Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel."
Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya.
Masih tentang aku dan demam Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang
Cuacanya cerah, kok, selama penyelenggaraan Piala Dunia
Begitu pulang sekolah, aku langsung minta uang ke Mami untuk pergi ke barbershop. Ditemani Mbak Nenti, salah satu pembantu rumah tangga di keluarga aku. Kenapa tidak sendiri saja? Aku tidak tahu. Aku hanya merasa nyaman ke barbershop, jika ada yang menemani. Penakut, yah, aku?
Di sana, aku bilang saja ke tukang pangkas, aku tadi ditegur Pak Effendi, karena rambutku sudah gondrong. Si Abang tertawa, dan segera memotong rambut aku agar aku tak dihukum di sekolah nanti.
Malamnya, di tengah-tengah menonton Piala Dunia (yang sesekali mengintip tayangan sinetron “Tuyul dan Mbak Yul”), aku mengerjakan PR Matematika yang susahnya bukan main. Sudah menggunakan kalkulator, masih saja susah. Mana besok ada ulangan Matematika. Masa bodoh, jika nanti dapat merah. Aku memang paling lemah Matematika. Saat Ebtanas yang lalu, dalam rangka mempersiapkan Ebtanas, selama enam bulan aku les privat Matematika dengan Pak Gomal. Pak Gomal, apa kabar, yah?
Besoknya, sesuai dugaan, ulangan Matematika-nya susah sekali. Tadi aku diam-diam mencontek Lausandi, teman aku yang semester lalu menjadi juara kelas. Dia ini lumayan jago di mata pelajaran Matematika. Untungnya tidak ketahuan Pak Effendi. Wah, cambang aku bisa ditarik sekencang-kencangnya. Sakit, kan, Pak.
Sekitar jam satu siang, abang sepupu aku yang bernama Joni datang. Aku senang sekali. Jujur, saat dia tidak tinggal di sini lagi, ada yang hilang. Aku, dia, dan Kitty asyik sekali membicarakan Piala Dunia. Bang Joni menjagokan Argentina, sementara aku tetap Perancis. Aku berharap Zinedine Zidane bisa mengangkat trofi Piala Dunia lagi. Pasti keren banget.
Tadinya begitu, kenyataannya yang terjadi sebaliknya. Perancis gagal mengalahkan Uruguay. Imbang. Alvaro Recoba juga tampil lumayan bagus. Tapi, tetap Zinedine Zidane adalah pemain sepakbola favorit aku.
Keesokan harinya, hasil ulangan dibagikan. Kan, benar, kan. Sudah kuduga. Ulangan Matematika kemarin, nilaiku parah sekali. Empat koma lima. Waduh, dan Pak Effendi minta hasil ulangannya ditandatangani orang tua. Astaga, mampus aku. Kok bisa dapat segini, padahal sudah mencontek Lausandi? Lausandi saja dapat delapan puluh lima. Nilai paling tinggi diraih oleh Nozel. Dia dapat nilai sempurna.
Tuhan, aku pengin sekali sejago Lausandi, Nozel, atau Misandi dalam hal Matematika. Kok aku bego banget?
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰