Ternyata ada yang namanya playmaker, sweeper atau libero, hingga sayap kiri dan sayap kanan. Penyerang pun, ada yang namanya penyerang lubang dan penyerang tipe goalgetter.
***
Buku-buku menarik baru rilis dari Big Heart Publishing, 0897-1174-010
Hari ini tanggal 1 Juli 2002. Hari senin, dan hari pertama aku liburan sekolah. Pada 29 Juni yang lalu, aku terima rapor. Puji Tuhan, aku masih peringkat ketiga. Padahal ada dua nilai merah. Itu adalah Matematika dan Olahraga. Keduanya diganjar nilai 55. Paling tinggi adalah IPS, yang mendapatkan nilai 85.
Di kelas 1-1, juara pertamanya tetap Sandi Malau. Peringkat keduanya adalah Patricia. Selanjutnya, peringkat ketiga adalah Noel Irawan Nasution. Iya, seorang pemuda Batak yang kali terakhir mendapatkan ranking tiga itu saat kelas 2 SD. Sampai sekarang aku masih terngiang-ngiang momen itu lagi.
Sembari bermain Age of Empires, aku terkenang momen aku meraih juara tiga untuk kali pertama. Andai saja aku tidak muntah.
Iya, saat itu, aku ingat, walaupun yang kuingat hanya harinya. Itu hari sabtu. Tahunnya itu tahun 1997. Eh, bulannya itu bulan Februari. Selepas ulangan umum, yah, langsung pembagian rapor.
Yang kuingat, saat itu, kondisi aku masih segar bugar. Masih baik-baik saja saat seluruh murid kelas 2 disuruh berkumpul di lapangan basket. Aku pun sampai sekarang bingung mengapa di detak-detik pengumuman juara satu, kedua, dan ketiga dari kelas 2, mendadak perutku terasa sakit sekali. Tanpa tedeng aling-aling, aku memuntahkan apa yang kemakan tadi pagi. Selanjutnya, aku jatuh pingsan di tengah-tengah lapangan basket, yang saat itu belum ada tulisan Dunkin Donut di tiang basketnya.
Begitu bangun, aku sudah berada di ruang UKS. Ada Papa dan beberapa orang berdiri di sekitar aku. Papa langsung menyelamati aku. Beliau bilang aku mendapatkan peringkat ketiga di kelas. Mama sedang mengambil rapor di kelas. Selanjutnya, Pak Rohit, guru Bahasa Sunda, menyuguhkan aku segelas teh hangat. Aku minum dan sekonyong-konyong Mama datang. Berikutnya aku dipapah Mama untuk bergegas ke Kijang Rover berwarna merah tua.
Berikutnya, setelah itu aku mendapatkan libur sebanyak dua minggu. Papa lalu mengajak aku dan anggota keluarga lainnya untuk berlibur ke Sumatera Utara. Sepulang dari Sumatera Utara, yang seingat aku, aku telat ke sekolah. Aku baru masuk ke sekolah seminggu setelah hari terakhir liburan sekolah. Sekalinya datang ke sekolah, aku masuk ke ruangan kelas dengan tangan kanan diperban. Tanganku diperban karena kecerobohan aku sendiri, yang iseng menekan meja kaca yang sudah retak dan hanya ditambal dengan lakban putih dan lem seadanya. Lalu, di jam istirahat, Rizky malah meledekiku dengan cara menirukan diriku yang muntah-muntah di lapangan basket saat pembagian rapor. Astaga, padahal bukan salahku muntah-muntah hingga dibawa lari ke ruang UKS.
Aku spontan tertawa terbahak-bahak saat mengingat kejadian itu lagi. Untungnya, tak ada siapa-siapa di ruangan ini. Kak Irma dan Christy belum bangun. Papa dan Mama pergi ke Pasar Lama. Mbak Nenti sudah berangkat ke wartel Mama di Ciledug. Sementara, di atas, terdengar suara seseorang sedang mencuci pakaian.
Kemarin itu final Piala Dunia, kan?
Semalam pertandingannya seru sekali. Jerman melawan Brasil. Aku selalu mendukung Brasil. Itu karena Ronaldo. Kebetulan Ronaldo bermain terlalu bagus. Dua gol semalam dicetak oleh Ronaldo. Salah satu golnya terjadi dengan menggocek Oliver Kahn. Alhasil Ronaldo menjadi pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 2002.
Selain itu, Piala Dunia 2002 kali ini akan menjadi Piala Dunia yang cukup berkesan untuk aku. Jauh melebihi Piala Dunia 1998 yang diselenggarakan di Perancis saat itu. Bukan cukup lagi, tapi terlalu berkesan. Yang sampai sekarang aku masih teringat dengan pertandingan Jerman melawan Arab Saudi. Pesta gol terjadi saat itu. Apalagi yang namanya Miroslav Klose. Pemain dari klub Kaiserslautern itu luar biasa. Saltonya keren pula. Kerjasama yang bagus antara Miroslav Klose dan Carsten Jancker. Aku juga baru tahu dari Tamara Geraldine, host Piala Dunia, bahwa pelatih Jerman ini dulunya pemain sepakbola.
Lalu, ada pertandingan Argentina melawan Nigeria. Ada Gabriel Batistuta yang permainannya lumayan bagus saat itu. Aku selalu suka permainan bola Batistuta, khususnya saat ia membela AS Roma. Batistuta sama-sama hebat, baik di tim nasional Argentina maupun di AS Roma.
Berikutnya, pertandingan Spanyol melawan Slovenia juga tak kalah bagus. Raul Gonzales menunjukkan kualitas permainannya. Yang aku baru tahu, Raul itu semacam playmaker. Mbak Roh yang memberitahukan aku. Kukira, selama ini, hanya ada posisi kiper, bek, gelandang, dan penyerang. Ternyata ada yang namanya playmaker, sweeper atau libero, hingga sayap kiri dan sayap kanan. Penyerang pun, ada yang namanya penyerang lubang dan penyerang tipe goalgetter. Wah, pembantu aku yang berasal dari Purbalingga ini cukup berwawasan juga.
Lalu, ada pertandingan antara Republik Irlandia dan Kamerun. Gara-gara Piala Dunia 2002, aku baru tahu ada Negara Republik Irlandia. Aku buka RPUL, ternyata ibukota Republik Irlandia terletak di Dublin. Sementara itu, pertandingannya sendiri berlangsung cukup seru. Golnya Jason McAteer cukup indah terlihat. Golnya Patrick Mboma pun sama. Namun, aku terkesan dengan permainan dari Robbie Keane. Sempat aku pikir Robbie Keane ini jangan-jangan bersaudara dengan Roy Keane, yang bermain untuk Manchester United. Sandi Malau bilang, hanya satu marga saja. Keane itu nama marga seperti Nasution atau Malau di suku Batak. Yang mendengar itu, aku hanya mengangguk-angguk.
“Roy Keane-nya nggak dipanggil Mick McCharty,” timpal Yosua di tengah obrolan saat istirahat. Yang sebelumnya itu pelajaran Matematika. Saat itu, hasil ulangan dibagikan dan, puji Tuhan, nilainya 85. Mama senang saat aku memberikan hasil ujian Matematika aku. Nilainya delapan puluh lima. Peningkatan yang luar biasa, kata Mama sambil memberikan acungan jempol dan berharap di ujian akhir semester nanti, hasil ujian Matematika bisa melebihi angka delapan puluh lima.
Aku terkekeh-kekeh lagi. Padahal, di luar itu, aku belum memberitahukan Mama, satu hari sebelumnya, aku dihukum guru Biologi, Pak Hadi, karena bertengkar dengan teman sebangku di dalam kelas. Masalahnya sepele. Gara-gara Piala Dunia. Aku kurang suka tim nasional Perancis, khususnya Zinedine Zidane, diledek-ledek.
Sekonyong-konyong aku kaget di tengah lamunan dan konsentrasi ke Age of Empires. Ternyata Mbak Roh menghampiri aku. Katanya, ada guru dari Marius datang. Aku mengernyitkan dahi. Bingung juga aku ada apa. Kumatikan segera komputer dan bergegas menuju teras. Ternyata itu Bu Tarigan dari bagian Tata Usaha. Bu Tarigan tersenyum, dan aku balas tersenyum.
“Ada apa, yah, Bu Tarigan?” tanyaku bingung, yang spontan duduk di samping beliau.
Bu Tarigan meletakkan koran Kompas dan berkata, “Ada perlu sama Mama kamu. Ini soal administrasi sekolah. Sama ada urusan lainnya juga. Mama ada?”
“K-ke Pasar Lama bareng Papa tadi,” jawabku tersenyum kaku.
“Tak usah tegang-tegang sama Ibu,” kata Ibu Tarigan terkekeh. “Tak di sekolah, tak di rumahmu sendiri, takut kali kau ini, Noel. Ibu tak galak juga.”
Aku hanya mengangguk, nyengir, dan izin pamit ke dalam. Setelah aku melipir, Mbak Roh datang membawa teh hangat untuk Ibu Tarigan. Bersamaan dengan itu, kedua orangtuaku akhirnya pulang.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰