Minggu Paskah: Jika Firman sedang Cemburu

1
0
Deskripsi

"Nyatanya?" semprot Firman ketus. "Aku lihat tangan dia megang rambut kamu. Duduknya dempet-dempetan gitu kayak pacar kamu itu dia."

*****

Kacang Gimbal - Warung EdanE

0811-8606-677

post-image-661bf7613a87a.jpg

"Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka. Karena hati mereka memikirkan penindasan dan bibir mereka membicarakan bencana.“

Begitulah yang Firman baca dari ‭‭Amsal‬ ‭24‬:‭1‬-‭2‬. Ia heran saja, mengapa nats itu mengingatkan dirinya dengan kejadian dua hari lalu--saat perayaan Jumat Agung?

Hari jumat yang lalu, Firman mendapati Gideon dan Greyzia duduk di salah bangku gereja seperti sepasang kekasih sedang dimabuk asmara. Bahkan, di mata Firman, Greyzia seperti membiarkan salah satu tangan Gideon menyentuh rambut panjangnya. Membayangkan saja, ia sudah panas sekali di dalam kamar. Padahal mesin pendingin udara sudah dinyalakan dan suhunya sekitar 20 derajat celcius.

Firman masih ingat bagaimana kelanjutannya.

***

Greyzia berkata dengan tegang, "Kamu salah paham, Bang. Ini nggak kayak yang kamu pikirin."

Firman membalas dengan ketus, "Masuk akal nggak, perempuan yang sudah punya pacar, ngebiarin cowok lain nyentuh rambutnya? Cara duduk kamu juga aneh banget di dalam gereja. Terlalu dekat yang aku lihat. Kalau aku nggak lihat sendiri, bisa aja ada orang lain yang kasih tahu kita, dan mungkin aja ributnya lebih parah dari ini."

"Tapi aku juga udah coba ngindar. " tangkis Greyzia defensif. "Aku selalu ingat kamu. Makanya, kalau kamu peratiin dari awal, aku beberapa kali ngindar. Udah gelisah."

"Nyatanya?" semprot Firman ketus. "Aku lihat tangan dia megang rambut kamu. Duduknya dempet-dempetan gitu kayak pacar kamu itu dia."

Sekonyong-konyong Gideon menyelinap ke dalam obrolan dan berkata sembari menundukkan kepala, "Gue minta maaf, Bro. Gue janji ini nggak akan terjadi lagi. Gue khilaf. Lupa kalau lagi bareng pacarnya teman. Maaf, yah, Bro."

"Ah, udahlah, gue pusing." kata Firman yang masih meradang. Selanjutnya, Firman melipir dan meninggalkan Greyzia yang masih berdiri di dekat Gideon. Dari arah agak jauh, ia melihat Greyzia tampak bingung dan coba berjalan menjauhi Gideon. Sahabatnya itu kelihatan seperti orang yang menyesali perbuatannya.

***

Kedua air mata Firman mulai menitikkan air mata. Pandangannya teralih ke kitab suci. Ia baca ayat-ayat selanjutnya. Yang cukup dalam hati saja. Ia rasa dengan membaca ayat kitab suci dalam hati, akan menelusup ke dalam sanubari dan menyembuhkan apa yang luka di dalam.

Firman mulai membaca dalam hati.

'Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan,

dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.

Orang yang bijak lebih berwibawa dari pada orang kuat, juga orang yang berpengetahuan dari pada orang yang tegap kuat.

Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak.

Hikmat terlalu tinggi bagi orang bodoh; ia tidak membuka mulutnya di pintu gerbang.

Siapa selalu merencanakan kejahatan akan disebut penipu.

Memikirkan kebodohan mendatangkan dosa, dan si pencemooh adalah kekejian bagi manusia.

Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.'

Tampaknya pikiran Firman sedang berantakan. Jangankan untuk minggu pagi ini, kemarin saja ia uring-uringan. Ibu Tiur beberapa kali memergoki ia sedang bermuram durjana. Lebih sering cemberut daripada tersenyum. Ia selalu enggan untuk menceritakan masalahnya kepada ibu kandungnya sendiri.

Pun, tampaknya ayat-ayat dari kitab Amsal itu hanya masuk telinga kanan untuk keluar dari telinga kiri. Tidak benar-benar diresapi oleh Firman. Di benak Firman, bahkan masih terbayang-bayang kejadian hari jumat siang itu. Saat Firman mendadak masuk ke dalam ruang ibadah dan memergoki Greyzia membiarkan tangan Gideon menyentuh rambut panjang perempuan tersebut. Sebetulnya cara duduk antara Greyzia dan Gideon tidak terlalu dekat. Masih ada jarak, dan sepertinya akan melebar, karena Greyzia terus menerus coba menjauhi Gideon. Namun, namanya juga laki-laki yang sedang cemburu. Di pikiran Firman, tidak seperti itu. Di pikiran laki-laki berdarah Batak tersebut, Greyzia tebar pesona yang bahkan ke sahabatnya sendiri.

Firman mengusap-usap wajahnya dari atas ke bawah. Dengan hati-hati ia mengucek-ucek mata. Yang sebetulnya lebih mirip memijat-mijat pelupuk mata. Di saat seperti itulah, ia teringat kejadian di masa lalu antara dirinya dan Gideon. Itu sebelum Firman mulai mengenal dan berpacaran dengan Greyzia.

***

"Memang lu sukanya ngumpul sama siapa, Bro?" tanya balik Gideon terkekeh-kekeh. Ia langsung menusuk salah satu daging bakso dengan garpu dan memasukkannya ke dalam rongga mulut.

Firman terkekeh-kekeh pula dan ikut menyantap bakso. Sesekali ia mengisap rokok sejenak. Yang ada kalanya ia minum teh manis.

"Lu tahu, nggak, Bro?" ujar Gideon dengan mulut yang masih mengunyah bakso. "Bahkan sosiolog saja tahu bahwa kita ini hanya akan berkumpul dengan orang-orang yang kita kagumi. Waktu kita rindu menjadi seperti si Johan, maka kita kemungkinan akan kumpul bareng orang-orang macam Johan."

"Kenapa bawa-bawa si Johan?" tanya Firman tertawa. "Mending abisin dulu bakso yang ada di mulut lu."

Gideon tampak kepayahan dalam mengunyah bakso. Ia akhirnya malah tersedak. Tergesa-gesa ia minum teh manis.

"Tuh, kan." ucap Firman nyengir. "Makanya, makan dulu. Jangan disambilin ngomong. Kesedak, kan?!"

Setelah minum, Gideon terkekeh-kekeh dan berkata, "Sampai sekarang, gue nggak pernah menyesal punya teman kayak lu, Man."

Firman nyengir dan minum teh lagi.

***

Sementara itu, di dalam kamar Greyzia, perempuan itu pun baru saja menyelesaikan pembacaan kitab suci yang diambil dari 2 Petrus 3: 16. Yang di salah satu ayat, Greyzia merasa seperti sedang ditegur.

"Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya."

Greyzia sedikit menafsirkan secara berbeda apa yang ditulis oleh Rasul Paulus tersebut. Yang mana ia artikan bahwa dirinya harus bersabar dengan kelakuan Firman. Tuhan saja mau bersabar dalam menuntun dirinya. Sudah seharusnya ia bersabar menghadapi kelakuan Firman, kekasihnya tersebut. Lagi pula, sepertinya Greyzia sadar bahwa ia memang belum terlalu mengenal Firman. Bisa saja kejadian saat Jumat Agung yang sudah berlalu, itu memang kesalahan dirinya. Sudah selayaknya, saat itu, Greyzia langsung berdiri dan meninggalkan Gideon dengan dalih ke toilet. Atau, Greyzia bisa memandang Gideon dengan galak saat tangan Gideon iseng berada di rambut Greyzia.

Kitab suci itu belum ditutup sepenuhnya oleh Greyzia. Pandangan Greyzia masih ke halaman kitab Petrus tersebut. Namun, pikiran perempuan itu tidak ke ayat-ayat dalam 2 Petrus 3 tersebut. Ia mengucapkan doa pendek dalam hati.

"Ya, Tuhan, hanya kepada-Mu aku berserah. Aku harap amarahnya Firman mereda. Jujur, aku sebetulnya tidak tahu di mana letak kesalahan aku. Mungkin kemarin itu ia hanya cemburu, yang sebetulnya aku senang dengan perasaan cemburunya. Itu artinya, dia memang sangat mencintai aku. Mungkin juga pula, Tuhan, memang salahku yang kurang dalam hal pengendalian diri. Aku mohon ampun karena membiarkan laki-laki lain bermain agak jauh. Semoga saja hari ini amarahnya mereda dan mau membuka komunikasi kembali dengan aku. Sudah sehari ini ia belum kunjung membalas chat aku. Semoga saja seperti itu, Tuhan. Amin."

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Minggu Misericordias Domini: Greyzia Minta Maaf
1
0
Anggap saja aku memang selingkuh dari kamu. Makanya aku minta maaf dan janji buat lebih menghargai kamu.*****Siomay Dimsum Homemade0857-1908-7977
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan