Kampung Jabang Mayit - Part 6

19
25
Terkunci
Deskripsi

Kampung Jabang Mayit

Part 6 – Dalang Kutukan (perjanjian)

Spolier :

...

“Bud kalau begitu, awal semuanya kampung ini membiarkan Ni Itoh seperti sampai sekarang Kakek Ambar” tanyaku perlahan.

“Dalang kutukan itu hadir setelah lahir Akbar dan Ageng, setiap orang yang megandung dan menginjak tiga bulan, janinnya akan hilang begitu saja oleh kesaktian Ni Itoh, Nini dukun beranak biadab itu semakin bebas melakukannya, kesaktianya bertambah, semakin juga di permudah semua keinginan kakek kamu di kampung ini,...

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
152 konten
Akses 30 hari
1,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya Kampung Jabang Mayit - Part 7
18
8
Kampung Jabang MayitPart 7 – Ikatan Iblis (sumpah serapah)Spolier :...Suara-suara teriakan perempuan langsung terdengar jelas, suaranya seperti sedang mengegelingi rumah, namun aku ingat jelas teriakan ini persis sekali seperti teriakan perempuan di rumah Ni Itoh malam itu.“Arya!!!”“Panjul Arya!!! cepat ke kamarnya!!!”“Cepat!!!”Aku hanya diam mematung, bahkan ketika Mak Ela dan Kang Panjul membuka pintu, suara itu semakin jelas, di barengi dengan suara tangisan bayi di dekat jendela.“Ucapan barusan Budi langsung terbukti” ucapku dalam hati.“Bawa Arya ke tengah rumah Jul!” bentak Mak Ela dengan keras.Angin-angin kencang terus saja membentur jendela, beberapa pintu dapur, ruangan depan dan semuanya yang terdapat jendela terkena hembusan angin yang tiba-tiba brutal seperti ada yang memerintahnya.“Ayo ikut Arya!!!” ucap Kang Panjul, sambil menarik tanganku, bahkan aku langsung di seret oleh Kang Panjul.Badanku sulit bergerak, sementara pikiranku terus mengingat sumpah yang Budi ucapkan, sebelum kejadian aneh seperti ini.Tangisan bayi dan suara teriakan perempuan kini di barengi juga suara nenek-nenek yang tertawa menakutkan, membuat Mak Ela dan Kang Panjul yang sudah berada di dekatku langsung kaget.“Si gondrong” ucap Kang Panjul, yang posisi duduknya melihat ke arah jendela dapur.“Malam kematian Kakek Ambar seperti ini” ucap Mak Ela.Kang Panjul langsung mengencangkan tali golok di bagian pinggangnya.“Akan datang sekarang Mak?!” tanya Kang Panjul.Mak Ela hanya menggelengkan kepala saja dengan wajah yang sangat tegang, apalagi suara pasir dan bebatuan kecil semakin terdengar jelas, suaranya berasal dari genting rumah, sama halnya ketika aku dan Budi berada di dalam kamar....
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan