[SEASON TWO] Part 15: Antara Noel dan Marsha, Berjodohkah?

1
0
Deskripsi

“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”

Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya… 

…selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah? 

“Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”

*****

Noel lagi-lagi terbangun dari tidur. Masih gelap, tapi sudah terbangun. Ia melirik jam yang berada di dalam ponsel. Sekitar jam satu subuh. Lama pula ia menimbang-nimbang. Sepertinya juga ini bukan waktunya untuk bermain Mobile Legends. Ia ingat kali terakhir bermain, kacau sekali. Sepuluh kali kalah beruntun. Ada-ada saja, rekan-rekan yang satu tim dengannya.

Terburu-buru Noel log out dari Mobile Legends. Ia mendesah dan memperhatikan baik-baik setiap lekuk wajah Marsha. Dari wallpaper menuju album foto. Ternyata cukup banyak foto Marsha yang tersimpan di dalam galeri foto ponsel Noel. Noel sudah menjelma pemuja rahasia Marsha. Laki-laki itu rutin memperhatikan setiap pembaharuan akun Marsha. Begitu ada foto yang di-posting Marsha, Noel pasti selalu menyimpannya.

Ada alasannya kenapa Noel seperti itu. Nyatanya alasan Noel terbukti saat akhirnya berjumpa secara nyata dengan Marsha di restoran Jepang saat itu. Walau sedikit telat, Noel menyadari juga keberadaan Marsha di sekitarnya. Ia pun mulai hafal bagaimana postur dan wajah Marsha. Selama ini, Noel masih meraba-raba bagaimana rupa, fisik, gerak-gerik, hingga karakter Marsha di dunia nyata. Itulah satu-satunya alasan Noel sering menyimpan foto-foto Marsha. Agar alam bawah sadarnya makin mengakrabi sosok Marsha, entah dari segi visual maupun audio.

Sembari memperhatikan wajah Marsha, Noel kembali terngiang-ngiang peristiwa tersebut.

"Kamu siapa?”

“Pacarnya dia.”

"Marsha, benar yang dibilang cowok nggak jelas ini?"

Ian tertawa terbahak-bahak. “Kenapa nggak bilang kamu sudah punya pacar? Kalau begitu, kenapa mau dikenalkan ke aku? Astaga, Marsha!"

“K-kan, bener, kan, aku memang pacarnya. Kamu Marsha, kan?"

Noel menertawakan apa yang terjadi saat itu. Bisa pula ia nekat. Sampai detik ini, ia masih terheran-heran. Masih suka ia bertanya-tanya apa yang mendasari dirinya berbuat lebih hari itu. Temannya, Roni, sampai bengong.

Padahal Marsha sebetulnya bukan siapa-siapa Noel. Di dunia mimpi, serta di atas danau, memang sepertinya Marsha seperti seseorang yang spesial bagi Noel. Berbeda ceritanya jika di dunia nyata. Baik Noel dan Marsha, mereka berdua menjelma menjadi dua orang asing yang memang belum pernah berjumpa. Bukan kewajiban Noel untuk akrab dengan Marsha di dunia nyata. Sudah menjadi hak Noel untuk lebih fokus ke kehidupan sehari-harinya di dunia nyata.

Akan tetapi, praktiknya tidak bisa begitu. Apa mungkin sudah menjadi bagian dari karakter Noel untuk menyeriusi segala hal yang masuk ke dalam kehidupannya? Mungkin seperti itu. Ada dorongan tersendiri dari alam bawah sadarnya untuk selalu mencari tahu tentang sosok perempuan bernama Marsha.

Noel masih menekuri setiap foto Marsha. Ia memikirkan ulang setiap hal yang sudah dilakukannya. Mengapa begitu serius sekali? Mengapa harus Marsha? Mengapa tidak dianggap saja sebagai bunga tidur? Mengapa pula nekat mengirimkan Marsha pesan-pesan digital (padahal nyaris tak pernah dibalas secara nyata oleh perempuan tersebut)? Mengapa terus berharap kepada sosok Marsha yang dilihat dari sudut mana pun, Noel seringkali diabaikan?

Terkekeh-kekeh Noel yang masih memegang ponsel. Di saat seperti itulah, ada sebuah pesan masuk ke dalam ponsel. Noel tahu itu bukan dari Marsha. Ia berusaha menerima realita andaikan benar dugaan beberapa orang temannya, cintanya hanya bertepuk sebelah tangan.

Ternyata pesan itu dari Dave, sahabat Noel yang cukup mengenali isi hati Noel. Tulis Dave, "If you believe in yourself, anything is possible."

Entah mengapa Noel merasa pesan Dave itu sangat dahsyat khasiatnya. Segenap beban di pundak Noel sekonyong-konyong sudah terangkat. Alhasil, Noel tersenyum lebar dan rona wajahnya merah jambu.

Noel mengirimkan balasannya, "Thank you, my friend. You are really my best friend."

"Hehe, you are welcome. Belum tidur, Bro?"

"Tadi sudah. Sayangnya gue kebangun."

"Gara-gara memikirkan perempuan bernama Marsha itu?"

"Kayaknya begitu, Bro."

"Jodoh nggak akan ke mana-mana, Bro."

"Lu berpikir Marsha itu jodoh gue?"

"Hanya menebak. Lagian, jika di antara cowok dan cewek bisa saling melihat sosok masing-masing di dalam mimpi, padahal belum saling mengenal dan nyaris belum pernah bertemu, ada kemungkinan berjodoh. Eits, tapi gue bilang baru kemungkinan, bukan jodoh betulan. Sama seperti rezeki, jodoh itu rahasia ilahi."

Kali ini Noel hanya menjawab singkat, "Oh."

"Tapi, gue turut berbahagia lu bisa ketemu juga dengan sosok Marsha yang lebih sering kelihatan di dalam mimpi. Gue bahkan sempat berpikir mungkin sosok Marsha itu imajinasi yang hanya hidup di dalam pikiran dan mimpi lu, yang agak susah diwujudkan secara nyata. Tapi, kegigihan lu akhirnya mematahkan anggapan gue. Marsha yang lu lihat di dalam mimpi memang punya wujud nyata, yah, Bro."

"Hehehe, yah, begitulah."

"Oh, iya, sudah, yah. Gue mau langsung tidur. Tadi juga sudah mandi. Gue baru pulang. Hari ini lumayan sibuk."

"Selamat tidur, Bro. Tidur yang nyenyak."

"Lu juga, Bro. Langsung tidur. Nggak baik sering-sering begadang."

"Thank's perhatiannya."

Selesai sudah obrolan dalam bahasa tulisan antara Noel dan Dave. Noel tidak langsung tidur. Ia baca sekali lagi transkripsi obrolan tadi. Di beberapa kata, Noel memberikan perhatian lebih, yang salah satunya adalah persoalan jodoh.

"Jodoh, yah?!" desah Noel tersenyum. Ia lalu mengingat baik-baik setiap pengalaman di atas danau. Noel cukup sering berkata kepada Marsha agar perempuan itu selalu berada di sisinya. Baru kali pertama ini, ia menertawakan hal tersebut. "Siapa gue juga. Udah sok minta cewek yang namanya Marsha itu buat selalu ada di sisi gue. Terserah Marsha, kalau mau cari cowok lain juga."

Noel tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala. Ia bangkit dari tempat tidur dan membawa ponselnya menuju lubang saklar. Ponselnya sepertinya bermasalah dengan daya. Perlu diisi ulang. Sebelum dimatikan, Noel tebersit untuk mengetikkan sesuatu ke Marsha. Sungguh lain di mulut, lain pula di pikiran. Noel sungguh plin-plan.

Tulis Noel, "Every injury is a new level of maturity. And, whoever does not suffer, they don't never learn. Then, your mind will become much older than your age. Good night, Marsha!"

Kali ini hanya pesan pendek yang Noel kirimkan ke Marsha. Barulah setelah iru, Noel mulai beranjak tidur.

***

Nun jauh di sana, di jam yang kurang lebih sama (karena sama-sama berada di zona waktu yang sama), Marsha ternyata memiliki kebiasaan yang sama. Perempuan itu pun hobi menyimpan foto-foto Noel. Bahkan Marsha sangat meyakini akun bernama Noel itu dimiliki oleh Noel yang sama, yang Marsha lihat di dalam mimpi. Baik Marsha maupun Noel, mereka berdua memiliki keyakinan yang sama. Walau sering mengabaikan Noel, sesungguhnya Marsha peduli.

Ponsel Marsha berdering. Marsha segera membaca dan seperti biasanya, perempuan itu girang sekali saat membacanya. Anehnya, setelah selesai membaca pesan dari Noel, Marsha seperti ingin segera tidur.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya [SEASON TWO] Part 16: Dikeluarkan dari Band
1
0
“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya… …selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah? “Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”*****Fanny Allianz0811-1817-121
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan