[SEASON TWO] Part 30: Mimpi yang Sama, tapi Berbeda Alur

1
0
Deskripsi

 “Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”

Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya… 

…selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah? 

“Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”

*****

Yuk, hubungi Sukma EQ Cafebook, dan lengkapi koleksi majalah Bobo kalian! 

post-image-65f178f83c38e.jpg

[POV Marsha]

Aku bermimpi lagi. Kali ini tidak lagi di atas danau buatan. Tidak ada lagi vila aneh nan membuat aku merinding. Aku sedang berada di depan sebuah kafe. Masih berada di dalam sedan aku. Untuk kali pertama, sedan yang aku beli dari gaji pertamaku sebagai karyawan korporat, masuk ke dalam salah satu mimpiku.

Mimpi kali ini malah lebih aneh. Tiba-tiba saja, yang dimulai dari rumahku (yang ternyata hanya ada aku di dalam rumah), sedan ini terpaksa berhenti di sebuah kafe yang sepertinya aku kenal. Aku juga tidak tahu mengapa. Badanku sepertinya bukan aku yang mengendalikan. Seperti orang kerasukan saja. Bagaikan ada sebuah entitas lain yang mengambil alih raga aku ini.

Sekonyong-konyong badan ini bergerak sendiri. Aku dibuatnya keluar dari sedan. Membuka pintu belakang dan mengambil sebuah jeriken. Jeriken itu berisi penuh. Aku mencium adanya bau minyak tanah. Entah apa yang akan aku lakukan. Namun, sepertinya aku tahu apa yang akan terjadi. Ini seperti mimpiku beberapa minggu yang lalu. Mimpi awal saat aku kali pertama mengenal laki-laki bernama Noel itu.

Astaga, kenapa hati ini begitu sakit? Sudah berlelah-lelah aku meluangkan waktu untuk dia, dia malah pergi begitu saja. Dia hanya meninggalkan sebuah pesan digital di kotak masuk Gmail. Kesal aku saat membacanya untuk kali pertama. Salahku di mana? Mengapa dia tega meninggalkan aku saat aku sedang dalam fase sayang-sayangnya?

Cepat juga aku berjalan ke arah kafe. Kafe itu cukup ramai. Seingatku, saat masih di dalam sedan, jam sudah menunjukkan pukul 09.31 pagi. Tak ayal, kafe ini cukup dikunjungi orang. Hampir tak ada bangku kosong yang tersedia. Namun, ternyata bukan bangku kosong yang menjadi perhatianku. Perhatian utama adalah laki-laki yang duduk tak jauh dari panggung kafe. Dia tampak mengobrol dengan teman-temannya. Makin cepat saja langkah kakiku. Hingga akhirnya, ini sebetulnya bukan kehendak aku.

Tak tega aku sebetulnya menyiram laki-laki berkacamata yang bernama Noel itu dengan minyak tanah. Nafas dirinya tampak terengah-engah. Dia pun terlihat terganggu dengan aroma minyak tanah. Aku harus akui bau minyak tanah itu sangat mengganggu indra penciuman siapa pun.

"HEY, ADA APA INI?" teriak laki-laki yang bernama Noel tersebut.

Aku balas berteriak, “KAMU JAHAT! KAMU LAKI-LAKI PALING JAHAT YANG PERNAH AKU KENAL DAN TEMUI!”

Sebetulnya aku bingung mengapa aku harus berkata seperti itu. Dia memang tega yang main putus kontak dari aku saat diriku ingin menyeriusi hubungan dengan dirinya. Namun, bukankah aku yang terbilang jahat saat berkata Noel itu paling jahat?

Yang aku lihat, Noel coba menjaga jarak dengan perempuan ini. Mungkin dia takut kenapa-kenapa. Aku terlihat mulai mengeluarkan lighter dan apinya langsung keluar. Aku bingung kenapa harus ada adegan seperti ini. Seram juga. Lighter ini dari mana, aku pun bingung. Memang aku pernah coba merokok, tapi bukan seorang perokok. Lighter adalah salah satu barang yang tidak akan pernah ditemukan di dalam tas tanganku.

“Entar dulu, entar dulu, kamu ini siapa juga, aku mana tahu.”

“AKU ADALAH KAMU! KITA DULU ITU SATU!”

"Hahaha, kita, dulu, itu, satu? Kamu yakin? Sementara aku saja tidak merasa pernah bertemu dengan kamu. Coba kamu jelaskan, salahku itu apa? Di mana letak salahku?”

“KAMU UDAH NINGGALIN AKU. KENAPA, NOEL? KENAPA KAMU TEGA NINGGALIN AKU?”

“Aku ninggalin kamu? Gimana bisa aku ninggalin kamu, sementara aku saja nggak pernah merasa kenal dan pernah ketemu kamu?”

"ARGH, CAPEK AKU NGOMONG SAMA COWOK KAYAK KAMU, NOEL! KAPAN KAMU PERNAH MENGERTI AKU? KAPAN?"

Entahlah, aku bingung kenapa malah meraung-raung. Semakin menjadi-jadi saja. Lighter itu aku lemparkan begitu saja. Tenang saja, lighter itu sudah aku matikan sebelum aku lemparkan yang jatuh entah ke mana. Lalu, aku pergi entah ke mana. Sebelum aku pergi, yang aku perhatikan Noel malah tertawa terbahak-bahak. 

Rupanya aku bergegas menuju mobil sedan. Jeriken itu diletakkan kembali ke dalam ruang belakang di belakang bangku kemudi. Selanjutnya, entahlah, kali ini aku merasa seperti sebuah robot. Aku menangis meraung-raung di dalam sedan sebelum menyetir untuk membawa pergi sedan ini pergi menjauhi kafe.

***

[POV Noel]

Apa setiap perempuan seperti Marsha itu? Kesal sekali diriku ini. Terakhir aku bermimpi, saat aku dan dia berada di dalam vila. Ia malah meninggalkan aku sendirian di dalam vila. Sementara ia mendayung perahu, walaupun cuacanya tak mendukung untuk mendayung.

Omong-omong, vila di dalam mimpiku itu aneh juga. Koleksi film di rak televisi itu salah satu keanehan yang aku temui. Masa berisi film-film yang mana tokoh-tokohnya hanya ada aku dan Marsha?

Seingat aku, aku belum pernah menjalani casting, baik untuk iklan, film layar lebar, FTV, sinetron, atau untuk kepentingan video klip. Kalau Marsha sendiri, aku tidak tahu pasti. Namun, dengan fisiknya yang seperti itu, pasti tak mudah untuk mendapatkan satu peran untuk dirinya dalam sebuah produksi film layar lebar.

Yang tak seperti aku, fisik Marsha lebih menjual. Kulit Marsha putih. Rambutnya panjang dan jika sedang dikibar-kibarkan angin, pasti akan terlihat menawan di depan kamera. Meskipun tidak terlalu tinggi, tetap saja perempuan yang kujuluki "Cahaya Hati" itu lebih cocok untuk memerankan seorang tokoh untuk produksi film layar lebar. Tak seperti aku, yang menurutku, peran untuk seorang Noel itu seorang yang aktif menulis di balik layar.

Masih terngiang-ngiang kejadian di atas danau buatan saat itu. Marsha kenapa?

Aku akui tak bisa menahan nafsu saat menonton film bersama. Pun aku tak tahu akan seperti itu kejadiannya. Jikalau aku tahu akan seperti itu, pasti aku akan segera mengganti film dengan film lainnya. Jujur, asal Marsha tahu, aku turut menyesal atas kehilangan dirinya atas sebuah harta paling berharganya. Jika nanti Marsha mengandung, aku siap untuk menjadi ayah dari anak yang dikandung Marsha. Tinggal kabari aku melalui surat elektronik atau melalui akun menulis aku. Aku akan segera mendatangi Marsha dan meminta restu kedua orangtuanya.

Aku ingat lagi dialog antara aku dan Marsha di dalam vila.

"Mungkin tinggal menikahi kamu saja."

"Hah? Nikah? Dikira gampang nikah itu? Kamu hidup di zaman apa, sih, Noel?"

Hanya bergeming.

"Kok sekarang kamu takut begini?"

Masih hening.

"Halo, Mas, ke mana Noel yang dulu? Noel yang bujuk-bujuk aku buat ngelakuinnya, itu ke mana? Itu yang aku ngomongin, beneran loh. Bangun-bangun, aku kaget lihat ada darah. Padahal aku tidur sendiri di dalam kamar aku."

"Iya, aku minta maaf, Marsha. Aku nggak nyangka bisa sejauh itu. Aku kira nggak bakal ambil apa-apa dari kamu. Nyatanya--"

"--nyatanya kejadian, kan? Aku mau keluar, Mas."

"Aku ikut, Marsha."

"Terserah kamu, Mas!"

Setelah itu, Marsha mendayung sendirian. Aku masuk ke dalam vila. Lalu, turun hujan rintik-rintik. Aku mulai menyelidiki vila misterius itu. Kusentuh salah satu guci Cina. Sampai akhirnya, aku terbangun karena cahaya ungu itu.

Hingga detik ini, aku masih bingung sendiri. Jika memang Marsha bukan jodohku, untuk apa aku terus menerus memimpikan dirinya? Kapan aku bisa memeluknya secara lebih nyata lagi?

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya [SEASON TWO] Part 31: Terciptanya Komik "Noel & Marsha: Sebuah Petualangan Impian"
1
0
“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya… …selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah? “Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”*****Big Promo Ramadhan! Silahkan direct message ke akun Instagram @sukmaeq_cafebook !
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan