Setelah Sepuluh Tahun #CeritadanRasaIndomie

16
16
Deskripsi

Setelah sepuluh tahun, rasa indomie favoritku masih sama, lalu bagaimana rasaku padamu?

Lelaki itu duduk gelisah, berulangkali mengecek ponsel melihat pukul berapa sekarang. Ia tengah menunggu seseorang. Bukan, bukan orang yang ditunggu telat datang, dialah yang datang terlalu pagi.


Kembali ia menarik napas dalam-dalam. Aroma indomie goreng merasuk ke dalam hidung, seseorang di sebelah mejanya yang memesan. Menghidunya, membuat kenangan sepuluh tahun silam kembali berkelebat.


"Arshaka!"


Lelaki itu menoleh lantas berdiri mendengar namanya disebut.


"Kamu benar Arshaka?"

Seorang wanita cantik berdiri di hadapannya sembari tersenyum. Dibalasnya senyuman itu. Canggung. Sudah sepuluh tahun, perempuan itu masih tetap menawan seperti dulu. Ah tidak, bahkan lebih. Usianya seolah diam di tempat atau bahkan mundur?


Perempuan itu menatap Arshaka takjub. Diacaknya rambut sang lelaki, ditangkupkan kedua tangan pada pipinya. Hal yang kerap ia lakukan sepuluh tahun silam. "MasyaAllah Dek, sudah dewasa kamu sekarang. Bahkan aku harus mendongak menatapmu."


Arshaka mundur selangkah, lalu mempersilakan perempuan bernama Nayyara itu duduk.


"Indomie goreng dengan cabai rawit yang banyak, dan telur ceplok yang digoreng kering kan, Mbak?"


Nayyara tertawa. "Kau bahkan masih ingat indomie favoritku, Sha!"


"Tentu saja, Mbak. Tak terhitung berapa kali kita ke sini, dan selalu itu yang Mbak Yaya pesan."


Ia lantas memberikan catatan pesanan pada penjaga warung.


Warmindo tempat dimana mereka berada sekarang, terletak tak jauh dari sekolah dasar Arshaka dulu. Nayyara yang selalu menjemput Arshaka pulang, seringkali mengajak adik iparnya makan di tempat ini, jika nilai ulangannya bagus atau mendapat peringkat sepuluh besar di rapor.


Saat menikah dengan Ardhito, kakak-adik itu sudah yatim. Ayah mereka meninggal lima tahun silam, sementara sang ibu sakit-sakitan. Itulah mengapa Nayyara yang seolah menggantikan peran orang tua bagi Arshaka.


"Tapi itu sudah sepuluh tahun lalu kan, Sha?!"


Nayyara tidak tahu selama sepuluh tahun, Arshaka selalu membuat indomie goreng saat hatinya dilanda rindu, meski sebenarnya ia lebih suka dengan mie rebus rasa kaldu.


"Mengapa kita bertemu di sini? Aku bisa mentraktirmu di tempat yang lebih mahal. Aku sudah punya uang sekarang." Nayyara terkekeh, bisnis kateringnya memang maju pesat setahun setelah bercerai dengan Ardhito. Sebelumnya, Nayyara hanya berbisnis kecil-kecilan, sesempatnya saja mengerjakan. Saat ada luang di sela kesibukan mengurus suami, adik ipar dan ibu mertua yang sedang sakit.


Rona kebahagiaan yang terpancar di matanya, membuat Arshaka merasa lega. Pemuda itu tahu, dulu Nayyara diam-diam menyimpan luka, meski di depannya selalu berusaha tampak baik-baik saja.


Ardhito dan Nayyara menikah karena perjodohan kedua orang tua. Nayyara berusaha mencinta namun Ardhito tidak. Ada perempuan lain yang sudah mengisi hatinya. Ia menikah hanya demi bakti pada ibunda.


"Ada kalanya kita memilih makanan bukan semata-mata karena suka, tapi karena ada kenangan di dalamnya. Tapi sekarang, aku memilih makan di sini karena keduanya, karena suka dan kenangan."


Nayyara kembali tertawa, ditepuk pundak pemuda dua puluh dua tahun di hadapannya. "Pandai berkata-kata kamu sekarang Sha, pasti udah pinter gombalin anak orang!" candanya.


Obrolan mereka terjeda sejenak ketika seorang pramusaji datang, menghidangkan pesanan. Sepiring indomie goreng dengan telur ceplok serta semangkuk mie rebus kaldu ayam dengan telur setengah matang.


"Mengapa lama sekali baru kembali Sha? Memangnya kau tidak ada libur selama sepuluh tahun?" tanya Nayyara begitu sang pramusaji pergi.


Setelah ibunya meninggal, lalu lulus sekolah dasar, Arshaka ikut om dan tantenya ke salah satu negara di Eropa, di sana ia disekolahkan. 


"Buat apa kembali, Mbak? Mau menemui siapa? Ibu sudah tidak ada."


"Masih ada masmu kan, Sha?"


"Aku hanya mau pulang kalau ada Mbak Yaya, tapi Mbak malah ikut-ikutan pergi."


Nayyara dan Ardhito bercerai setelah tiga bulan kepindahan Arshaka. Mendengar berita perceraian sang kakak, membuat Arshaka memendam kecewa. Ia tahu, setelah kedua kakaknya bercerai, hubungannya dan Nayyara tak akan bisa seperti dulu lagi. Akan ada jarak yang terbentang diantara keduanya. Apalagi setelah sang kakak menikah lagi. Itulah sebabnya ia enggan saat Om dan Tante mengajaknya liburan ke tanah air. Alih-alih ikut, ia memilih menyibukkan diri dengan kegiatan komunitas.


"Maafkan Mbak, Sha. Setelah ibu tiada dan kamu pindah ikut Tante Diana, Mbak sudah tidak punya kekuatan lagi untuk bertahan."


"Sekarang aku kembali, Mbak. Aku ingin Mbak Yaya juga kembali menjadi keluarga."


Nayyara tersenyum sembari menggelengkan kepala, pandangannya fokus pada sepiring mie di hadapannya, memotong telur ceplok garing dengan sendok di tangan kanannya. "Sha, kamu sudah dewasa. Pasti sudah paham mengenai permasalahan Mbak dan Mas Ardhi. Kami sudah bercerai Sha, meski masmu sebenarnya-"


"Bukan sebagai kakak ipar." Arshaka memotong cepat ucapan Nayyara.


Hah? Perempuan berhijab mocca itu menoleh, memandang wajah serius mantan adik iparnya.


“Aku ingin Mbak kembali menjadi keluarga …, sebagai istriku."


Nayyara menelan ludah. Adiknya ini, sungguhankah ia?


"Aku mau melamar Mbak Nayyara." Lelaki itu berbicara lugas meski dengan tone suara yang sedikit direndahkan.


Sejenak Nayyara ternganga. 


"Shaka, Dek ...." Wanita itu seperti mencoba menegaskan statusnya, bahwa mereka adalah adik dan kakak. Lucu sekali tiba-tiba bocah itu melamarnya.


"Mbak, sepuluh tahun berlalu, aku bukanlah Arshaka bocah kecil lagi. Aku sekarang laki-laki dewasa yang mencintaimu layaknya seorang lelaki kepada perempuan."


Nayyara tercekat, seluruh kosa kata seperti hilang dari benak, membuatnya membisu beberapa saat.


"Sha, nanti indomiemu dingin dan melar kalau tidak dimakan." Hanya itu yang kemudian sanggup dikatakannya.


"Oh, iya, ayo makan dulu, Mbak. Mengenai pernyataanku tadi, pikirkan saja nanti."


Nayyara mengangguk. Setelah menyuap sesendok mie, diam-diam ia memperhatikan Arshaka yang juga tengah menikmati makanannya. Ah adik kecilnya dulu, kini telah menjelma mejadi lelaki dewasa yang tampan.


Memori sepuluh tahun silam bersama Arshaka seolah terputar kembali di hadapannya. Ia ingat saat selalu menemani Arshaka belajar, menjemputnya sekolah, mengambil rapor dan memeluknya erat ketika ia kehilangan sang ibu. Saat itu ia menyayangi Arshaka layaknya adik kandung sendiri. Tapi sekarang, apakah rasa sayangnya masih sama?


Denting notifikasi dari ponsel membuyarkan lamunan. Sebuah pesan masuk, yang mungkin tak seharusnya Nayyara baca sekarang.


"Nayyara, sudah satu bulan. Aku harap, kamu sudah bisa memberikan jawaban. Ohya, akhirnya, setelah sepuluh tahun, Arshaka pulang. Aku yakin, ia yang paling bahagia kalau kedua kakaknya rujuk kembali. Kau tahu kan, betapa ia menyayangimu?"

Argh, ia tambah pening sekarang.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Cerpen
Selanjutnya Dear, Sugar Enemy (3)
3
0
Spin Off BILA JODOH part 3. First love story-nya Galang ❤️❤️❤️
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan