Chapter 6 The Little Adventure of Nuel : Bagi Rapor dan Final Piala Dunia

0
0
Deskripsi

Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel."

Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya. 

29 Juni 2002

Cuaca cerah

Akhirnya peserta final Piala Dunia sudah ditetapkan. Brazil dan Jerman masuk ke final. Brazil mengalahkan Turki. Jerman menaklukkan Korea Selatan. Aku senang Brazil ke final. Ada pemain sepakbola favorit aku lainnya. Dialah Ronaldo. Aku selalu menyukai gocekan Ronaldo. Indah banget untuk dilihat. 

Hari ini giliran aku yang akan menerima rapor. Sebelumnya, saat class meeting, Bu Herta sempat menghampiri aku dan kecewa. Dia bilang dia kecewa kenapa hasil jawaban untuk materi Fisika aku begitu jeleknya. Aku minta maaf karena belum bisa memenuhi harapan Bu Herta yang ingin aku bisa mendapatkan hasil lumayan bagus. Nyatanya dia bilang nilai Fisika aku merah. 

Mengingat perkataan Bu Herta saat itu, jujur, aku jadi cemas di hari sabtu ini. Aku naik kelas atau tinggal kelas? Deg-degan banget. Di saat itu, mendadak Septeni mendatangi aku. Dia menyalami aku. Kata Septeni, “Gue minta maaf, yah. Yang soal rapor lu ilang itu. Tapi, gue seneng banget rapor lu akhirnya ketemu. Gimana ceritanya bisa ketemu?”

Jawabku, “Pak Monang nggak sengaja narok rapor gue di tumpukan rapor anak-anak SD."

“Wah,…” Septeni tertawa terbahak-bahak. 

Aku ikut tertawa terbahak-bahak. Sontak aku teringat apa yang terjadi di bulan Maret yang lalu. Di hari minggu pagi, yang seharusnya kunikmati dengan menonton animasi Digimon Adventure, tiba-tiba Pak Monang menelepon aku. Dia bilang belum menerima rapor, padahal sebentar lagi akan dibagikan rapor. Aku langsung cemas, yang tertular ke kedua orangtua aku. Karena itulah, Mami sampai datang ke Markus di keesokan harinya. Saat itu, aku merasa tidak enak hati ke Septeni, ketua kelas 1-1. Mi, sudah, kasihan Septeni yang harus menangis, jangan terus disalahkan. Maafkan aku, Sep, bukan salah aku. Seingatku, aku sudah menyerahkan rapor ke meja Pak Monang di ruang guru. Septeni, kamu ketua kelas yang hebat, kok. 

“Nuel, jujur aja, waktu itu, gue ngerasa nggak enak banget. Gimana coba kalo rapor lu sampe nggak ketemu? Tertekan banget gue waktu itu, Nuel. Sekali lagi, sori ya. Jangan dendam sama gue. Gue juga udah maafin nyokap lu, kok. Ibu siapapun juga, gue yakin, pengen yang terbaik buat anaknya.”

Aku hanya mengangguk. Ah, Septeni ini benar-benar layak menjadi ketua kelas. Nanti, di tahun ajaran baru, aku ingin Septeni tetap menjadi ketua kelas. Septeni sangat berjiwa pemimpin, menurut aku. 

Aku pun mendadak teringat satu hari setelah Mami datang ke sekolah, temanku yang bernama Roni datang ke rumah. Dia ingin meminjam beberapa komik Dragon Ball, khususnya komik Dragon Ball yang volume terakhir. Saat itu, aku ragu mau meminjamkannya ke Roni. Ini volume terakhir, soalnya. Bagaimana seandainya Roni tak mengembalikannya, belum lagi dia beda kelas dari aku. Tapi, anehnya, saat itu, aku malah meminjamkan beberapa komik Dragon Ball ke Roni. Semoga dia segera mengembalikan komik-komik Dragon Ball aku. Mungkin Roni tipe orang jujur. Dia terlihat anak baik-baik, yang agak culun, dan tak seperti beberapa anak nakal di kelasku, yang hobi merusuh saat guru sedang menjelaskan. 

Ya, Tuhan. Puji Tuhan, aku naik kelas juga. Aku mendapatkan ranking empat, walau ada satu angka merah di dalam rapor. Jangan tanya itu untuk pelajaran apa. Matematika, dong. Mungkin sampai kapanpun aku dan Matematika tak akan pernah menjadi sahabat karib. Matematika ibarat musuh bebuyutan untuk seorang Nuel. Segitu bencinya aku kepada setiap hal yang berhubungan dengan Matematika. Tapi, yah, sudahlah, intinya aku senang bisa naik kelas dan mendapatkan ranking empat. 

Nanti malam ada pertandingan sepakbola. Korea Selatan melawan Turki. Di sekolah, banyak teman aku yang menjagokan Korea Selatan. Mereka begitu terpukau dengan Ahn Jung-Hwan. Terutama untuk murid-murid perempuan. Kata Milka, Ahn Jung-Hwan itu setampan Won Bin. Won Bin itu salah satu pemeran dalam drama Korea, Endless Love. Wajar, sih, Endless Love begitu digemari. Aku juga sangat menyukai Endless Love. Pemeran Eun-suh cantik banget. 

Sayangnya, nasib mujur lebih memihak Turki. Gila juga ini pemain Turki yang bernama Hakan Sukur. Wasit baru selesai meniup peluit, Hakan Sukur sudah berhasil mengacak-acak pertahanan Korea Selatan dan gol tercipta untuk tim Turki. Aku sangat bisa merasakan mental para pemain Korea Selatan yang jatuh setelah gol Hakan Sukur tersebut. Buntutnya, Turki yang menjadi juara ke tiga. Korea Selatan harus puas menjadi juara ke empat.

Besoknya, di hari minggu, 30 Juni 2002, final Piala Dunia. Mendadak aku teringat dengan kata-kata tukang becak di Pasar Lama tempo lalu. Dia sangat menjagokan tim Brazil. Serunya saat itu, “Brazil menang, Brazil menang, Brazil dilawan!”

Aku pun berharap Brazil menang melawan Jerman. Semoga Ronaldinho bisa mencetak gol dari tendangan bebas lagi. Sumpah, gol Ronaldinho saat melawan Inggris saat itu, keren banget. Dari jarak segitu, gol bisa tercipta. Dan, Ronaldo bisa mencetak hat-trick nanti. 

Pada akhirnya, aku senang impian aku terwujud. Brazil juara, dan Ronaldo nyaris mencetak tiga gol. Salah satu gol Ronaldo begitu indahnya, yang mengelabui kiper Oliver Kahn. Wah, keren, nggak, bahasaku? Sudah mirip gaya Tamara Geraldine saat menjadi host Piala Dunia? Tapi, kelihatannya Tamara Geraldine lebih menjagokan Jerman. Maaf, deh, Kak Tamara, tim Jerman kamu kalah, tuh. Haha. 

Oh iya, dengar-dengar, temanku, Yan, tinggal kelas. Aku sedih dan merasa bersalah. Di balik tinggal kelasnya Yan, ada isu miring tentang aku. Gosipnya (dan memang benar), aku tidak menyampaikan ke Septeni alasan Yan yang ijin tidak masuk sekolah karena sakit. Yan, aku minta maaf. Aku akui itu memang salah aku. Semoga nasibmu di sekolah yang baru jauh lebih baik. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Rahasia di Balik RAINY COUPLE
0
0
Terbit di aplikasi NovelToon. RAINY COUPLE on NOVELTOON
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan