Episode : Bermain bersama Hantu

3
0
Description

"Dia tuh, yang udah meninggal. Lagian, dia itu sepupu gue yang udah meninggal tahun lalu. Gue sendiri kaget kenapa bisa ketemu akun yang seharusnya udah ditutup."

*****

Ini adalah game kesukaanku. Dari semua permainan moba, ini yang aku sukai. Aku sangat suka bermain Legends of Hero. Bisa berjam-jam sudah, aku akan habiskan waktuku. Lihat saja hari ini.

Mumpung ini hari minggu. Masih jam tujuh pagi, aku sudah memegang gawai. Sudah terpasang ke gawai aku. Masih proses unduh. Sambil menunggu unduhannya selesai, aku mandi dulu. 

Oke, sudah selesai. Proses mandi aku sudah selesai. Proses unduhannya pun telah berakhir. Mulai aku setel Legends of Hero. Daripada permainan-permainan daring lainnya, Legends of Hero ini yang lebih cepat proses unduh dan tunggunya. Lima menit aku sudah melihat kembali tampilan permainannya sebelum masuk ke dalam arena. Langsung saja aku klik 'ranked game'.

Sedang proses matchmaking. Pencarian para pemain yang akan diadu di dalam Area of War. Lama juga prosesnya. Sudah lima kali, belum tersangkut juga. Aku coba klik lagi. Wah, syukur, deh, berhasil masuk. Saatnya pemilihan hero yang aku akan gunakan.

Waduh, ini apa-apaan? Ayolah, masa dua orang memilih role marksman. Padahal aku juga ingin menggunakan marksman. Aku sangat jago menggunakan hero dengan role marksman.

Kuketik di kolom obrolan.

"Gan, gantilah, mm satu aja," Begitu aku mengetikkan isi hati aku ke dalam kolom obrolan.

Tanpa butuh waktu lama, seseorang merespon. Nickname-nya 'Siksa Kubur'. Si Siksa Kubur menuliskan seperti ini, "Gue bisanya cuma mm, Bang. Gimana, dong?"

Aku menghela napas. Apa aku mengalah saja? Mungkin si Siksa Kubur memang benar-benar hanya menguasai hero dengan role marksman. Aku mulai memperhatikan hero demi hero yang digunakan. Dua marksman, satu assasin, dan satu mage.

"S5 tank, gue nggak mau tauk," ujar S1 dengan nickname Goodie-Goodie. Dia menggunakan Churrong yang memiliki role assassin.

Ah, tanpa kamu bilang pun, aku pasti memilih tank. Kupilih Arjuna. Aku lumayan jago menggunakan Arjuna.

Drama pemilihan hero sudah berakhir. Proses tunggu lagi, yang agak lama. Akhirnya, aku masuk juga ke dalam Area of War. Sebelum memulai serangan, aku membeli item dulu, langsung menuju lane.

Langsung sat-set-sat-set. Klik sana, klik sini. Arjuna ini terus kugerakkan untuk mempertahankan menara tim. Aku juga ikut menyerang bersama Nia, hero yang dipilih oleh Siksa Kubur. Iya, si Siksa Kubur ini memilih hero Nia. Harus aku akui, si Siksa Kubur ini lumayan jago menggunakan Nia. Hero musuh berhasil mati sebanyak tiga kali. Satu menara tim lawan berhasil dihancurkan.

"GG, lah, lo," Kuketikkan sesuatu untuk memuji permainan si Siksa Kubur.

Jawab si Siksa Kubur, "Makasih. Elo juga hebat."
Permainan makin memanas. Timku unggul cukup telak. 21-5. Cukup banyak menara tim lawan yang hancur. Sedikit lagi tim aku pasti menang. Selangkah lagi aku akan masuk ke tier Legend. Senangnya hatiku. Setelah beberapa hari lalu, sering kalah beruntun, dari semalam, aku menang terus hingga ini akan menjadi kemenangan ke sepuluh. Tinggal sedikit lagi, sampai...

...lah, aku bingung kenapa ada yang mengajukan permintaan untuk menyerah. Kuklik saja tombol merah. Aku tidak mau menyerah. Untungnya, mayoritas anggota tim menolak untuk menyerah. Aku segera bertanya.

"Kenapa menyerah, Gan? Kita bentar lagi menang, loh." tanyaku gemas.

"Nyerah aja, Bang. Mending nyerah." jawab Goodie-Goodie.

"Situ sehat?" tanyaku lagi agak kesal. Hampir saja aku mau membanting ponselku.

"Kalau mau nyerah, nanti gue jelasin abis game ini. Pada nyerah, woy."

Sepertinya si Goodie-Goodie ini sedang tidak berniat untuk bermain. Mungkin jaringannya sedang bermasalah. Aku paham. Kuikuti saja kemauannya.

Goodie-Goodie mengajukan permohonan untuk menyerah. Kali ini aku dan yang lainnya memilih tombol hijau. Timku kalah. Tim lawan malah epic comeback. Timku dihujat oleh satu-dua pemain dari tim lawan.

"Kok nyerah?"

"Akhirnya mengakui kehebatan Ginger gue yah, Bos.".

Berikutnya, si Goodie-Goodie mengirimkan aku pesan pribadi. Tidak hanya aku, namun juga ke dua pemain lain, kecuali Siksa Kubur. Sepertinya Goodie-Goodie memiliki alasan tersendiri untuk tidak mengundang Siksa Kubur.

"Tadi sengaja gue minta kalah  aja." Begitu pesan pertama si Goodie-Goodie.

"Lah, emangnya kenapa harus nyerah, Bro?" tanya Churrong Tiktok.

"Padahal kita hampir menang." timpal aku. 
"Yang tadi make Nia, pada lihat, kan? Yang nick-nya Siksa Kubur, terus fotonya agak serem gitu?" ujar Goodie-Goodie lagi.

"Emangnya kenapa, Bro?" tanya Super Ying. 
Goodie-Goodie mulai menjelaskan alasan ia meminta kami untuk menyerah saja. Juga, alasan kenapa ia tidak mengundang Siksa Kubur. Akan tetapi, dia menjelaskannya tidak melalui obrolan permainan tersebut. Hanya yang berminat untuk mengetahui hal itu saja. Yang salah satunya itu aku. Satu-satunya.

Aku memberikan nomor pribadi aku ke Goodie-Goodie. Tanpa butuh waktu yang lama, Goodie-Goodie langsung mengirimkan pesan. Yah, memang aku satu-satunya. Yang lainnya, menurut pengakuan Goodie-Goodie, mereka berdua tidak tertarik.

Goodie-Goodie memperkenalkan dirinya sebagai Agus. Sementara aku mengenalkan diriku bernama Irfan.

"Jadi, ada alasannya kenapa gue minta nyerah,"

"Memangnya kenapa?"

"Akun tadi itu nggak wajar."

"BOT maksudnya. Kan, wajar di game itu, sering nemu akun BOT."

"Bukan sekedar BOT, Bro. Lu emang nggak pernah denger gosipnya?"

"Gosip soal apaan?"

Sampai di sini, sontak bulu tangan aku mendadak berdiri.

"Menurut gosip, akun bernama Siksa Kubur itu yang pegang arwah orang yang matinya tragis."

Untungnya, dia dan aku saling mengobrol di aplikasi chat ini. Meskipun demikian, yah, tetap saja, aku merinding.

"Yang bener, Bro?"

"Seriusan, Bro. Udah dua bulanan. Dan, gosipnya lainnya, andai tim kita menang, bakal ada yang mati. Soalnya, ada yang bilang, kalau di tim kita, nemu akun Siksa Kubur itu, terus menang, siap-siap aja, ada yang meninggal."

"Hahaha... jangan ditanggepin serius, Bro."

"Gue nggak bohong. Gue saksinya. Udah ngalemin sendiri."

Berikutnya, karena si Agus ini sangat mengganggu dengan cerita-cerita bualannya, aku memutuskan untuk memblokir nomor Agus tersebut. Lalu, aku bersiap untuk pergi ke luar rumah. Untuk mencari sesuatu yang bisa kumakan di jam makan siang.

Saat aku bersiap untuk mengeluarkan motor dari garasi, ponselku berdering. Bukan dari Agus. Aku juga tidak tahu siapa. Yang tertera di layar itu malah 'unidentified number'. Biasanya aku paling malas untuk merespon nomor-nomor yang seperti ini. Lebih sering aku tolak. Akan tetapi, karena terus menerus ditelepon, mau tak mau aku terima panggilannya.

"Ada apa? Telepon terus menerus?" ujarku agak kesal.

"Ini Top Gun yang main Legends of Hero tadi?" tanya si penelepon yang sepertinya suara seorang laki-laki yang sudah berusia dua puluhan. Agak berat suaranya.

"Iya, ini siapa?" tanyaku balik.

"Ini Siksa Kubur, yang tadi pake Nia."

"Oh..."

"Tadi lu dihubungi sama si Agus, yah? Maksud gue, Goodie-Goodie."

"Iya, tadi gue sama dia chat bareng."

"Dia ngomong apa ke lu?"

"Soal takhayul gitu, sih. Cuma gue nggak percaya."

" Bagus, deh, kalo lu nggak percaya. Suka ngaco kalo ngomong, dia. Setiap yang main bareng dia, suka gitu. Lagi seru-serunya main, eh, mendadak minta kita nyerah aja. Abis itu, malah nakut-nakutin yang lainnya sama cerita nggak jelas. Eh, kalo boleh tau, dia ngomong apa? Apa soal gue?"

Aku agak tersentak. "Yah, tadi, gue jujur ngomong, kita ngomongin lu. Kata dia, masa lu udah meninggal?"

Dia tertawa terbahak-bahak.

Aku ikut tertawa.

"Dia tuh, yang udah meninggal. Lagian, dia itu sepupu gue yang udah meninggal tahun lalu. Gue sendiri kaget kenapa bisa ketemu akun yang seharusnya  udah ditutup."

Aku menelan air liur. Ini ada apa? Mana yang benar? Apa kedua orang ini sedang mengerjai aku? Mungkinkah kedua orang ini bagian dari komplotan penipu yang ujung-ujungnya meminta aku untuk mentransfer uang? Yang satu berkata yang lainnya sudah meninggal. Sementara yang lainnya berkata sebaliknya. Mana yang benar?

Tanpa sadar, aku kaget. Sejak kapan aku dan motorku sudah berada di jalan, yang itu persis di belakang mobil yang hendak mundur dan keluar dari garasi?

Mobil itu terus saja mundur, seolah-olah aku tidak berada di belakangnya. 
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Next #BanyakCeritaDiRumah Mimpikah? Atau, Sungguh Terjadi?
3
0
Aneh. Ini pengalaman yang sangat aneh. Makin tambah aneh lagi, saat ibuku berkata, “Bantu dulu cuci piring. Sudah tadi asyik-asyikan kau jalan-jalan entah ke mana, pulang-pulang langsung tidur. Bantu dulu aku cuci piring.”Cerpen ini juga menjadi bagian dari novel aku yang lainnya, ME DÉJÀVU, yang terbit di Fizzo. Di Fizzo, ditulis dengan muatan isi yang sedikit berbeda dengan yang tertulis di KaryaKarsa. *****
Is this content violating the terms and agreement? Report