sudah pasti gue akan langsung menanyakan nomor WhatsApp-nya.. Pak Supir itu, dong. Masa iya, langsung nanya nomor Airen. Belum berani, ah.***Setiap hari gue WhatsApp Pak Supir itu, 'Lagi apa?' 'Sama siapa' 'Semalam berbuat apa?', ya nggak gitu, lah. Kan tujuan gue mendekati Airen. Kenapa jadi perhatian sama Pak Supir? Ya, kali.Nomor WhatsApp Pak Supir gue gunakan untuk tau kabar dari Airen dan sekalian kirim salam gitu. Gue kirim salam pagi, siang, sore, malam. Gue salamin terus. Tapi gue nggak tau, sih, Pak Supir beneran kasih salam gue ke Airen atau nggak.Media sosial Airen pun juga gue kepoin. Di Instagram dia jarang update. Di Twitter, sering update, tapi kok kayaknya setiap hari kayak orang depresi gitu, ya. Bilang nggak percaya cinta, dan selalu bilang pengin mati aja. Gue kira, hanya gue yang selalu begitu. ***Waktu terus berjalan. Tanpa gue sadari, banyak waktu yang telah gue buang dengan percuma. Dan hari ini gue sangat merasa terpuruk. Benar-benar terpuruk. Setelah melihat, Insta Story Airen bersama seorang cowok dan deklarasi statusnya.Gue terlambat. Seharusnya gue langsung bilang aja, ya.   
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan