Episode : Dia Ada di Sini, Dia Ada di Sana Pula

3
4
Deskripsi

[Mohon maaf jika ada kesamaan nama, tempat, dan peristiwa]

“Apa bisa seseorang berada di dua tempat sekaligus? Mustahil, kan? Seperti Superman saja, ups, maksudku, Oz si Penyihir."

Cerpen ini juga menjadi bagian dari novel aku yang lainnya, ME DÉJÀVU, yang terbit di Fizzo. Di Fizzo, ditulis dengan muatan isi yang sedikit berbeda dengan yang tertulis di KaryaKarsa. 

*****

Ready, unit Honda, hubungi :

Aris Honda NS

0812-9422-5975

Sudah jam sebelas siang. Mungkin sudah saatnya aku berpindah ke ITC Serpong yang memang tidak jauh dari mal ini, BSD Plaza. Hari ini rencanaku sebetulnya untuk berjumpa dengan Dean. Aku dan dia berjanji untuk menonton film Thailand yang baru rilis hari ini di Teraskota. 

Sebenarnya aku bisa saja berangkat dari rumah jam sebelas. Aku sengaja berangkat dari jam sepuluh. Memang aku ingin berjalan-jalan sendiri dulu sejenak di BSD Plaza ini. Dean malah tidak tahu aku sudah berada di daerah BSD, karena aku sengaja tidak memberitahukan dirinya. 

Tadi saat aku berada di BSD Plaza, aku sempat membaca beberapa novel dan komik. Berlanjut ke satu lantai di atasnya. Es pisang ijo di foodcourt itu lumayan enak. Harganya terjangkau. Setelah selesai mencicipi es pisang ijo, coba aku mampir ke bioskop. Melihat-lihat poster-poster film yang tayang di sana. Wah, ada film horor. Nanti boleh, lah, aku ajak Dean untuk menonton film horor ini. Film action ini juga lumayan. 

Sekitar satu jam aku berada di BSD Plaza. Bosan juga, sih. Kuputuskan untuk keluar dari dalam mal tersebut. Berjalan-jalan di sekitar bangunan mal, itu ide yang begitu seru. Beberapa kali aku memotret obyek-obyek foto yang menurut aku menarik dengan ponsel cerdas aku. Norak sedikit itu tidak apa-apa, kan. Sebab, sebelumnya ponsel sebelumnya tidak secanggih ponsel aku yang sekarang. Setidaknya dari segi kameranya. Aku masih ingin bernorak-norak ria dengan fitur kamera pada ponsel aku yang satu ini. 

Terkadang memotret rumah-rumah yang berada di belakang mal. Ada kalanya mengambil gambar langit daerah Serpong di waktu menjelang siang. Sesekali aku melakukan swafoto. Seru. Aktivitas ini sangat seru. Saking serunya, eh, perutku keroncongan. Tak sengaja aku berdiri tak jauh dari sebuah warung bakso. Boleh juga aku mencicipi bakso ini. Es podeng yang dijual sepertinya lezat. Tanpa pikir panjang, aku langsung masuk. 

Aku mengambil bangku yang agak jauh dari meja kasir. Kepada pelayannya, aku memesan semangkok bakso yang komplet. Hanya Rp 12.000. Aku pun memesan es podeng yang hanya seharga Rp 7000. Terakhir aku membeli sebotol minuman mineral untuk menetralisir. Juga, agar memperlancar proses pencernaan zat-zat makanan yang baru saja masuk ke dalam tubuhku. Di saat seperti itulah, ponsel aku berdering. Dari Dean. 

Bunyi dering pesan masuk. Dean mengabarkan kepada aku, dia mau berangkat ke ITC Serpong. Urusannya di penjahit sudah selesai. Aku katakan sedang berada di warung bakso dekat BSD Plaza. Nanti aku pasti jalan ke ITC Serpong. Toh, jarak BSD Plaza ke ITC Serpong tak jauh-jauh amat. 

“Oke, ditunggu,” Begitulah pesan terakhir Dean yang masuk ke dalam ponsel aku. “Gue sekitar lima belas menit lagi sampai. Jangan lama-lama.”

Tadinya aku mau beristirahat sebentar di warung bakso, yang sambil menunggu zat-zat makanan tadi benar-benar turun ke dalam lambung. Yah, sudahlah, aku bangkit berdiri. Aku hampiri pelayannya dan membayar tagihannya. Begitu si pelayan memberikan kembaliannya, aku berjalan keluar dari warung bakso, menaiki tangga jembatan penyeberangan, dan, terakhir, berjalan kaki. Cuacanya agak panas, karena mau mendekati jam dua belas siang. Tak apalah, toh, jaraknya tak terlalu jauh. Aku berjalan kaki sembari mendengarkan beberapa lagu. Tak terasa mungkin sekitar lima menit kuhabiskan untuk tiba di ITC Serpong. 

Begitu tiba di depan pintu masuk ITC Serpong, jari-jari aku lincah mengabarkan Dean. Tulisku seperti ini: “Bro, gue udah sampai, nih. Lagi di lantai dasarnya.”

Tak butuh waktu hingga dua menit, aku sudah mendapatkan balasan dari Dean, “Gue masih di angkot. Agak lama. Sabar, Irwan. Bentar lagi. Ketemuan aja di foodcourt-nya. Mampir dulu aja ke lapak VCD, kalau lu mau. Bisa lihat-lihat film-film bagus.”

Kujawab singkat, “Oke, ditunggu.”

Kuputuskan untuk berjalan-jalan di lantai dasar mal itu dulu. Ada banyak penjual pakaian. Mulai dari pakaian anak-anak, pakaian muslim-muslimah, pakaian tidur, hingga pakaian dalam perempuan. Ada juga yang menjual kacamata tanpa minus. Aku iseng mencobai beberapa kacamata. Aku tertawa sendiri saat melihat diriku yang mengenakan kacamata dengan kerangka berwarna merah muda. Aneh, tapi entah mengapa aku mengira diriku manis juga dengan kacamata ini. Aku swafoto dan mengunggah fotonya ke akun Instagram aku. Ada yang berkomentar. 

“Cucok, deh, Irwan, kamu pake kacamata pink itu,” tulis Mbak Nicky, teman bloger aku. 

Aku tertawa membaca komentar Mbak Nicky. Selain Mbak Nicky, ada tiga orang lainnya yang memberikan tanda like

Puas di lantai dasar, aku naik ke dua lantainya. Coba melihat-lihat film-film Asia. Ada beberapa film Asia yang aku coba intip. Sepuluh film aku beli, yang salah satunya berasal dari Kazakhstan dan Vietnam. Di tengah-tengah itu, ada pesan dari Dean lagi. 

“Irwan, gue udah sampai. Lu di mana?” Begitulah isi pesannya. “Gue langsung ke atas.”

“Oke, gue nyusul ke foodcourt.” balas aku. 

Langsung saja aku berjalan ke lantai di mana foodcourt berada. Mendadak aku ingin buang air kecil. Kebelet sekali. Yang begitu kedua kaki aku sudah menginjakkan kaki di lantai paling atas, aku segera mencari toilet dulu. Mungkin Dean belum sampai. Setelah urusanku di toilet sudah sampai, aku baru menghubungi Dean. 

Sampai juga di toilet mal ITC Serpong, yang tak jauh dari pusat bermain dan televisi plasma. Aku segera mencari mana bilik yang bisa kumasuki. Ah, yang itu saja, yang paling belakang. Kupercepat langkah kaki aku ke sana. Karena kupikir tak ada orang, aku main buka pintu bilik tersebut. 

Waduh, alangkah kagetnya aku. Sejak kapan Dean ada di sana? Kenapa tidak memberitahukan aku dia mau ke toilet dulu? Lebih anehnya lagi, kenapa aku langsung berlari-lari kecil dari dalam toilet. Yang begitu keluar dari dalam toilet, ada pesan masuk ke dalam ponselku. Dari Dean. Aku mengernyitkan dahi. Ini sebetulnya apa yang sedang terjadi? 

Aku baru sadar ada yang aneh lagi. Jika yang di dalam bilik tadi benar-benar Dean, kenapa dia tidak langsung menyelesaikan urusannya di dalam bilik, dan menghampiri aku? Eh, dia malah mengirimkan pesan ke aku dari dalam bilik toilet mal. Lebih anehnya, dan ini membuat aku terbengong-bengong sekaligus agak ngeri, isi pesan Dean seperti ini:

“Irwan, gue udah di depan KFC, nih. Ke sini, elo.” 

Astaga, ini apa yang terjadi? Yang tadi kulihat di dalam bilik toilet tadi benar-benar Dean, bukan? Wajah laki-laki di dalam bilik toilet tadi sungguh mirip Dean. Persis, dan sama, hingga ke jerawat-jerawat di wajah Dean. Kalau yang di bilik toilet itu benar-benar Dean, yang mengirimkan pesan ke ponsel aku juga siapa? 

Lebih kagetnya lagi, begitu sampai di gerai KFC, Dean duduk sambil cengar-cengir. Dia bilang, “Gue dari tadi di KFC, Irwan. Belum ke toilet juga. Ngelindur kali, lu, Wan, hahahaha….."

Tidak, Dean, aku tidak melindur. Saat aku masuk ke dalam toilet tadi, kedua mataku ini tidak sedang dalam kondisi mengantuk sama sekali. Wajah laki-laki di dalam bilik tadi juga benar-benar mirip kamu, Dean. 

Ini apa yang tengah terjadi? Bisakah seseorang berada di dua tempat dalam sekali waktu. Sungguh pengalaman aneh bin ajaib! 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Episode : Sosok Gaib itu Datang ke Panti Asuhan Lagi
2
0
“Itu bayangan apa? Tinggi, besar, dan bersayap?" tanya Grace alias Ice, yang tidak sengaja terbangun di atas jam dua belas malam. *****Jangan lupa baca The Little Adventure of Nuel yah! New launching, di Aryana Karawaci, bisa hubungi salah satu agen real estate, Anto Panggabean 0899-8941-337.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan