Chapter 41 The Little Adventure of Nuel : Terpaksa Harus Beli Celana Baru

0
0
Deskripsi

30 Agustus 2006.

 *****

Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel".

Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya. 

Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel" berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya. 

*****

Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water. 

Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320.

Jika ada yang mau membantuku...

30  Agustus 2006

Cuaca cerah

Terjadi lagi momen memalukan. Mendadak aku teringat kejadian di kelas 3 SMP. Saat itu, aku juga bingung kenapa mendadak perutku mulas sekali. Di saat lagi begitu memperhatikan penjelasan Bu Herta sebagai guru Fisika, eh, perutku terasa sakit sekali. 

Bingung juga, aku. Padahal selama menjadi murid SMP di Markus, aku nggak pernah masuk kantin sekolah. Eh, pernah, deh. Itu juga disuruh Pak Nelson ke kantin, membelikan dia gado-gado. Selain itu, yah, aku nggak pernah masuk kantin sekolah. Alesannya, aku terlalu pemalu untuk terlihat sedang makan di hadapan teman-teman. Aku juga bingung kenapa begitu. Pokoknya begitu selesai sarapan (atau makan siang) di rumah, berangkat ke sekolah, dan nggak pernah masuk kantin untuk jajan atau sekedar beli minuman di jam istirahat. Begitulah aku. 

Makanya akun bingung kenapa perutku sakit sekali. Dan, lagi-lagi karena sifat pemalu aku, daripada ijin ke toilet, aku lebih suka minta ijin pulang. Memang sih, toilet di Markus rada gimana begitu, tapi kan lebih efisien kalau aku menggunakan toilet sekolah. 

“To,” Aku mencolek tangan Santo. 

Santo menoleh yang kulihat lagi sibuk mencatat kembali yang ditulis Bu Herta di papan tulis. 

“Bilangin Bu Herta, dong, gue mau ijin pulang.” ujarku sembari memegang perut. 

“Ya elah, Wel, sabar, lah. Tiga puluh menit lagi kita bubaran.” kata Santo yang meminta aku bersabar. 

Aku menggeleng. “Nggak kuat lagi, beneran,… aduh, mau pingsan, To.”

“Sabar, Wel.” Santo langsung memegang dahiku. 

Nah, ini yang aku sampai sekarang bingung. Perutku yang sakit, kenapa jidatku yang ikutan panas juga? Aku mau berak di rumah, eh, malah beneran kena demam. 

“Panas, loh, badan lu, Nuel.” Ganti Santo memegang tangan aku. “Pucet lo.”

Melati menggubris Santo. “Si Nuel kenapa, To?”

Santo mengangkat bahu. “Tau,… tapi mukanya pucet gitu.”

Rupanya apa yang terjadi di sekitar aku, itu menarik perhatian Bu Herta. Bu Herta menghampiri aku dan Santo. Kata Bu Herta yang ikutan memegangi tanganku (dengan logat Batak yang amat kental). “Nuel, kau sehat? Pucat kali kau ini, yang Ibu Herta lihat.”

“Tadi si Nuel pengin nyuruh saya minta ijin biar dia pulang, Bu Herta.” Santo yang menjawab. 

“Masih kuat kau? Padahal tinggal setengah jam lagi.”

Sebetulnya tinggal empat puluh lima menit, sih. Itu yang aku mendadak ingat. Pokoknya, dekat-dekat jam pulang sekolah, deh. 

Aku menggeleng, dan entah kenapa di mata Bu Herta dan teman-teman sekelas, aku terlihat sangat butuh pertolongan. Padahal solusinya gampang banget. Ke toilet sekolah saja, dan saat itu, aku ogah masuk toilet sekolah. Bu Herta langsung menunjuk Leo yang duduk di depan aku dan Santo. 

“Leo, kau antar dulu si Nuel ke ruang guru. Mintakan surat ijin pulang.”

Leo segera bangkit berdiri dan berjalan ke arah aku. Sementara Santo membantu aku untuk membereskan perlengkapan sekolah aku. Dengan hati-hati aku bangkit berdiri dan… oh no, aku nggak tahu apakah saat itu teman-teman aku mencium bau nggak enak atau nggak. Soalnya, astaga, tainya sudah keluar sedikit dan menyentuh celana dalam aku. Makanya aku hati-hati banget berjalan. Jangan sampai tainya jatuh ke lantai. 

Singkat cerita, aku dan Leo sudah berada di ruang guru. Ternyata Bu Berta lagi ke tempat Bu Purba sebentar. Aku dan Leo diminta menunggu. 

“Padahal bentar lagi jam pulang, loh, Nuel. Sabar sedikit kenapa?" kata Pak Nelson. 

“Nggak kuat lagi, Pak.” Aku merintih-rintih macam anak perempuan lagi menstruasi. 

“Ya udah, Pak Nelson, ijinin aja. Nanti pingsan lagi anak orang.” bujuk Leo yang menatap aku sedikit aneh. Apa dia tahu aku sudah berak di celana? Baunya nggak tercium sampai hidungnya, kan?

“Ya udah, Bapak aja yang bikinin surat ijinnya.” Secepat kilat Pak Nelson membuatkan surat ijin pulang. “Daripada kamu malah ambruk di hadapan Bapak. Kelamaan nunggu Bu Berta."

Dan, jantungku berdebar-debar. Ternyata saat kutengok ke belakang, ada Angel. Angel itu adik kelas aku, anak kelas 2, yang masuk siang. Kulihat, Angel digandeng tangannya sama anak SMA yang tingginya di atas Angel. Astaga, ini perut aku sudah melilit, pakai harus melihat adegan yang membuat aku cemburu berat. Cowok SMA itu siapa Angel? Walau cuma sebatas gebetan, karena sudah naksir berat sama Angel, aku cemburu banget lihat cowok SMA itu pegang tangan Angel. Argh, kesal, ingin kutampol cowok SMA itu. Hei, berani banget kamu pegang-pegang tangan Angel-nya aku. 

“Nih, suratnya. Anter si Nuel pulang, yah, Leo. Hati-hati, pucat sekali yang Bapak lihat, wajahnya Nuel ini.”

“Beres, Pak.”

Astaga, ya Tuhan, kenapa Engkau harus memberikan cobaan ini? Tainya makin meluber saja. Pasti bau banget. 

“Leo, bau apa ini?” Pak Nelson mengendus-endus. 

Leo juga ikut mengendus-endus. “Ah, mungkin bau dari gerobak sampah di situ kali, Pak. Atau, dari toilet. Itu toilet sekolah lebih dibersihin lagi kenapa, Pak?”

“Ya udah, ya udah, kamu anter si Nuel pulang. Rumahnya di Sekneg, kan? Cariin dia ojek atau becak, terus kamu langsung pulang. Jangan kelayapan."

Leo segera mengejar aku yang mendadak menjauh begitu saja dari Leo dan Pak Nelson. 

“Hati-hati, Nuel, jalannya. Kuat nggak lo?”

Aku cuma mengangguk. 

“Kak Nuel, apa kabar?” jawab Angel tersenyum. “Kakak sakit, yah?”

Aku lagi-lagi cuma mengangguk. Dan, hatiku panas lihat tanganmu dipegang cowok SMA sialan ini. Sudah perutku sakit banget, tainya makin mengotori celana dalam aku, eh, salah satu gebetan aku dipegang tangannya sama cowok lain. 

Cowok SMA ini bukannya pacar kamu, kan, Angel? Aku naksir kamu, Angel. Suka banget sama kamu. Pengin kamu jadi pacar aku. 

Dan,… 

…aku memang berhasil sampai ke rumah. Aku naik becak ke rumah dan rada kasihan sama si tukang becak karena jok becaknya harus kebauan. 

Besoknya Leo berbisik ke arah aku. Saat itu pelajaran PPKN-nya Bu Hasibuan. “Nuel, lo kemarin berak celana, yah?”

Aku panik. 

“Nggak usah takut. Gue nggak bakal cerita ke anak-anak.”

Haha. 

Untungnya kejadian tadi di sekolah nggak kayak yang sebelumnya. Sebelum aku berak celana, aku memberanikan diri untuk mengangkat tangan. Kuhampiri Bu Iin, dan minta ijin ke toilet. Kubilang saja, “Bu, ijin mau ke toilet. Udah nggak kuat lagi.”

“Ya udah, sana, kamu ke toilet. Daripada kamu malah berak celana dalam kelas. Bisa-bisa kita mati keracunan.” Bu Iin memang kayak begitu. Dia salah satu guru yang hobi melawak dalam kelas. Cara menjelaskan materinya juga gampang dimengerti. 

Satu kelas ketawa terbahak-bahak. 

Celetuk Nico, “Tumbenan si Nuel berani minta ijin ke toilet. Ada keberanian sekarang. Wah, jangan-jangan lagi naksir cewek, dia ini. Siapa sih yang lu lagi naksir?”

“Nuel, lo belum berak celana, kan?” timpal Joko. 

Sekali lagi, teman-teman aku ketawa terbahak-bahak. 

Aduh, malunya aku. Selanjutnya, di kira-kira jam 11:47, atau tiga menit sebelum bel istirahat bunyi, aku langsung lari ke dalam toilet sekolah. Toilet di Tar-Q untungnya jauh lebih baik hingga proses beraknya jauh lebih enak banget. 

Enak sih enak. Apalagi aroma lavender ini juga wangi banget. Tapi, mungkin karena lagi panik, celananya aku taruh di lantai dekat selang, dan cerobohnya aku lupa ada celana aku di sana. Aku nyebok dengan membiarkan celana aku kebasahan. Astaga, gimana ini? Oh my God

Yah, terpaksa aku terbirit-birit ke Tata Usaha dan beli satu celana baru. Bayarnya besok. Untungnya Mas Deni berbaik hati membiarkan aku bayar celananya besok. 

Kejadian tadi pagi, menurut aku, momen paling memalukan selama aku sekolah di Tar-Q. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Chapter 42 The Little Adventure of Nuel : Kakak Aku Diwisuda
0
0
2 September 2006. *****Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel.Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya. Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya. *****Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water. Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320.Jika ada yang mau membantuku secara finansial, kalian bisa mentransfer nominal yang kalian inginkan ke BRI 708901018369532 atas nama Immanuel Lubis.Author seperti aku juga butuh uang untuk menyambung nyawa. Dan, mulai tanggal 29 Mei 2023, aku memutuskan untuk menggratiskan novel ini. Bacanya gratis! 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan