“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”
Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya…
…selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah?
“Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”
*****
Siapa mau Buket Mentos atau Yupi untuk rekan-rekannya...
Suatu pagi yang cerah di atas buatan.
“Sayang,”
Sebelah mata Noel terangkat ke atas.
“Nggak boleh panggil kamu itu?”
Noel menggeleng. “Aku cuma kaget.”
“Babe?”
Noel terkekeh-kekeh. “Alangkah indah hatiku jika di kenyataannya, kamu seperti itu ke aku.”
“Kamu selalu bilang bersabar, maka aku juga.”
Noel terkekeh-kekeh lagi, yang membalas aksi serupa dari Marsha.
“I miss you.”
“Ini, kan, ada aku.”
“Tapi, nanti kamu menghilang sehabis ini.”
“Aku bingung kenapa ada perempuan semanis kamu.”
“Gombal! Dasar buaya!"
“Masa aku dibilang buaya? Padahal aku kan pacar kamu. Tadi kamu panggil aku sayang.”
Marsha tergelak.
“Hug? Or, kiss?”
“I need a warm hug from you.”
Noel bergerak hati-hati dan kedua tangannya segera menyelimuti Marsha. Noel berkata merdu di telinga Marsha, “Numbers start with 1, 2, 3. Alphabet start a, b, c can love start with me and you?”
“Oh iya, gimana hari ini, Sayang? Good or bad? Coba cerita, biar aku dengar cerita tentang kehidupan kamu. Kalau kamu mau cerita, cerita saja."
“Tempat pembuangan orang di mana, ya?”
“Kok gitu?"
“Soalnya kalau tempat pembuangan cinta, yah, pastinya di hati kamu.”
Rona wajah Marsha memerah.
“Ada petir, tapi tidak hujan. Suaranya indah, aku suka. Tapi aku lebih suka suara kamu, sih, haha.”
“Kata teman-teman aku, suaraku biasa-biasa saja, meski aku bisa bernyanyi."
“Bohong mereka, tuh.”
“Suka suaraku atau aku secara keseluruhan?”
“Kamu secara utuh.”
“Gombal!”
Noel terkekeh-kekeh. “Katanya, berisiknya hujan lebih menenangkan daripada berisiknya manusia.”
“Maksudnya, aku berisik, begitu?"
“Berisik yang mengasyikkan dan bikin kangen.”
“Bucin, ah. Tapi, teruskan kebucinan anda."
“Anda?”
“Anda, kamu, yah, sama saja. Sama-sama you dalam bahasa Inggris.”
“Tapi, kalau anda, susah untuk menggambarkan Kemesraan antara aku dan kamu.”
“I love you.”
“I love you, too.”
“Tadi ada kegiatan apa hari ini? Semangat, yah!”
Noel hanya tersenyum, melepaskan pelukannya, mencium kening Marsha, dan melanjutkan aktivitas mendayungnya.
“Don't sleep too late. Kasihan fisik dan otak kamu yang harus begadang demi menuliskan sesuatu untuk aku. And, I love you.”
*****
Marsha terbangun. Akhir-akhir ini, ia sering bisa bangun lebih pagi tanpa alarm ponsel karena seseorang. Seseorang yang tiap pagi (sebelum pukul enam pagi) mengirimkan pesan-pesan indah untuk Marsha.
"Pagi, Sayang. Aku mau bilang beberapa hal kecil saja ke kamu. Kamu tahu, kata I love you itu ada beribu-ribu macam bentuknya. Contohnya, ada ayayuuu, atapuuu, afyuuu. Ada juga I love you so much, I love you to the moon and back, I love you infinity and beyond, I love you forever and ever.
Atau, untuk sekarang aku mau berkata, “If for the today I love you, then tomorrow i will love you more than yesterday. Kalau sudah begini, sudah terlalu terlihat, I'm really falling in love to you.
I love you.
I love you everyday.
I love you every hour.
I love you every minute.
I love you every second.
I love you to the moon and back.
I love love to the bottom of sea.
I love you in every universe.
I love you more than I love myself, and you're the only one I love.
Oh iya, jangan lupa sarapan. Semangat!"
Dengan kotoran masih menggumpal di pelupuk mata, Marsha menerbitkan sebuah senyuman di bibirnya. Rona wajahnya kembali memerah. Selanjutnya, ia begitu bersemangat untuk memulai aktivitasnya hari ini seperti biasanya.
*****
Pukul 11:34 WIB.
Di restoran all-you-can-eat seperti biasanya Marsha dan Jessica makan siang. Tak jauh dari kantor kedua perempuan tersebut.
“Eh, bantuin gue dong, Marsha.”
“Bantuin apa?"
“Gue mau kasbon ke Pak Dion.”
“Waduh, kalau ke dia, ogah ah. Lagian, yang gue denger, lu kelewat sering kasbon, deh. Gue capek dengerin orang ngomel-ngomel mulu.”
“Ayo, dong, temenin gue ke Pak Dion.”
“Nggak, ah. Minta tolong yang lain aja. Sorry, yah.”
“Yah, kacau lu, ah. Jahat amat sama temen.”
“Bodoh amat.”
*****
"Eh, Bro, mabar, yuk. Free Fire atau Mobile Legends, bisa?"
"Mobile Legends saja."
"Oke."
Suara yang cukup bising di atas jam tiga subuh. Noel tampak menikmati waktu-waktunya bermain Mobile Legends. Ia sudah sepuluh kali menang.
“Jahat banget si Dion itu. Nggak mau gue ajak mabar. Meski--"
Noel kembali lincah menggerakkan hero pilihannya dalam sebuah pertandingan Mobile Legends.
“T'rus, gitu aja kok marah? Gue kan cuma ngirim lagu, eh gue dibilang galau nggak jelas.”
Tiba-tiba ada yang mengirimkan ketikan di kolom chat Mobile Legends.
“Perumpamaan nggak sih, hmmm?”
Tidak hanya satu, namun ada beberapa orang.
“Enakan kuning atau ungu?”
“Eh, itu minuman F, yang ada ginsengnya.”
“Gue lebih suka yang ungu, sih. Ada rasa anggurnya.”
“Nggak ada power lu main.”
Noel tersentak. Di benaknya, apakah Marsha itu suka warna ungu? Suka juga, kah, dengan buah anggur?
*****
Kita kembali ke atas danau.
"Anyway, how are you today?"
"Bahasa Indonesia saja, Marsha. Kamu terlalu fasih kalau bahasa Inggris."
"Yang penting kalau harinya nggak bagus coba jalani bersamaku, we make a happy day together."
Noel terkekeh-kekeh. "Sekarang kan sudah. Oh yah ini, bunga warna kuning, pink, dan hijau untuk cahaya hatiku."
Marsha kaget. Bunga-bunga ini dari mana? Noel bisa melakukan trik sulap?
"Berhenti pasang wajah manis, deh. Nanti aku makin naksir kamu, Marsha."
"T'rus mau jadi buaya darat, begitu?"
"Aku bukan buaya, Marsha. Kan, aku genitnya ke kamu saja."
"Aku pengin sesekali kamu menghilang sebentar saja dari hidup aku."
"Yah, jangan, dong. Aku ada salah sama kamu. Oh iya, mau marah atau kecewa, aku selalu punya kata maaf untuk cahaya hatiku."
"Waduh, aku mau terbang jadinya. Terbang ke hati kamu, tapi. Eh, aku juga mau mandi hujan."
"Banyak banget. Jadi, mau yang mana?"
"Mandi hujan saja, deh."
"Kok malah pilih itu?"
"Biar bisa dipeluk terus sama kamu."
"Aku suka sama kamu."
"Masa?"
"Yah, serius suka sama kamu, lah."
"Aku juga sama. Suka sama kamu aja."
"Yang benar?"
"Iya, dong."
"Kamu suka warna ungu?"
"Lah, kok kamu tahu?"
"Hatiku yang bilang."
"Kalau kamu?"
"Aku lebih suka seseorang yang bernama Marsha."
"Aku juga suka sama kamu, Noel."
"Aku suka kamu, Marsha."
"Suka kamu juga, Noel."
"Aku suka dua-duanya."
"Loh?"
“Aku suka kamu sama ungu, yang menjadi warna kesukaan kamu.”
Marsha kembali tertunduk malu. Kelihatannya perempuan itu menyenangi dicumbu rayu oleh Noel.
“Dan, setelah luka-lukamu reda, selalu ingat bahwa kamu masih memiliki aku yang ada rasa sama kamu.”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰