Episode : Kenangan Tersisa di Debby

2
0
Deskripsi

/ Mengapa pergi begitu saja / Kau tinggalkan aku / Padahal 'ku masih merindukanmu / Betapa susah cari yang seperti dirimu / Tapi, mereka tetap bukan dirimu /

*****

/ Mengapa pergi begitu saja / Kau tinggalkan aku / Padahal 'ku masih merindukanmu / Betapa susah cari yang seperti dirimu / Tapi, mereka tetap bukan dirimu /

Lagu ini begitu melegenda. Kondang sebagai lagu yang penuh nuansa mitos. Memang sulit dibuktikan, namun cerita kengerian lagu itu sudah ke mana-mana.

Percaya atau tidak, gadis muda ini hampir saja mau menerjunkan dirinya sendiri dari lantai dua rumahnya. Seorang pedagang bakso dan beberapa tukang ojek menjadi saksi matanya. Aneh bin ajaib. Yah, benar-benar ajaib, sebab gadis itu tidak terjatuh. Seperti ada yang menyelamatkan si gadis.

Malam ini, gadis itu sedang disidang oleh kedua orangtuanya. Si gadis hanya bisa menundukkan kepala. Dengan melirik pelan-pelan (karena masih menghargai  posisi kedua orangtuanya), si gadis menatap ayah dan ibunya.

Sang ayah menggelengkan kepalanya. “Safira, coba jelaskan, apa maksud perbuatan kamu tadi siang?”

Ibunya ikut menimpali, “Kamu marah sama Abi dan Umi, Safira? Umi rasa kami berdua selalu berusaha memenuhi keinginan kamu. Kami selalu membicarakan baik-baik.”

“Kamu paham, tidak, maksud dari tindakan kamu itu, Safira?” desak ayahnya agar gadis bernama Safira itu segera memberikan penjelasan atas aksi nekat Safira yang mungkin saja andai tak ada sosok tak kasatmata yang menolongnya, Safira hanya sudah tinggal nama.

“Abi sama Umi kamu cemas, Safira.” ujar ibunya lagi. “Kami belum siap kehilangan darah daging kami sendiri. Kalau ada masalah, ceritalah ke Umi. Umi tidak pernah mengejek kamu punya cerita juga, kan?”

Safira lagi-lagi hanya menundukkan kepala. Ia benar-benar sulit mengatakan alasan sebenarnya dirinya hampir saja mau menerjunkan diri ke lantai dasar dari lantai dua rumahnya yang cukup mewah. Sanggupkah kedua orangtuanya menerima ceritanya yang aneh dan berbau mistis?

Hari ini Safira pulang cepat dari sekolah. Sebetulnya sekolahnya tidak mengizinkan setiap murid untuk pulang lebih dahulu dari jadwal. Setiap murid harus mengikuti jalannya pentas seni--alias pensi--dari awal hingga berakhirnya acara tersebut. Sejak pukul tujuh pagi hingga pukul empat sore. Murid-murid sekolahnya itu harus tetap ada di sekolah, entah mereka berpartisipasi sebagai pengisi acara maupun hanya menjadi penonton.

Entahlah. Tak biasanya juga Safira main pulang begitu saja. Dasar hoki. Padahal itu pengalaman pertama, Safira bisa pulang ke rumah tanpa ada izin resmi dari guru piket. Safira dan beberapa temannya sungguh memanfaatkan kelengahan guru-guru sekolah tersebut. Satpam sekolah itu pun tak tahu menahu. Si satpam hanya tahu tak ada murid-murid sekolah itu yang main pulang sebelum waktunya.

Tadi, sebelum pulang ke rumah, Safira dan lima orang temannya mampir dulu ke warung bakso. Seperti layaknya gadis-gadis remaja, yang mereka bicarakan tak jauh dari cinta, gosip selebrita, dan fashion. Sampai akhirnya, Safira diceritakan tentang gosip sebuah lagu. Menurut salah seorang temannya, lagu ini terkenal bernuansa mistis. Inspirator lagu ini, menurut rumor, bunuh diri setelah ditinggal mati pacarnya. Siapapun yang mendengar lagunya, ada desas-desus yang mengatakan bahwa yang bersangkutan akan didatangi oleh hantu perempuan yang bernama Debby. Karena gosip seputar lagu itulah, Safira tergesa-gesa pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tanpa berganti pakaian, Safira menyalakan komputer dan mencari lagu fenomenal itu di Youtube.

/ Mengapa pergi begitu saja / Kau tinggalkan aku / Padahal 'ku masih merindukanmu / Betapa susah cari yang seperti dirimu / Tapi, mereka tetap bukan dirimu /

Lagu itu berjudul "Kenangan Tersisa di Debby". Safira mulai mendengarkan lagu yang katanya mistis tersebut. Biar lebih merasakan keindahan lagunya, Safira mendengarkan lagu itu dengan headset, dan bukan tanpa speaker. Sekali mendengarkan, tak terasa apa-apa. Padahal Safira mendengarkan lagunya dari awal hingga akhir. Tanpa jeda.

"Biasa aja," ujar Safira nyengir. "Denger lagi, ah. Lagu 'Kenangan Tersisa' ini emang bagus, gue akui. Agak-agak sedih gitu, tapi kalau didengerin tanpa dinyanyiin liriknya, lagu ini tergolong easy listening. Coba dengerin lagi, ah."

Lagu "Kenangan Tersisa di Debby" diputar sekali lagi oleh Safira. Kali ini Safira menyanyikan lagu ini sembari menyanyikan ulang lagu ini. Di pikiran Safira, masih bagusan juga gue ketimbang penyanyinya.

/ Mengapa pergi begitu saja / Kau tinggalkan aku / Padahal 'ku masih merindukanmu / Betapa susah cari yang seperti dirimu / Tapi, mereka tetap bukan dirimu /

Keanehan mulai muncul. Tepat di menit 01:00, Safira tercengang. Saking tercengang, Safira melepaskan headset yang ia kenakan di kepalanya. Gadis berpakaian putih abu-abu ini siapa? Seingat Safira, gadis berseragam sekolah menengah atas ini sebelumnya tidak ada. Safira mulai memutar ulang lagu "Kenangan Tersisa di Debby".

Kaget bukan kepalang, si Safira ini. Masih di menit yang sama, tapi tak Safira temukan gadis yang mungkin pelajar SMA itu. Ah, mungkin gue salah lihat, begitu analisis Safira dalam pikirannya sendiri. Lagu itu diputar ulang.

/ Mengapa pergi begitu saja / Kau tinggalkan aku / Padahal 'ku masih merindukanmu / Betapa susah cari yang seperti dirimu / Tapi, mereka tetap bukan dirimu /

Sekonyong-konyong Safira menelan air liur. Jantung Safira berdebar-debar lebih kencang dari sebelumnya. Si gadis berseragam SMA itu muncul lagi.

"Lah, tadi, kan, nggak ada," Mungkin karena terlalu histeris, tanpa sadar Safira berbicara sendiri, yang tanpa sadar pula, perempuan itu seperti mendengarkan sebuah bisikan.

Bisikan yang sepertinya suara seorang gadis muda yang sebaya dirinya dan bisikan itu berkata, "Loh, suka-suka gue, dong, mau muncul kapan aja. Ini single, single gue juga. Lagian, ngapain lu dengerin single ciptaan pacar gue? Lu abis patah hati? Kalo patah hati, mending ikut gue aja. Mati bareng, maksud gue."

Safira tertawa sendiri di dalam kamarnya yang sudah dikunci dan kondisi mesin pendingin udaranya telah dinyalakan. Safira mulai membalas bisikan yang masuk ke dalam relung alam bawah sadarnya. 

“Kenapa juga gue harus mati? Gue nggak lagi patah hati, kok. Gue baik-baik aja. Gue dengerin lagu ini karena pengin buktiin kebenaran rumornya aja. Nggak lebih dari itu. Apa itu salah?”

Si gadis berseragam SMA yang ternyata Debby itu membalas seraya tertawa cekikikan. “Ah, masa? Kalau bukan patah hati, terus apa namanya? Suka sama cowok, kok nggak berani nyatain?”

Safira terperanjat. Si gadis ini mengapa bisa tahu bahwa ia sedang menaksir kakak kelasnya, namun lebih memilih untuk memendam perasaannya saja, karena ingat pesan ibunya untuk tidak berpacaran selama masih bersekolah? 

“Bingung, kan, kenapa gue bisa tahu?” pancing Debby, hantu gadis SMA yang digosipkan mati bunuh diri itu. 

Sontak, di layar monitor, Debby mulai menunjukkan sosoknya lagi. Kali ini Debby terlihat sedang bermain gitar sembari menyanyikan lagu yang memang benar, lagu itu diciptakan oleh pacarnya yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas. 

/ Mengapa pergi begitu saja / Kau tinggalkan aku / Padahal 'ku masih merindukanmu / Betapa susah cari yang seperti dirimu / Tapi, mereka tetap bukan dirimu /

*****

Suatu malam di sebuah rumah tua. Di pekarangan rumah itu, sedang ada rapat. Masih dipimpin oleh sosok makhluk gaib yang bukan arwah orang meninggal. Sosok makhluk gaib itu menjadi pemimpin dari arwah-arwah yang sedang berkumpul. Kurang lebih ada sepuluh arwah. Hantu bernama Debby berada di dalam rapat para hantu. 

Hantu Debby itu tertawa cekikikan seperti kuntilanak saja. 

Pemimpin rapat itu menggelengkan kepalanya, lalu mendesah. “Kamu masih saja iseng seperti itu. Untuk apa kamu terus menyebar teror ke mana-mana? Sudah banyak korban berjatuhan karena ulahmu. Kalau saja tidak kutolong, gadis itu bisa mati kamu buat."

Hantu Debby itu sungguh hantu nakal bin jahat. Yang ia pikirkan hanyalah egonya. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Episode : Mati di Kampung Gaib
2
0
“Mereka semua aneh, walau lebih ke arah pucat. Nggak heran, sebetulnya. Aku cuma bingung.”*****
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan