
Bagaimana perasaanmu saat dipertemukan kembali dengan orang yang pernah kamu lukai?
Sekedar short story, kalau pun dirasa kurang panjang mohon dimaklumi 🙏🏻
Gimme like & comments here guys ☺️
- Part 1 – Awal
Di tengah suasana hiruk-pikuknya ibukota, sangat berbanding terbalik dengan keadaan seorang lelaki berperawakan tegap dan proporsional. Sorot matanya tajam namun terlihat kosong. Wajahnya yang tegas dengan rahang kokoh dan hidung mancung menjadi tidak berguna jika hatinya saja terasa hampa. Bahkan profesinya yang diagung-agungkan oleh orang diluaran sana pun tidak berarti apa-apa. Karena sejatinya dirinya tengah kehilangan seseorang yang selama ini selalu berada disampingnya akibat perbuatannya sendiri.
Menyesal? Tentu saja.
Kecewa? Mungkin bukan kecewa, tapi lebih tepatnya marah. Marah dengan dirinya sendiri. Marah karena merasa egois dan seakan menjadi manusia bagai kacang yang lupa dengan kulitnya.
Sekarang apa yang ia dapat?
Penyesalan, tentu saja. Penyesalan yang teramat dalam.
Apakah dirinya pernah introspeksi diri?
Sudah. Berulang kali ia berjanji untuk introspeksi diri, menyesal, dan meminta maaf kepada pengisi separuh ruang hatinya. Namun, lagi dan lagi, ia mengingkari janjinya. Dan inilah puncak dari seluruh rasa kecewa.
Tok! Tok! Tok!
“Masuk,” terdengar suara bariton dari si pemilik ruangan.
Ceklek.
“Sudah waktunya, Chef. Anak-anak sudah menunggu,” ucap si pengetuk pintu dengan seragam khas staf dapur sebuah restoran plus name tag- Andi mengalihkan atensi si pemilik ruangan.
“Oke,” sahut si pemilik ruangan yang mulai beranjak dari tempatnya berdiri dan mengikuti jejak Andi.
Tap. Tap. Tap.
Ceklek.
“Gimana? Masih aman?” tanya lelaki dengan seragam dan atribut lengkap executive chef kepada para stafnya.
“Aman, Chef!” sahut para staf dapur dengan semangat.
“Good. Lanjutkan!” titah lelaki tersebut.
“Siap, Chef!” kembali staf dapur menyahutinya dengan semangat.
“Interupsi, Chef Elang. Apakah chef akan menerima tawaran untuk menjadi guest judge di acara Super Chef minggu depan?” tanya salah seorang staf dapur, ber-name tag Ricky.
“I think, yes. Selain memperluas networking, bisa juga menjadi peluang bagi kalian masing-masing kan untuk berkarier ke jenjang yang lebih tinggi. Who knows?” ucap Elang dengan senyum tipisnya, pemilik restoran “Rasa Nusantara” sekaligus berperan sebagai executive chef tersebut.
“Oke. Kalian lanjutkan, saya ada urusan sebentar ke stasiun tv. Saya tinggal ya,” pamit Elang kepada para staf dapurnya.
“Hati-hati, Chef!” seru staf dapur dan dijawab dengan acungan jempol.
“Hati-hati juga untuk hatinya Chef,” celetuk Andi pada Elang hingga membuat si empunya terkekeh.
Tap. Tap. Tap.
Tak lama setelahnya, Chef Elang pergi meninggalkan dapur dengan para staf di dalamnya.
“Eh, Bang. Maksud Bang Andi apa?” tanya Gio- staf junior mendekati Andi yang sibuk dengan kegiatan memasaknya.
“Apaan?” sahut Andi yang mengernyit tak paham.
“Yang itu tadi, hati-hati juga untuk hatinya Chef. Maksudnya gimana, Bang?” tanya Gio.
“Oh, itu. Ya, emang harus hati-hati sama hatinya juga. Emang lo nggak tahu PD-nya Super Chef siapa?” ucap Andi yang membuat seorang Gio semakin penasaran.
“Silvia Renata bukan sih, Bang?” sahut Gio bimbang.
“Exactly,” Andi menjentikkan jarinya. Membuat Gio semakin bingung.
“Terus, hubungannya sama Chef Elang apaan, Bang?” kembali Gio bertanya.
“Mantan. Ah, bukan. Lebih tepatnya CLBK,” sahut Andi dengan tangan yang lihai dengan olahannya.
“Mantan tapi CLBK. Maksudnya gimana, Bang?” pertanyaan Gio membuat Andi menghentikan kegiatannya karena merasa gemas sekali dengan junior satu itu.
“Dedek Gio tunggu dan lihat aja drama mereka ya,” ucap Andi.
“Udah. Sekarang kamu balik ke tugasmu,” usir Andi yang mau tak mau dituruti oleh Gio dengan bibir mengerucut karena pertanyaanya belum terjawab sepenuhnya.
Suasana di dapur Rasa Nusantara begitu membara layaknya kobaran api, berbeda dengan lelaki yang kini telah berganti dengan outfit casual tengah mengendarai mobilnya dengan jantung yang berdegup kencang. Karena tak lama lagi, dirinya akan bertemu kembali dengan si pemilik separuh relung hatinya, setelah sekian lama mereka lost contact- lebih tepatnya bukan Elang yang menghilang, tetapi perempuannya.
Apakah ia sanggup kembali berhadapan dengan seorang Silvia Renata?
- Part 2 – Bertemu (Kembali)
Seorang perempuan berseragam lengkap dengan atribut stasiun tv Star, nampak sibuk dengan kertas-kertas dihadapannya. Tidak menghiraukan suasana di ruang rapat tersebut yang tampak ramai dengan obrolan anggota timnya. Fokus matanya sampai kedua alisnya berkerut menunjukkan jika seorang ber-name tag Silvia Renata tengah berkonsentrasi penuh. Bahkan dirinya tidak sadar jika obrolan timnya (Bagas, Tari, Miko, dan Laras) sudah tidak terdengar lagi. Hingga suara deheman mengalihkan atensinya dari kertas-kertas tersebut.
Ekhem.
“Mbak Sil?”
Mendengar namanya dipanggil, membuat si empunya mendongak. Sepasang matanya langsung mencari asal suara yang memanggilnya.
“Bintang tamunya sudah datang,” ucap salah seorang perempuan ber-name tag Laras dengan telunjuk yang mengarah ke belakang tubuh Silvia.
Posisi Silvia memang berada diujung dan membelakangi pintu masuk. Otomatis siapa pun yang menempati posisinya tidak akan cepatsadar jika ada orang masuk- kecuali jika orang tersebut masuk secara kasar.
“Oh. Oke,” sahut Silvia cepat diikuti dengan gerakan memutar tubuhnya. Beranjak dari posisi duduknya yang nyaman dan kini berhadapan langsung dengan lelaki berbadan atletis dengan sorot mata tajam.
“Pak Elang Ajiputra, benar? Silahkan masuk,” suara lembut nan tegas milik seorang Silvia Renata membuyarkan lamunan seorang Executive Chef bernama Elang Ajiputra.
“Ah, iya. Selamat siang semuanya,” sahut Elang dengan suara tergagap. Setelahnya, Elang berjalan menuju deretan kursi kosong di sisi kanan Silvia.
“Oke. Jadi, bisa kita mulai rapatnya sekarang?” tanya Silvia kepada timnya dan Elang. Anggukan kepala dari semua orang di ruangan tersebut sebagai jawaban akan pertanyaanya.
--------
Rapat yang berlangsung selama 45 menit tersebut berakhir. Topik yang dibahas pun tak jauh-jauh dari Chef Elang Ajiputra yang akan menjadi juri tamu pada acara Super Chef- atau biasa kita sebut “reading” jika untuk kebutuhan syuting film/series.
“Okay. Any question, guys?” tanya Silvia sebagai PD (Program Director) untuk acara Super Chef kali ini.
Gelengan dari timnya pertanda jika mereka sudah paham dengan hasil rapat tadi.
“Pak Elang- oh, Chef Elang maksud saya. Apakah ada yang perlu ditanyakan, Chef?” giliran Elang yang kini diberikan pertanyaan sejenis oleh Silvia. Perempuan yang sudah menjadi korban keegoisannya.
“Not for now,” sahut Elang yang tersenyum tipis dan dibalas pula dengan senyum yang sangat tipis dari Silvia sebagai bentuk kesopanan.
“Ok. Saya akhiri rapat ini. Thank you all,” pamit Silvia yang tertuju untuk semua orang yang berada di dalam ruang tersebut diikuti gerakan memutar tubuhnya dan bergegas pergi meninggalkan ruang rapat.
“Kami permisi dulu ya, Chef. Mari,” pamit keempat orang crew Super Chef pada Elang yang sepertinya masih betah berlama-lama di posisinya saat ini.
“Silahkan,” sahut Elang yang mengangguk dan tersenyum tipis.
Kini hanya tersisa dirinya seorang di ruangan meeting tersebut. Suasana hening menemani pikirannya yang memutar pertemuannya dengan Silvia tadi.
Keadaannya nampak lebih baik dan tetap bersikap professional seperti biasa. Bukan tidak mungkin Silvia yang berstatus PD tidak mengetahui siapa juri tamu Super Chef kali ini. Perempuannya- ah, masih bolehkah dirinya menyebut Silvia Renata sebagai perempuannya?
Silvia Renata masih tetap bersikap hangat seperti biasa, namun sorot matanya saat bersibobrok dengan manik mata milik Elang terasa berbeda. Bagi Elang, seolah ada sekat tak kasat mata antara mereka sehingga bisa dibilang Silvia sedang menjaga jarak dengan Elang.
Tapi, apakah sikapnya tersebut akan bertahan? Bisakah seorang Elang mengembalikan tatapan hangat Silvia Renata?
- Part 3 – Inikah Akhirnya?
5 tahun kemudian..
“Mas El, ngapain di dapur malam-malam?” suara perempuan dengan tubuh sedikit berisi menghampiri lelaki yang duduk di stool bar ditemani secangkir teh sedang asyik flashback saat bertemu kembali dengan sang mantan sebagai crew TV dan bintang tamu.
“Loh, sayang. Kamu ngapain kesini?” atensi lelaki yang dipanggil “Mas El” tersebut beralih pada perempuan cantik yang kini sedang berbadan dua dan sedang berjalan menghampirinya.
“Kamu cariin Mas, ya?” tanya “Mas El” yang sudah beranjak dari posisi duduknya.
Bukannya menjawab, perempuan tersebut justru memutar bola matanya malas karena pertanyaan lelaki dihadapannya.
“Iya. Aku lagi cari suamiku, Bapak Elang Ajiputra yang tiba-tiba menghilang. Puas?” ucap perempuan itu malas.
Mendengar sang istri yang seperti ogah-ogahan menjawab pertanyaanya membuat Elang Ajiputra tertawa puas.
“Utututu, kenapa sih Ibu Silvia Renata, istriku, ibu dari anak-anakku ini, hm?” Elang menghampiri sang istri yang tak lain pernah menjadi mantan kekasih dulunya, Silvia Renata kemudian membawanya ke dalam dekapan.
Benar. Inilah akhir dari kisah Elang Ajiputra dan Silvia Renata. Mantan tapi menikah. Bagaimana bisa?
Singkat cerita, setelah Elang menjadi juri tamu di acara Super Chef saat 5 tahun lalu, justru menjadi jalan bagi Elang kembali mendekati perempuannya. Meski tiap kali bertemu dengannya, Silvia akan berubah ke mode professional, baik itu di tempat ramai atau hanya mereka berdua sekalipun. Dari sini, Elang memulai perjuangannya untuk mendapatkan kembali wanitanya bagaimanapun caranya.
“Mas, enak yang anget-anget mumpung dingin gini,” ucap Silvia yang mendongak dan menatap suaminya dari bawah.
Dahi Elang mengernyit tak paham maksud ucapan sang istri.
“Ck, nggak usah aneh-aneh. Maksud aku itu kita nge-mie mumpung lagi hujan juga di luar,” jelas Silvia.
“Oh. Aku pikir apa. Hehe,” mendengar sahutan sang suami membuat Silvia memicingkan mata.
“Ah, udah ah. Kita nge-mie Indomie yok!” ajak Silvia setelah keluar dari dekapan Elang dan bergerak menuju dapur yang menjadi tempat favoritnya sejak menikah.
“Tapi, sayang. Kamu kan lagi hamil-“
“Ssstt, asal nggak sering-sering, nggak apa-apa kok. Mas tenang aja,” jelas Silvia. Elang menghembuskan napas dan membiarkan sang istri bereksperimen.
“Mas El mau nggak?” tawar Silvia.
“Enggak deh, sayang. Udah malam juga,” tolak Elang.
Mendengar penolakan dari sang suami, lantas membuat Silvia memutar tubuh dan kembali mendekati suaminya.
“Tapi, aku kan nggak boleh makan banyak-banyak. Jadi, Mas El makan berdua sama aku ya?” ucap Silvia dengan puppy eyes andalannya.
Elang sekali lagi menghembuskan napas menghadapi bumil satu ini.
“Oke,” sahut Elang cepat.
“Aye aye captain!”
Melihat senyum istrinya membuat Elang bahagia dan hatinya ikut menghangat.
“Oke, guys. Mari kita buat resep Indomie terbaru ala Chef Silvia yaitu Pempek Soto Banjar,” ucap Silvia layaknya vlogger.
Mendengar resep yang disebutkan sang istri lantas membuat Elang melotot. Ia berpikir, bagaimana bisa pempek dimakan bareng mie? Bagaimana rasanya nanti?
“Jangan aneh-aneh deh, yang. Nanti nggak dimakan,” ucap Elang mewanti-wanti.
Silvia terkekeh mendengar ucapan suaminya. Ia paham jika Elang ragu akan rasa dari resep ala-alanya itu.
“Mas, tenang aja. Ini bakal jadi #CeritadanRasaIndomie kita yang lain, setelah Nasi Jagung featuring Indomie Rendang yang pernah Mas buat tiba-tiba saat aku belum ketahuan hamil. Ingat, Mas?,” ucap Silvia dengan kekehan diakhir tanpa menghiraukan wajah malu Elang.
-END-
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
