Chapter 2: Teringat Sekai, si Mini Pomeranian

1
0
Deskripsi

"Rasa-rasanya aku selalu ingin bersamamu selamanya. Cukuplah aku kehilangan mama, asal jangan kamu yang menjauh dari hidup aku."

Kini Angga Simatupang sudah seorang pelajar sekolah dasar. Masih tetap sama. Ia masih berhubungan dengan almarhumah ibunya di alam mimpi. Masih pula bersahabat dengan Gisela Natania, sahabat setianya, yang sama-sama harus kehilangan salah satu orangtua kandung di usia belia. 

Juga, ada kisah Jennifer Thea Michela yang tetap saja harus menghadapi keisengan Shaina, kemenakan...

Angga sudah bukan murid taman kanak-kanak lagi. Sudah sekolah dasar. Kelas satu, tepatnya. Satu tingkat di bawah Gisela yang menginjak kelas dua.

Berisiknya suasana di kamar Angga. Suara playstation yang dimainkan Angga lumayan kencang. Tampaknya Angga menikmati permainan baku hantam yang dimainkannya. Hati-hati, Angga, nanti stik playstation kamu cepat rusak.

"Guk, guk!" seru Chip, anjing Poodle milik Angga yang kini bukan lagi anak anjing.

Angga sebentar berhenti memainkan permainan tersebut demi mengelus-ngelus Chip. "Iya, iya, nanti. Aku selesein dulu. Lagi seru, Chip."

Tok, tok.

Eh, sekarang ada yang mengetuk pintu. Angga menoleh. Karena pintunya tak dibiarkan tertutup, Mbak Arum mudah saja untuk masuk. Mbak Arum membawa nampan berisi semangkuk mi instan rasa rendang dan air jeruk hangat. Tadi sepulang sekolah Angga yang meminta untuk dibuatkan mi instan rasa rendang tersebut.

"Serius banget, Angga, main PS-nya," ucap Mbak Arum yang duduk berjongkok sebentar. "Eh, tapi jangan bilang Papa, yah. Nanti Mbak bisa kena omel sama Papa kamu. Inget, Angga, kamu kemarin udah makan mi. Jatah makan mi harusnya sebulan sekali."

Angga menghentikan sementara permainan tersebut. "Tenang aja, sih, Mbak. Aku nggak akan bilang Papa. Kapan sih aku pernah bohong."

Dasar Angga. Mi instan tersebut dibeli Angga dari uang saku bulanannya. Diam-diam Angga membeli mi instan rasa rendang ini dari minimarket dekat sekolahnya. Angga ingin sekali merasakan mi instan yang sedang digandrungi oleh teman-teman sekolahnya. Yang sudah dua-tiga minggu terakhir ini, entah apa penyebabnya, atau mungkin karena seorang idola Korea yang terlihat asyik makan mi instan dalam sebuah iklan televisi, teman-teman sekelas Angga sering makan mi rasa rendang setiap jam istirahat. Namanya juga masih berusia sekolah dasar, pasti Angga tergoda untuk mencicipi apa yang tengah disukai oleh teman-temannya, walaupun sudah diwanti-wanti Erwin agar mencicipi mi instan di awal bulan saja.

Angga mengangkat mangkuk mi instan tersebut. Ia menghirup dalam-dalam aroma mi rasa rendang tersebut. Wangi, enak, kata Angga dalam hati.

"Angga," kata Mbak Arum.

"Hmmm..." Hanya itu jawab Angga sembari menyeruput mi instan tersebut.

"Kamu nggak coba ikutan main Mobile Legends?" tanya Mbak Arum yang mencermati permainan video game yang dimainkan Angga.

Angga menggeleng. "Angga nggak bisa maininnya, Mbak. Lebih gampang dan seru Tekken ini."

"Padahal kalau menurut Mbak, yah, lebih seruan Mobile Legends. Kalo game ini, kamu kan cuma main sendiri. Coba main Mobile Legends, kamu bisa dapet banyak temen-temen baru, Angga."

"Temen-temen Angga di sekolah juga udah banyak, kok. Lagian, Angga males aja main sama yang nggak Angga kenal, Mbak."

"Oh, gitu, yah," Mbak Arum tertawa terbahak-bahak. Di mata Mbak Arum, Angga makin pintar berbicara. Dulu, saat Angga masih di TK Dewi Sartika, Angga lebih terkenal sebagai anak pemalu yang tak banyak berbicara. Sedikit kosa kata yang keluar dari mulut Angga. Dan, semenjak Angga resmi menjadi murid sekolah dasar, beberapa minggu setelahnya, ia menjadi anak yang apa-apa bicara. Segala hal Angga utarakan ke setiap  orang yang ia temui. Entah apa yang mengubah Angga.

"Angga, kamu kangen nggak sama Tante Sarah?"

Angga terdiam. Ia menggigit bibir bawahnya. Tanpa disadari, Angga menitikkan air mata. Dua bulan yang lalu, Tante Sarah memutuskan untuk pindah dari rumah Angga. Alasannya adalah karena pertengkaran antara Angga dan abang sepupunya, Dandy. Angga kesal Dandy sering mengambil diam-diam kudapan yang Angga simpan untuk dimakan nanti. Untuk menjaga keharmonisan di dalam rumah nan mewah tersebut, disepakati bahwa keluarga Tante Sarah saja yang pindah. Apalagi Dandy juga harus mempersiapkan ujian nasional tingkat sekolah dasar.

"Kenapa harus berantem sama Bang Dandy, Angga? Kan, makanannya udah diganti juga sama tante kamu." ujar Mbak Arum.

Angga bergeming. Ia menghirup ingusnya kembali.

Mbak Arum tertawa, lalu memeluk Angga. "Ya udah, Angga makan dulu. Mbak mau balik dapur dulu. Cuciannya lumayan banyak. Eh, tapi jangan bilang Papa, yah. Janji?"

Angga mengangguk.

Segera Mbak Arum kembali ke dapur. Chip kembali menggonggong, lalu menggeliat-geliat di sekitar Angga. Anjing Poodle itu terus menerus menjilat-jilati sebelah kaki Angga. Angga meletakkan mangkuk berisi mi instan tersebut.

"Kamu nggak sabar banget, Chip," gerutu Angga. "Sebentar, aku kan lagi makan mi. Pasti kamu--aku kasih makan."

Angga menghela napas. Dengan lesu Angga bangkit berdiri. Chip menggonggong kegirangan dan mengikuti Angga ke arah Angga pergi. Di salah satu rak buku Angga, ada sekotak Royal Canin beserta mangkuk khusus makanan anjing (walau itu hanya mangkuk biasa, namun kegunaannya saja yang diubah). Angga menuangkan sebagian isinya ke dalam mangkuk dan memberikannya ke Chip. Chip melahapnya sembari menggonggong. Kelihatannya Chip senang sekali. Itu terlihat dari ekor Chip yang melingkar. Wah, Angga begitu jahat ke kamu, Chip. Ia bahkan lupa tidak memberikan kamu sarapan pagi. Angga baru memberikan kamu makan di atas pukul dua belas siang. Sabar, Chip.

Angga mengelus-ngelus Chip. Ia tersenyum dan berkata, "Enak banget, yah, Chip. Maaf, aku tadi nggak sempet. Bangun-ku kesiangan."

Antara Chip dan Angga, mereka berdua seperti mengalami kontak batin. Kedua mata Chip dan Angga saling bertemu. Di pikiran Angga, sembari tersenyum pula, Angga teringat momen-momen saat Chip mulai tinggal di kamar Angga. Angga kembali sesenggukan. Sekonyong-konyong Angga malah ikut teringat akan Sekai, pendahulu Chip. Jika kita menganggap Angga seorang ayah, Sekai itu seperti seorang kakak yang mati lebih dahulu dari Chip. Dalam hati, Angga menggumam, Sekai, kenapa kamu harus pergi, aku kangen kamu, tauk.

*****

"Itu, Angga, jenazah Sekai," tunjuk Mbak Dar yang tak bisa menunjukan senyum untuk sekadar bersimpati.

Angga berjalan perlahan-lahan menuju kotak tersebut. Ada Daud dan Sarah di dekat kotak tersebut. Daud langsung berjalan cepat untuk mendekati Angga. Ponakannya itu ia rangkul.

"Kecelakaan, Angga. Lagian, Om bisa lihat Sekai meninggal sambil tersenyum." ujar Daud. "Ikhlaskan, Angga, walau terasa berat."

"Iya, itu benar, Angga." Sarah ikut beringsut ke arah Angga. "Nanti Tante belikan satu anjing untuk menggantikan Sekai, gimana? Mau nggak?"

Angga tak menjawab. Air mata Angga mulai menetes. Angga berjalan pelan ke arah kotak tersebut. Ia raba-raba tubuh Sekai yang sudah cukup kaku. Sekonyong-konyong Angga memeluk Sekai seraya terisak-isak.

"Sekaiiiiiii!!!" Angga meraung-raung. Mau seberapa kencang Angga menangis, Sekai tak akan terbangun. Sebab, Sekai sudah tertidur untuk selamanya. Anjing mini pom itu sudah berada di alam lain.

Baik Sarah, Daud, maupun Mbak Dar, mereka bertiga mencoba sebaik-baiknya untuk menghibur Angga. Biar bagaimanapun ini adalah yang pertama untuk anak seusia Angga, merasakan kesedihan yang luar biasa karena yang dicintainya memilih pergi untuk selamanya.

"Angga, yang kuat, yah. Benar kata Om kamu itu. Kita ikhlaskan aja. Tante janji akan belikan Angga anjing pengganti Sekai. Angga nanti yang pilih sendiri juga." ucap Sarah yang memeluk erat Angga.

Angga beranikan diri untuk menatap tantenya tersebut. Antara tersenyum dan sedih, Angga menatap Sarah. "Yang benar, Tante?"

Sarah membelai-belai rambut Angga. "Iya. Atau, sore nanti Angga mau nggak ke pet shop?"

Angga mengangguk, tersenyum yang bercampur air mata.

*****

Angga tersenyum dan berlinang air mata. "Chip, kamu jangan buru-buru pergi dulu yah."

Lalu, Chip menggonggong.

Angga memeluk Chip dan mencium kening anjing Poodle tersebut. Anak yang sekarang sudah kelas satu itu juga mengusap-ngusap kening Chip. Entah sejak kapan, selain playstation tersebut, seekor anjing (atau, anak anjing tepatnya) selalu menjadi sosok sahabat  untuk Angga di dalam rumah mewahnya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Chapter 3: Gara-Gara Ketumpahan Kuah Bakso
1
0
Rasa-rasanya aku selalu ingin bersamamu selamanya. Cukuplah aku kehilangan mama, asal jangan kamu yang menjauh dari hidup aku.Kini Angga Simatupang sudah seorang pelajar sekolah dasar. Masih tetap sama. Ia masih berhubungan dengan almarhumah ibunya di alam mimpi. Masih pula bersahabat dengan Gisela Natania, sahabat setianya, yang sama-sama harus kehilangan salah satu orangtua kandung di usia belia. Juga, ada kisah Jennifer Thea Michela yang tetap saja harus menghadapi keisengan Shaina, kemenakan Jennifer--alias Jeje--yang tiada habisnya. Kapan, yah, Shaina jadi keponakan yang nggak nyebelin, gerutu Jeje dalam hati. Angga,…Gisela,… Jeje,… Shaina,… Simak saja satu drama kehidupan yang sangat kocak antara keempat insan tersebut dalam BOY'S ANGEL SEASON TWO! Season one-nya berada di platform Novelme:Boy's Angel Season One*****Saya merekomendasikan 👇Cindy Design0896-7026-0044
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan