
”Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan Tuhan senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.“
***
Kacang Gimbal
Warung EdanE 0811-8606-77

Ganti Firman yang uring-uringan. Sebelumnya Greyzia yang gelisah tak keruan. Kali ini Firman yang khawatir. Gigi-gigi Firman bergemelutuk. Pikirannya melayang ke mana-mana. Bukannya menyimak khotbah yang masih dibawakan Eddie Tjandra, ia malah memperhatikan Greyzia yang duduk beberapa baris dari bangkunya.
Firman menghela nafas. Ia menyesali keputusannya terdahulu. Andai ia masih bisa menerima penjelasan dan kata-kata minta maaf dari Greyzia, mungkin tidak akan seperti ini. Sekarang, ia menuai apa yang ia tabur. Greyzia yang sebenarnya masih ia cintai, mendadak dingin. Tadi saja, saat ia bertemu dengan Greyzia di meja penyambut tamu, Greyzia untuk kali pertama membuang muka.
”Jangan menjadi marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri kepada orang fasik. Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam. Yang diambil dari Amsal 24:19-20, yang tadi sudah kita bacakan secara bergantian. Oh iya, Saudara-Saudara, apa ada yang sedang marah? Jangan lama-lama kalau sedang marah. Rasa amarah membuat peredaran darah dalam tubuh kita menjadi kacau. Itu bisa memicu beragam penyakit mengerikan lainnya. Tidak hanya tentang penyakit, rasa amarah bisa menimbulkan masalah-masalah baru lainnya. Makanya, jangan berlarut-larut kalau sedang marah."
Sejenak Firman memperhatikan apa yang disampaikan oleh pendeta utama gereja tersebut. Ia merasa tersentil dengan apa yang disampaikan oleh Pendeta Eddie Tjandra tersebut. Ia sekonyong-konyong teringat akan rasa cemburu membabi-butanya ke Greyzia. Rasa cemburu yang akhirnya sepertinya berubah menjadi rasa amarah. Mungkin itu sudah berubah menjadi rasa dendam. Ia bahkan ingin Greyzia merasakan sakit hati yang sama, yang ia rasakan.
Astaga, jantung Firman berdegup lebih kencang. Ini ada apa yang terjadi? Mengapa laki-laki itu merangkul Greyzia? Dianggap apa Firman selama ini?
Firman lalu mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Ia merasa tidak pernah meminta putus. Greyzia pun, yang ia ingat, tidak pernah bilang putus. Lantas, mengapa laki-laki bernama Felix itu merangkul Greyzia Greyzia?
Sekonyong-konyong Firman teringat kata-kata Greyzia kepada Felix beberapa hari lalu, yang sudah hampir seminggu terlewati.
"Yah, kamu harus semangat, Liks. Ayo, semangat. Yuk, bisa, yuk. Aku aja bisa, masa kamu nggak?"
Sebenarnya, apa yang sedang terjadi? Apa ini alasan di balik pemblokiran kontak dan akun media sosial Firman? Bukankah pernah Firman dengar bahwa ada cara memutuskan hubungan seperti ini?
"Kenapa manusia mengalami iri hati? Yang pertama, karena kita merasa berhak mendapatkan sesuatu. Kita bahkan lupa bahwa hidup ini berdasarkan anugerah Tuhan. Kita seharusnya tidak boleh memiliki perasaan tersebut. Kita harus merasa layak. Bahkan, di saat perayaan kenaikan Tuhan Yesus Kristus. Eh, apa saudara-saudara tahu, bahwasanya hanya di negara ini, ada hari libur untuk memperingati kenaikan Tuhan Yesus Kristus? Ada amin, saudara-saudara?"
Mengalun-alun hingga otak Firman, apa yang Pendeta Eddie Tjandra sampaikan.
Firman menghela nafas dan mengusap-usap wajahnya. Kebingungan, kekalutan, kecemburuan, hingga kemarahan. Itu semua sedang menaungi hati dan pikirannya. Ingin sekali Firman menghajar laki-laki bernama Felix tersebut.
Ah, apakah doa kecil yang diucapkan Firman secara spontan dalam hatinya itu dikabulkan Tuhan?
Laki-laki bernama Felix bangkit dari bangku dan bergerak ke arah pintu keluar. Tanpa pikir panjang lagi, Firman berdiri juga. Firman mengikuti Felix, yang ternyata laki-laki itu berjalan menuju toilet pria. Firman sontak berjalan cepat dan menarik lengan Felix.
"Ada apa ini?" tanya Felix melotot. Logat Flores cukup terasa keluar dari mulut Felix. "Kamu mau apa?"
"Maksud kau apa mesra-mesraan sama Zia?" tanya Firman balas melotot. Aura Batak Firman langsung keluar.
"Zia?" tanya balik Felix mengernyitkan dahi, nyengir.
"Greyzia, maksudku." kata Firman memperjelas maksudnya. "Kenapa kau rangkul-rangkul Greyzia?"
"Loh, tidak boleh merangkul pacar sendiri?" tanya Felix nyengir.
"Pacar?" Ganti Firman yang mengernyitkan dahi. Firman makin emosi. "Apa, pacar? Pacar kau, Greyzia itu?"
Felix terbahak-bahak. "Yah, iyalah, Greyzia itu pacar aku, Lae. Masa tidak boleh merangkul pacar sendiri?"
Tawa Firman mau meledak. "Hahaha... jangan halu kau itu. Greyzia itu pacar aku, lah."
"Bukannya kamu yang halusinasi, Lae?" ledek balik Felix. "Baru saja beberapa hari yang lalu, dia menerima aku sebagai pacarnya. Dia bilang sendiri ke aku, baru putus dari pacarnya."
Seperti ada pedang yang menghujam ulu hati Firman. Sakit sekali. Apakah Felix menyatakan sebuah realita? Atau, inikah alasan di balik pemblokiran tersebut?
"Sudah, yah, Lae," kata Felix masih coba ramah dan tersenyum ke arah Firman. "Jangan ganggu aku yang mau buang air kecil dengan fantasi kamu itu."
***
Minggu ini merupakan Minggu Exaudi. Minggu Exaudi merupakan minggu dimulainya Paskah Oktaf. Minggu ini sendiri akan berakhir pada Minggu Trinitatis. Kembali kepada Paskah Oktaf, itu memiliki arti 'kemenangan yang diberikan dari sorga'. Sementara kata Exaudi berasal dari bahasa Latin. Audi domine, exaudi me. Itu berarti: "Dengarlah, Tuhan, seruan yang kusampaikan."
Seperti tertuang di dalam Mazmur 27:7. Sama seperti Daud yang terus menyuarakan permohonannya agar Allah menolongnya dalam menghadapi pergumulan. Kita pun seyogyanya seperti Daud. Hendaknya kita menyerukan pertolongan kepada Allah untuk menghadapi pergumulan di dunia ini.
Sama pula seperti Firman yang rutin berdoa agar Greyzia melunak hatinya. Agar Greyzia mau berkomunikasi lagi dengan Firman, lalu menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Perempuan itu pun mau menjelaskan mengapa tega memutuskan hubungan secara sepihak? Apa salah Firman? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Bisakah seseorang memberitahukan dirinya faktanya?
Firman memandang dari kejauhan. Perempuan yang sebetulnya masih ia cintai tersebut dipegang tangannya oleh laki-laki yang bukan dirinya. Rasa kesal, cemburu, dan sedih yang bercampur menjadi satu.
Sementara itu, dari arah yang dipandangi Firman, laki-laki bernama Felix itu mencium pipi Greyzia dan berkata, "Yah, sudah, aku mau ke ruang sekretariat gereja dulu. Semangat pelayanan sekolah minggunya, Gege."
Pipi Greyzia memerah dan tersenyum. Sebelum meninggalkan Felix, Greyzia masih sempatnya mengucapkan, "Aku sayang kamu."
"Aku lebih sayang kamu, Gege." kata Felix tidak mau kalah. Laki-laki itu memberikan ciuman jauh untuk Greyzia.
Greyzia menangkapnya dan tersenyum. Setelah itu, ia berjalan menuju gedung sekolah minggu. Namun, sebelumnya ia mampir dulu ke toilet perempuan. Di depan pintu toilet perempuan, berdiri sesosok perempuan yang ia kenal. Perempuan berkacamata dan senang sekali menguncir kuda rambut panjangnya tersebut adalah Christy, rekan sesama guru sekolah minggu.
"Ada apa, Ty?" tanya Greyzia tersenyum.
"Kamu sekarang sama cowok lain, Zia?" tanya Christy menggeleng-gelengkan kepala, yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat beberapa menit yang lalu.
Greyzia mengangguk dan tersenyum, seolah-olah tidak bersalah sedikit pun.
"Abang itu gimana?" tanya Christy mengernyitkan dahi. "Hari selasa kemarin, dia bahkan telepon aku. Kamu blokir nomor WhatsApp dia?"
Greyzia mendadak menghela nafas dan mengangkat bahu. Katanya gelisah, "Nggak tahu, yah. Malas aku sama sifatnya itu lama-lama. Yang jelas, yang sekarang ini beda sama yang dulu. Aku lebih merasakan kenyamanan yang aku nggak dapatkan sebelumnya."
Christy menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, "Kamu kerasukan apa? Ini kayak bukan Greyzia yang aku kenal."
"Hahahaha... udah, yah," Greyzia melengos begitu saja menuju salah satu bilik.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
