PART 20: Marsha Galau

1
0
Deskripsi

“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”

Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya… 

…selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah? 

“Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”

*****

RAIKA: Best Bread in Town

0818791337

Sebelum tidur, Marsha menyempatkan diri untuk menuliskan sesuatu di dalam sebuah buku. Apakah itu buku harian? 

Entahlah. Namun, sebut saja itu sebuah buku catatan. Isinya itu lebih ke arah setiap catatan tentang beberapa hal yang menurut Marsha itu harus dituangkan dalam bentuk sebuah tulisan. Entah itu idealisme Marsha, hasil perenungan Marsha, hingga… Marsha coba menuangkan juga apa yang terjadi di alam mimpi. 

Akhir-akhir ini, Marsha benar-benar dibuat takjub dengan sisi lain dirinya yang berada di alam mimpi. Ia sering berujar dalam hati, ‘Kayak bukan gue aja. Masa sih gue kayak gitu?’

Sudah pukul 21:34. Marsha mengecek ponsel sebentar. Belum ada pesan apapun dari Noel. 

Celetuk Marsha, “Ah, palingan dia kirim pesannya di jam-jam subuh lagi, hehehe…”

Marsha kembali menulis apa yang menurut dia harus ditulis. 

"I love me

Katanya, jodoh adalah cerminan diri sendiri. Lalu, aku bercermin. Yang aku lihat itu hanyalah diri aku sendiri. Apakah jodohku itu diri aku sendiri?

Jatuh cinta itu bukan hanya perihal memiliki. Itu hanya masalah hati yang jatuh pada orang yang tak pasti. Sama seperti aku, yang masih mencintaimu seperti di awal aku jatuh cinta padamu. Terkadang aku tak mengerti mengapa Tuhan mempertemukan kita yang jelas-jelas tak bisa bersama. Bisakah aku menjadi orang yang selalu kamu bicarakan dalam kisahmu?

Mencintai bukan berarti harus memiliki. Bahkan ada juga yang sudah memiliki, namun tidak merasakan yang namanya dicintai. Apakah kamu tahu tentang itu? 

Untuk apa menjalin hubungan jika yang berjuang hanya satu orang? 

Bagiku, lebih baik abadi-lah ke alam perasingan. Bahkan jika semesta mempertemukan kita, aku akan menghindar. Mengapa juga kita hanya berteman, bukannya malah jatuh cinta? 

Kalau ada yang lebih indah dari senja, mungkin itu waktu kita bercanda berdua. Ingin aku marah, kecewa, atau entah apalah itu. Tetap saja aku selalu memiliki kata “maaf” untuk seseorang yang aku cintai. Itu kamu, dan bukan mantan aku, juga bukan setiap teman laki-laki aku. 

⁠⁠⁠⁠⁠Jika hujan dapat menutupi luka, mengapa rasa sakitnya jauh lebih terasa?"

Selesailah Marsha menuliskan sederetan kata-kata yang mencuat di dalam benaknya. Kata-kata--yang menurut Marsha puitis--tersebut berasal dari sisi lain Marsha yang hidup di alam mimpi. 

Marsha berkata sembari bangkit dari tempat tidurnya, “Bisa juga gue puitis. Mungkin gue seharusnya mulai nulis novel. Atau, sekalian aja coba nulis skenario. Mungkin aja gue bisa kayak yang nulis ”Dear Nathan" itu. Atau, kayak yang nulis di akun Instagram et rintiksendu itu."

Buku catatan itu diletakkan kembali di dalam rak buku. Di saat seperti itu, mungkin benar kata pepatah kuno tersebut. Di saat kita sedang memikirkan seseorang, jangan kaget jika yang kita rindukan akan menyadarinya. Apakah Noel menyadarinya hingga mengirimkan sesuatu ke surat elektronik Marsha? 

"Hello, Marsha, good night. Thank you for sticking around. You are strong and great. You have to thank yourself because you have been able to survive until now, you have been able to survive the evils of the world that always come to you. You are strong. You can live everything up to this moment, and now appreciate your struggle, okay?

Maybe your struggle is not much, but it's all enough to prove that you are strong and you can. Don't feel that your struggle is in vain, because in this world there is no such thing as in vain. Here, we only need to learn from what has happened before.

Always love you so much. From me, someone who loves you in the spot you haven't awaked."

Rona wajah Marsha memerah. Cengiran terbit pula di bibir Marsha. Desah Marsha, “Romantis juga nih cowok.”

Waktu pun segera cepat berlalu dengan teramat cepat. Mungkin ini sudah saatnya Marsha tidur. Besok ia telah harus kembali beraktivitas. 

*****

Menjelang tengah malam, Noel masih belum terlelap. Tangan kanannya masih terlalu sibuk untuk menuliskan sesuatu di dalam sebuah buku. Apakah itu buku catatan yang sama seperti dimiliki oleh Marsha? 

"Aku pergi bukan karena tak lagi mencintai. Namun, karena ingin menata hati yang selalu kamu sakiti. 

Kamu ingat, tidak? 

Dulu, ada masanya, di mana kita sama-sama suka mengukir kebersamaan dengan harapan kita tidak akan pernah melupakannya. Sekarang, aku rasa itu sekadar masa lalu belaka. Walaupun, ucapan manismu yang tidak tahu malunya itu masih saja berdengung di kedua telinga ini. 

Mungkin layaknya kisah Romeo yang memperjuangkan cintanya dengan perlakuan manisnya itu, apa harus aku akhiri hubungan ini?

Ah, sayangnya, aku baru sadari jika mendahului takdir, kita tidak akan pernah bisa mendapatkan happy ending itu benar ternyata. Barangkali benar katamu, aku masih harus tetap mempertahankan dan memperjuangkan cinta aku dan kamu."

*****

Kita mundur sejenak beberapa jam sebelum Marsha mulai menuliskan kata-kata ke dalam buku catatannya tersebut. Sedikit alur mundur. 

Di sebuah restoran, namun bukan di restoran all-you-can itu lagi. Ini restoran pizza yang Marsha dan Jessica datangi. 

“Aduduh… sakit perut gue mendadak. Nggak tau tiba-tiba sakit.” rintih Jessica memegangi perutnya. 

“Rasain!” sembur Marsha. “Hukum alam pasti berlaku. Lu nyakitin, pasti suatu saat nanti lu akan disakiti. Eh, perut lu tiba-tiba kesakitan sendiri. Hasil doa dari mereka yang udah lu sakitin."

“Brengsek lu. Temen lu lagi menderita, malah diledek. Bentar, gue ke toilet dulu.”

Jessica segera terbirit-birit ke arah toilet. Bersamaan dengan itu, pelayan datang membawakan seloyang pizza berukuran sedang. Sebuah pizza rasa keju mozzarella. Marsha dan Jessica sama-sama penyuka keju mozzarella. 

Lima belas menit kemudian, Jessica datang. Selanjutnya, Marsha dan Jessica makan pizza sembari mengobrol. Lagi dan lagi, Jessica terlalu mendominasi obrolan. 

“Kayaknya gue nyesel potong rambut, deh. Kependekan, tau, Marsha.”

“Apaan, sih? Itu ekor rambut lu aja masih nyentuh leher. Kependekan dari mana?”

“Poni gue yang gue maksud. Kependekan. Nggak banget ini, Marsha. Nggak banget!”

“Terserah lu, deh.”

*****

Kita kembali ke danau buatan lagi. Masih tetap sama. Hanya ada Noel dan Marsha di atas perahu. 

“Aku mau terbang, deh.” celetuk Marsha nyengir.

“Memang bisa apa?” ujar Noel terkekeh-kekeh. 

“Katamu, aku ini bidadari. Di setiap e-mail yang kamu tulis buat aku, kamu sering berkata aku ini seperti bidadari buat kamu."

“Kamu lucu, Marsha. Itu hanya metafora. Bukan berarti kamu bidadari, t'rus bisa terbang ke angkasa.”

“Yah, sudah, aku terbang ke hati kamu saja, deh. Pasti bisa, kan?”

Noel bergerak hati-hati ke arah Marsha dan memeluk perempuan tersebut. “Sangat bisa, Marsha. Dan, aku pasti akan segera menangkap kamu, biar kamu nggak jatuh.”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya PART 21: Makin Mesra di atas Danau
1
0
“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya… …selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah? “Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”*****Siapa mau Buket Mentos atau Yupi untuk rekan-rekannya yang sedang merayakan sesuatu! Bisa hubungi Evie di 0812-2190-1124.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan