Herosime Detasemen Pasukan Chusus Dalam Operasi Naga di Irian Barat

2
0
Deskripsi

Ketika inflitrasi lewat laut dan inflitrasi udara ke wilayah Irian Barat
yang sebelumnya menggunakan pesawat terbang C-47 mengalami beberapa
kegagalan maka Indonesia memutuskan menggunakan pesawat C-130B
Hercules untuk melanjutkan penyusupan pasukan Indonesia. Kegagalan
tersebut dibayar mahal seperti dengan gugurnya Komodor Laut Yos
Sudarso berikut puluhan awak Kapal Republik Indonesia (KRI) Macan Tutul
dalam pertempuran tidak seimbang di Laut Aru pada tanggal 15 Januari
1962, ditembak jatuhnya pesawat...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya IED ALA PEJUANG KEMERDEKAAN 1945-1950
2
0
IED ALA PEJUANG KEMERDEKAAN 1945-1950Di balik ganasnya sebuah peperangan yang banyak memakan korban dan biaya, tersirat pula sebuah nilai perjuangan yang akan menjadi sebuah fondasi kokoh bagi sebuah bangsa yang mengalaminya. Demikian pula di dalam langkah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia selama kurun waktu 1949- 1950 terdapat banyak hal yang patut menjadi contoh semangat akan hadirnya nilai kejuangan didalam diri para pejuang kemerdekaan. Mulai dari kepemimpinan Jenderal Sudirman, jiwa pantang menyerah para pahlawan yang gugur dan banyak hal lainnya termasuk kreativitas . Tulisan kali ini mencoba mengulas kreativitas para pejuang kemerdekaan dalam melakukan peperangan menggunakan peledak yang diimprovisasi atau dalam bahasa kekinian disebut IED (Improvised Explosive Device ). Terbatasnya sarana peledak pada masa revolusi 1945-1950 bisa terjadi karena beberapa faktor seperti seringnya penggunaan sehingga stok habis dan menipis, adanya kegiatan operasi militer Belanda yang berujung penyitaan peralatan perang Tentara Nasional Indonesia (TNI) termasuk stok peledak dan tidak maksimalnya pabrik senjata di beberapa wilayah gerilya dalam menghasilkan peledak untuk keperluan perang di wilayah tugasnya. Bumi Hangus Banyaknya tugas bumi hangus terhadap beberapa instalasi vital seperti jembatan, bangunan penting dan sarana strategis lainnya, mau tidak mau mengurangi jumlah persediaan peledak milik TNI saat saat itu. Kegiatan bumi hangus dapat kita temui dalam peristiwa Bandung Lautan Api pada 1946, bumi hangus pada kota-kota yang jatuh pada Agresi Militer Ke I 1947 dan Agresi Militer II pada Desember 1948.Sukoharjo dan Wonogiri. Saat itu para pejuang TNI menanam 3 bom pada 3 tiang penyangga jembatan. Satu bom pada tiang penyangga tengah jembatan berhasil meledak, sedang yang dua gagal meledak dan salah satunya baru ditemukan pada 21 Desember 2007 oleh dua orang pemancing. Untuk menyiasati keterlambatan laju pasukan menuju Wonogiri, Tentara Belanda mencoba menggunakan rel kereta api yang masih utuh di samping jembatan sebagai laju pasukan infanterinya sementara pasukan zeni mereka mencoba memperbaiki bagian tengah jembatan. Ketika perbaikan selesai, maka terjadilan sebuah tragedi, dimana dua tank yang mencoba merayap melewati jembatan malah jatuh ke dasar sungai dan mengalami kerusakan. Operasi Penyitaan Operasi militer Belanda selain dalam rangka menumpas TNI juga bertujuan menyita peralatan perang TNI seperti senjata, munisi, kendaraan dan tentunnya bahan peledak. Sebagai contoh dalam operasi Gagak yang bertujuan merebut Kota Yogyakarta pada 19 Desember 1948, Batalyon infanteri 1 dari Resimen 15 pimpinan Mayor Scheers berhasil merampas pula 5 senapan, 24 sten, 3 senapan mesin berat 12,7 mm, dua howitzer, 1 unit Penangkis Serangan udara dan 15 ton amunisi. Bisa jadi yang dimaksud howitzer di sini selain meriam dimungkinkan juga adalah peluru howitzer yang biasanya dimodifikasi sebagai peledak atau bom tarik ( trek bom). Meski demikian para prajurit TNI kadang menyembunyikan peralatan perang mereka terlebih dahulu untuk menghindari operasi pembersihan. Peralatan tersebut suatu saat diambil lagi. Akan tetapi kadang hingga perang berakhir seringkali para pejuang TNI lupa mengambil kembali peledak tersebut sehingga sering ditemukan beberapa puluh tahun kemudian oleh penduduk. Sebagai contoh, di desa dekat penulis tinggal, yaitu di Butulan RT 02/RW XXIII, Desa Makamhaji, Kartasura, ditemukan ranjau darat aktif pada 21 Januari 2009.Ranjau tersebut merupakan jenis ranjau anti tank dan ditemukan di area permakaman umum. Diduga ranjau tersebut disembunyikan karena lokasi penemuan ada di permakaman umum, bukan berada di jalan raya yang pada masa lampau memungkinkan dilewati kendaraan militer Belanda. Selain itu pula ketika banyak pejuang yang meninggalkan begitu saja peralatan perang yang dinilai tidak dapat dibawa dalam pengunduran diri ke daerah gerilya. Di Jembatan Jurug bahkan tentara Belanda banyak merampas meriam artileri medan dan pelurunya yang tidak sempat dibawa para pejuang TNI. Peran Pabrik Senjata Pada masa perang kemerdekaan, beberapa peralatan perang diproduksi sendiri di dalam negeri. Mulai dari senjata ringan seperti granat tangan, pistol hingga senjata berat seperti mortir berbahan dasar tiang listrik . Bahkan sejarah mencatat pernah diproduksi kapal selam mini di daerah Yogyakarta. Beberapa nama pabrik senjata yang tercatat dalam sejarah antara lain pabrik senjata Demak Ijo dan Watson di Yogyakarta, Mrican di Kediri dan sebagainya. Sedang di kesatuan Tentara Genie Pelajar ada unit khusus bernama Fabricage yang bertugas memproduksi peralatan perang seperti Fabricage Kali Kuning Blitar, Fabricage STN Kletak Madiun, Fabricage Ngunut, Fabricage Kanten, Fabricage Tirtomoyo di bawah TGP Solo dan Fabricage TGP Yogyakarta. Untuk mendukung langkah swasembada senjata, Markas Besar Tentara Keamanan Rakyat pada masa kepemimpinan Urip Sumohardjo membentuk laboratorium senjata yang dipimpin Herman Johannes. Laboratorium tersebut berada di daerah Kotabaru, Yogyakarta. Laboratiorium ini selama perang kemerdekaan berhasil memproduksi bemacam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan. Akan tetapi selama peperangan berlangsung, pabrik-pabrik tersebut meski bisa dikatakan telah berhasil memberikan andil dalam mempersenjatai para pejuang TNI, tetapi jatuhnya kota-kota dimana terdapatpabrik senjata juga menjadi faktor pengurang persediaan peledak para pejuang TNI. Seperti pabrik senjata Watson, akhirnya dikuasai Belanda pada agresi II. Demikian pula Pabrik Senjata Demak Ijo setelah ditinggal para pejuang TNI diubah menjadi Pos Belanda untuk mempersempit gerak pasukan TNI di sektor Barat Kota Yogyakarta. IED Made In Pejuang Selama perang kemerdekaan 1945-1949 lahir bermacam IED hasil kreasi para pejuang. IED tersebut kadang dibuat dengan memanfaatkan bahan yang telah ada sebelumnya seperti peluru mortir, peluru meriam, bom pesawat terbang dan sebagainya. Sebenarnya para pejuang TNI juga menggunakan peledak yang memang sudah dirancang sesuai fungsinya seperti ranjau darat anti tank, granat tangan dan sebagainya. Berikut beberapa IED hasil karya para pejuang TNI. 1. Brandflessen Peledak model ini diproduksi di Fabricage Kanten, Ponorogo dan Fabricage Solo. Fungsinya sebagai bom pembakar. Botol chasing peledak model ini diproduksi Pabrik Watson Purosani Yogyakarta. Jenis ini juga popular digunakan gerilyawan partisan di Eropa. Mudah dibuat dan murah. Prinsip kerjanya adalah bensin dan karet mentah yang berada dalam botol serta dilengkapi detonator yang terbuat dari pipa/tabung gelas. Pada brandflessen ala pejuang, detonator menggunakan bahan kimia untuk menyalakan api. Bila dilempar, botol akan pecah, lalu detonator dan campuran bahan bensin dan karet mentah mengalami reaksi pembakaran. Fungsi karet mentah dalam peledak ini adalah untuk memperlama nyala api dan diharapkan lengket pada sasaran. Sebenarnya model ini mirip peledak molotov, dimana sumbu bakar diganti detonator yang berisi bahan kimia yang akan bereaksidengan bensin dan karet mentah. Jadi lebih senyap dan aman bila digunakan pada serangan malam hari dan tidak ada nyala api dari sumbu yang dibakar. 2. Futong Futong dalam bahasa Jepang berarti kasur. Secara kasat mata, bentuk peledak bernama futong ini memang seperti kasur. Ujudnya sebuah kantung karet yang diisi peledak TNT dan dilengkapi detonator. Simpel sekali. Daya ledaknya tergantung seberapa besar TNT yang termuat dalam kantung karet tersebut. Kebanyakan peledak model ini diaktifkan sebagai pengganti ranjau darat. Futong biasanya ditanam di jalan, kemudian ditambahkan detonator yang bisa berfungsi sebagai pemicu ledakan bila terinjak kendaraan musuh. Untuk penggunaan sebagai IED anti personel bisa juga ditambahkan potongan besi atau paku. Karena sebaran potongan besi tajam atau paku akan menyebar dan diharapkan akan melukai atau membunuh musuh. 3. Bom Bambu Peledak ini menggunakan bahan bambu sebagai chasingnya. Bambu dimuati sejumlah TNT kemudian diberi detonator. Simpel sekali. Meski demikian tidak bisa diremehkan, penggunaan chasing dari bambu akan merepotkan pasukan zeni Belanda dalam aksi pembersihan ranjau. Bisa jadi metal detector mereka akan mengalami kesulitan mengendus keberadaannya. Kesatuan yang tercatat pernah menggunakannya adalah Kompi Tentara Genie Pelajar dari Yogyakarta. 4. Bom Tarik atau Trek Bom Trek Bom atau bom tarik. Cara peledakannya menggunakan tali/kawat yang ditarik. Bila tali ditarik, maka detonator akan aktif. Lalu meletuslah bom atau peledak tersebut. Ada kisah lucu dari bom jenis ini yaitu ketika para pejuang diSolo terlanjur menarik tali untuk mengaktifkan bom, ternyata bom gagal meledak. Lalu para pejuang menarik tali tersebut berulang-ulang. Karena tali melintasi semak-semak, gerakan semak-semak yang tidak wajar tersebut menarik perhatian Tentara Belanda. Lalu tak ayal, berhamburanlah peluru Belanda ke arah semak dimana para pejuang bersembunyi. Aksi peledakan bom akhirnya gagal karena pejuang mengundurkan diri setelah ketahuan posisinya dan dihujani peluru. 5. Peledak dengan sumbu api atau vuurcort Model ini seperti kalau kita meletuskan petasan. Diperlukan sumbu yang mudah terbakar. Faktor cuaca juga akan mempengaruhi penggunaan peledak model ini karena tetesan air hujan atau genangan air hujan bisa jadi menghambat pembakaran sumbu. Sangat riskan bila digunakan untuk penghadangan pada malam hari, karena nyala api pada sumbu dapat menarik perhatian Tentara Belanda. 6. Peledak dengan pemicu elektrik Model ini memerlukan sumber listrik untuk menyalakan detonator seperti aki mobil. Para pejuang tinggal menempelkan ujung kabel positif dan negatif ke aki mobil untuk menghasilkan arus listrik pemicu ledakan detonator. Tapi ada kelemahan dalam model ini yaitu, bila posisi pelaku peledakan terlalu jauh maka arus yang yang dikirim aki akan melemah sehingga dikhawatirkan akan peledak atau bom “macet”. Untuk itu para pejuang mengakalinya dengan menggunakan sakelar yang berbaterai. Saklar pun dapat juga dimodifikasi, yaitu dengan penggerak kawat yang dapat ditarik dari jauh.Senjata Makan Tuan Tidak selamanya upaya peledakan IED yang dilakukan pejuang berakhir sukses. Kadang terjadi tragedi seperti di daerah Solo menjelang Serangan Umum 5 Hari pada bulan Agustus 1949. Di ruas jalan raya Solo menuju Kartosuro , sebuah becak dikabarkan melindas peledak yang ditanam pejuang. Diduga setelah dipasang dan tidak terjadi ledakan entah karena tidak ada kendaraan Belanda yang melintas atau memang tidak meledak karena tidak terlindas kendaraan Belanda yang lewat. Bila para pejuang menggali kembali IED tersebut sangat membahayakan nyawa para pejuang TNI karena rawan dipergoki patroli atau konvoi yang rutin tiap pagi bolak balik dari Kleco Solo menuju Gembongan untuk mengangkut pekerja sipil yang membantu Belanda. Hal serupa terjadi di front Surabaya pada palagan 10 November 1945, tepatnya di daerah Taman Sepanjang dan Waru daerah Sidoarjo. Meski sebenarnya sudah dijaga oleh para pasukan pelajar, ada sebuah truk yang lewat dengan ceroboh meski sudah diperingatkan oleh para pelajar. Akibatnya truk tersebut hancur berkeping berikut penumpangnya setelah melindas ranjau. IED berbalut kotoran hewan makankorban satu regu tentara Belanda Salah satu kunci sukses serangan IED para pejuang adalah penyamaran terhadap keberadaan IED tersebut. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penghadangan terhadap satu regu Belanda di daerah Tempel-Tegalsari, Sleman oleh Kompi IV Tentara Genie Pelajar (TGP) pimpinan Sudarman dan pasukan Mobile Brigade ( Brimob) pada Juni 1949. Di daerah pemasangan bom pada masa itu masih banyak digunakan sebagai lalu lalang kendaraan yang bertenaga hewan seperti gerobak sapi, andong dan bahkan hewan ternak. Dan tentunya banyak “ranjau alami” yang ditinggalkan oleh hewan tersebut. Pasukan TGP memasang IED berdetonatorSumber Penulisan Surat Kabar 1. SOLOPOS edisi 22 Januari 2009 Buku 1. Asmadi. (1985). Pelajar Pejuang. Jakarta: Sinar Harapan 2. Djungkung, Murdijo,1994, Berburu Bren-Gun, Surakarta : tanpa penerbit. 3. Kodam VII/Diponegoro. (1971). Sejarah TNI AD Kodam VII/Diponegoro Sirnaning Yakso Gapuraning Ratu. Semarang. Yayasan Diponegoro. 4. Moehkardi, 1983. TGP (Tentara Genie Pelajar) 1945-1950. Surabaya : UD Sapta Putra Offset 5. Moehkardi. (1977). Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Fisik 1945- 1949. Jakarta: P.T. Inaltu. Majalah 1. Warta TGP Edisi Khusus Juni 1979Nara sumber Penemuan bom di Jembatan Nguter AKP Cahyadi, Kapolsek Nguter Polres Sukoharjo 2006-2009.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan